Menonton 404 Run Run terasa seperti sedang mengunjungi wahana rumah hantu. Penampakan demi penampakan setan menyerang tanpa henti, yang ada kalanya membuat pengunjung terkejut bahkan takut, tapi tak jarang pula memancing tawa. Seru, menyenangkan, walau di satu titik bakal terasa melelahkan akibat kesan monoton dari amunisinya. Benar-benar bak visualisasi rumah hantu.
Alkisah, Nakrob (Chantavit Dhanasevi) bersama tiga anak buahnya, Nammont (Pittaya Saechua), Choke (Chookiat Iamsook), dan Suakrong (Supathat Opas), melakukan bisnis jual-beli properti dengan cara menipu para konsumen. Tapi toh kecurangan itu tak mendatangkan keuntungan. Nakrob tetap dikejar penagih utang, dan hubungannya dengan sang kekasih, Lin (Nantanat Thakadkul), yang sudah menginginkan pernikahan pun turut terpengaruh.
Sampai Nakrob menemukan hotel terbengkalai yang dijual murah dan berniat melancarkan rencana penipuan berikutnya, tanpa tahu bahwa arwah perempuan bernama Lalita (Kanyawee Songmuang) telah bersemayam di sana selama puluhan tahun.
Lalita bukan hantu seperti di kebanyakan horor komedi, yang cenderung tak berbahaya, bahkan kerap digambarkan lucu dan manis. Naskah yang ditulis oleh sang sutradara, Pichaya Jarusboonpracha, bersama Rergchai Poungpetch dan Wichaya Ratanachumnong, menjadikan Lalita hantu pendendam yang tidak ragu menghabisi manusia secara brutal. Di situlah keseimbangan mengagumkan filmnya terlihat.
404 Run Run mempersenjatai diri dengan humor absurd khas sinema Thailand (jika termasuk penyuka gaya komedi semacam itu, kalian bakal dibuat tertawa lepas berulang kali), tapi juga rutin melempar teror. Menariknya, pengadeganan sang sutradara mampu membuat barisan momennya terasa menggelitik sekaligus menyeramkan secara bersamaan.
Kuncinya adalah, Pichaya tidak berupaya menyulap peristiwa mengerikan menjadi konyol. Serbuan hantu Lin dibiarkan sebagaimana adanya. Reaksi kuartet karakter utamanya (yang dibawakan dengan comic timing luar biasa oleh para aktornya) kala menyaksikan pemandangan horor itulah yang digiring ke ranah komedi.
Penonton pun bagai diajak mengarungi wahana rumah hantu bersama empat protagonisnya. Masalahnya, tidak satu pun rumah hantu di dunia ini bergulir selama hampir dua jam. Sehingga ketika film ini terus memakai pendekatan tersebut, sebatas memperlihatkan teror yang Lin berikan kepada Nakrob dkk. selama 104 menit durasinya, akan tiba waktunya di mana 404 Run Run terasa repetitif dan melelahkan, sebesar apa pun kesukaan kita terhadap gaya humornya.
Sejatinya alur 404 Run Run menyimpan pokok bahasan menarik seputar proses merelakan, baik dalam konteks romansa maupun sesuatu yang lebih general. Naskahnya mengusung sudut pandang realistis, tentang bagaimana ada kalanya mimpi gagal diwujudkan meski usaha maksimal telah dikerahkan. Walau demikian, alurnya tetap terasa tipis karena poin-poin di atas baru dieksplorasi jelang akhir, sebelum ditutup oleh konklusi yang menjanjikan ide spin-off segar (bayangkan versi lebih komikal dari Hotel Del Luna).
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar