REVIEW - GUNA-GUNA ISTRI MUDA

1 komentar

Pertama kali ilmu santet menampakkan kekuatannya dalam Guna-Guna Istri Muda, kita melihat seorang perempuan merasakan gatal yang luar biasa, sebelum mendapati bahwa area vitalnya telah dikerubuti oleh belatung. Konyol? Iya, tapi kekonyolan (yang disengaja) itulah alasan mengapa remake dari film berjudul sama rilisan tahun 1977 ini menonjol dibanding banyak horor lokal lainnya. 

Alim Sudio dan Titien Wattimena selaku penulis naskah paham betul kalau mereka memperoleh materi dasar yang "sangat sinetron", lalu memilih untuk tidak memaksakan kesan elegan. Guna-Guna Istri Muda didesain sebagai horor dengan alur ala opera sabun yang mengedepankan pendekatan over-the-top khas b-movie. 

Ketika Razka Robby Ertanto selaku sutradara, dibantu sinematografi arahan Odyssey Flores, rutin memajang gambar-gambar cantik yang terlihat mahal, kisahnya justru tampil murahan (not in a bad way). Angel (Carissa Perusset) memilih meninggalkan kekasihnya, Leo (Abidzar Al Ghifari), demi menjadi istri muda seorang pengusaha bernama Burhan (Anjasmara), yang telah direstui untuk menikah lagi oleh sang istri, Vivian (Lulu Tobing). Nantinya, Angel juga ingin meniduri Roy (Elang El Gibran), keponakan Burhan yang ditugaskan menjaganya. 

Banyak perselingkuhan, penuh pengkhianatan. Inilah kisah khas sinetron yang sengaja meruwetkan cerita secara berlebihan. Belum lagi membahas elemen kleniknya. Bukan cuma Angel saja yang berstatus pelaku guna-guna sebagaimana telah disebut dalam judul. Dia pun korban guna-guna Leo, yang kelak juga mencoba mengirim santet bagi Burhan atas dasar rasa cemburu. 

Sederhananya, hampir semua karakter film ini adalah manusia bejat. Pelaku santet atau pelet (atau keduanya), praktisi poligami, tukang selingkuh, pencari sugar daddy, dukun ilmu hitam, semuanya ada. Tapi justru bentuk penokohan macam itulah yang membuat alur rasa sinetron miliknya mampu tampil menghibur kala mengetengahkan bagaimana orang-orang tersebut menaruh kebencian dan coba mencelakai satu sama lain.

Bukan hanya penceritaannya saja yang over-the-top. Departemen lain pun tidak jauh beda, sehingga saat di pertengahan durasi alurnya sempat terasa repetitif karena sebatas berkutat di formula "saling santet, saling pelet", Guna-Guna Istri Muda masih menawarkan nilai hiburan lain. Sebutlah karakter Mbah Sumi, dengan luka cheesy di wajah bak karakter dari film-film grindhouse, yang mengirim santet sambil menari dan mengibaskan rambutnya seperti model iklan sampo. 

Di tengah kemonotonan gaya horor Indonesia, Guna-Guna Istri Muda yang menjauh dari pengunaan jumpscare berisik memang memiliki nilai plus. Temanya memang jauh dari kebaruan, tapi sebagai gantinya, naskahnya kerap muncul dengan ide-ide santet yang lumayan kreatif. Pemandangan klise seperti "menarik rambut dari dalam mulut" digantikan oleh selangkangan yang gatal, tenggelam dalam banjir darah, atau transformasi menjadi babi ngepet. 

Lemahnya penyutradaraan membuat babak puncaknya terlihat clumsy, namun secara konsep, klimaksnya cukup segar dengan kombinasi elemen horor klenik, aksi superhero, hingga serbuan zombie. Konyol, hiperbolis, dan karena itulah filmnya menyenangkan. 

1 komentar :

Comment Page:
Syahrul Tri mengatakan...

Wkwkkwkw mencoba cari validasi setelah semalam nonton, ini serius ya dibikin nya sebercanda dan sekonyol ala B Movie, dan ternyata emang ga saya aja yg ngerasa begitu. Gw sih ngakak ya, Tp penonton lain malah kesel 😆