Di satu kesempatan, protagonis Omniscient Reader: The Prophecy memakai tabungan koin untuk meningkatkan kemampuannya. Film ini seperti merealisasikan mimpi anak-anak dalam diri kita, yang kerap mengidamkan kehidupan bak video game, di mana seseorang dapat dengan mudah melakukan power-up, lalu menjadi jagoan serbabisa yang tak terikat hukum-hukum sains. Sebuah eskapisme dari kemonotonan realita.
Tapi apa yang dihadapi Kim Dok-ja (Ahn Hyo-seop) bukanlah eskapisme. Dunianya dihantam kekacauan saat novel web favoritnya mendadak jadi kenyataan. Umat manusia mesti bertahan hidup layaknya karakter dalam gim: menyelesaikan beragam misi (ada misi utama, sampingan, dan tersembunyi) yang disebut "skenario" untuk bisa melanjutkan perjalanan ke lokasi berikutnya, pula mengumpulkan koin serta membeli barang guna memperkuat diri.
Pemahaman Dok-ja akan novelnya membuat dia bisa memprediksi apa saja yang mesti dilakukan, layaknya nabi yang memperoleh nubuat. Dia pun tahu bahwa kunci keselamatan dunia terletak di pundak Yoo Joong-hyuk (Lee Min-ho), si protagonis dari novel tersebut. Menarik, sebab Dok-ja bukan "sang terpilih" sebagaimana barisan karakter utama dalam film-film serupa, meski seiring waktu Dok-ja bakal belajar untuk menulis ceritanya sendiri alih-alih pasrah pada "ramalan" yang ia ketahui.
Naskah hasil tulisan sang sutradara, Kim Byung-woo, bersama Lee Jeong-min, mengadaptasi novel web Omniscient Reader's Viewpoint karya Sing Shong untuk melahirkan dunia sarat keunikan yang tiap sudutnya selalu memancing rasa penasaran. "Apa yang terjadi selanjutnya? Misi apa yang berikutnya harus karakternya jalani? Makhluk aneh apa lagi yang akan muncul?", adalah beberapa tanda tanya yang bakal rutin berputar di kepala penonton.
Kim Byung-woo menggerakkan alurnya dengan begitu cepat sehingga melahirkan pisau bermata dua. Di satu sisi, cara itu efektif menjaga keseruan dan intensitas, namun di sisi lain, eksplorasi dunianya luput diolah secara matang, menciptakan beberapa pertanyaan seputar detailnya, yang mungkin baru akan disentuh bila sekuelnya dibuat. Pendekatan semacam ini memang acap kali melemahkan film sebagai sebuah karya yang berdiri sendiri.
Dok-ja tidak melakukan perjalanan seorang diri. Yoo Sang-ah (Chae Soo-bin) yang merupakan rekan Dok-ja, Lee Hyun-sung (Shin Seung-ho) si mantan tentara, Jung Hee-won (Nana) si petarung tangguh, dan Lee Gil-young (Kwon Eun-seong) si bocah penyuka serangga, juga turut serta. Nantinya, "murid" dari Yoo Joong-hyuk, yakni Lee Ji-hye (Jisoo) si penembak jitu, akan ikut mengulurkan bantuan. Masing-masing karakternya diberi ruang untuk unjuk gigi. Tidak ada yang terlupakan. Semua bekerja sama, bukan cuma perihal menumpas monster, juga saat dihadapkan pada ego manusia, yang sempat pula menggerogoti mereka.
Filmnya bergerak ke arah yang lebih familiar tiap adegan aksi mengambil alih. Pengarahan Kim Byung-woo cukup bertenaga, tapi baku hantamnya tidak lebih dari gaya khas blockbuster modern yang berorientasi pada gaya Hollywood, di mana beragam efek CGI saling bertubrukan, sampai terkadang sukar mencerna peristiwa apa yang tengah memenuhi layar bioskop.
Efek visualnya terlihat solid tatkala sebatas dipakai memvisualkan makhluk yang melakukan gerakan-gerakan sederhana, semisal saat Ichthyosaurus si monster laut pertama kali menampakkan wujudnya. Lain cerita kala harus menghidupkan gerak-gerak kompleks, atau latar yang sepenuhnya dikemas menggunakan CGI. Omniscient Reader: The Prophecy memaksakan diri melakukan sesuatu yang berada di luar jangkauannya.
Tapi pemandangan sewaktu Dok-ja menghabiskan puluhan ribu koin untuk melipatgandakan kekuatannya sembari mengumpulkan benda langka yang bisa ditukar dengan senjata, Jung Hee-won yang dengan kerennya menghabisi puluhan musuh bermodalkan dua buah belati, atau Lee Gil-young yang sanggup memanggil barisan serangga raksasa, tidak pernah kehilangan pesonanya. Omniscient Reader: The Prophecy tak ubahnya video game yang digarap apik. Eskapisme ajaib yang sejenak membawa penikmatnya melupakan dunia nyata yang serba biasa.
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar