Terungkapnya pemakaian doping oleh Lance Armstrong bukan hanya skandal terbesar dalam sejarah Tour de France, tapi juga olahraga. Dari pahlawan inspiratif Armstrong menjadi pesakitan tatkala ketujuh gelar juaranya (terbanyak sepanjang sejarah) dicabut dan mendapat sanksi larangan mengikuti perlombaan seumur hidup. Kita semua telah mengetahui garis besar kasus tersebut. Sedangkan untuk detail, dokumenter "The Armstrong's Lie" sudah melakukan investigasi mendalam. Masihkah ada sisa cerita untuk dituturkan? Sesungguhnya masih, karena kasus Armstrong lebih rumit dari sekedar kecurangan dunia olahraga. Benarkah mereka yang berperan mengungkap skandal itu merupakan malaikat dengan Armstrong sebagai setannya? Melihat sejarah Tour de France -14 dari 25 pemenang terakhir melakukan doping- apakah layak semua gelar itu dicabut?
"The Program" diangkat dari buku "Seven Deadly Sins" karya David Walsh, wartawan New York Times yang melakukan penyelidikan panjang guna mengungkap kebohongan Armstrong. Sebagai building character, film ini memperkenalkan sosok Lance Armstrong (Ben Foster) sebagai pembenci kekalahan. Dia selalu ingin menjadi nomor satu, tapi apa daya kemampuan fisiknya tak mendukung ambisinya meraih gelar juara. Maka dari itu ia amat terpukul tatkala didiagnosa menderita testicular cancer stadium akhir pada 1996. Tentu saja Armstrong tidak tinggal diam. Dua tahun kemudian ia kembali berlomba, kali ini dibantu seorang dokter bernama Michele Ferrari (Guillaume Canet) yang secara rutin menyuntikkan EPO -obat penambah produksi sel darah merah- pada Armstrong.
Naskah garapan John Hodge melakukan tugasnya dengan baik menuliskan sosok Lance Armstrong. Tanpa berusaha "membenarkan", Hodge mampu membuat saya memahami alasan di balik tindakan sang atlet adalah rasa tidak suka akan kekalahan. Orang berwatak serupa akan sangat membenci ketidakberdayaan, nampak bagai pecundang. Ditambah kanker, semakin kuatlah motivasi Armstrong untuk melakukan segala cara demi kemenangan. Hodge membuat itu reasonable tanpa terasa membela. Tentu akting Ben Foster turut berperan serta atas keberhasilan tersebut. Foster selalu memunculkan ambisi juga arogansi dalam tiap tindak tanduknya. Kombinasi dua aspek itu memberi kompleksitas pada tokohnya. Ditambah melihat sumbangsihnya membantu penderita kanker, "The Program" memanusiakan Lance Armstrong. Bukan "setan penipu", hanya manusia biasa dengan dua sisi hitam-putih.
Sayangnya film ini terlalu dangkal dalam menghantarkan konflik. Naskah dari Hodge seolah "malu-malu" menjauhkan sosok-sosok seperti David Walsh (Chris O'Dowd) atau Floyd Landis (Jesse Plemons) dari kesan "orang baik". Di sini, David adalah wartawan penuh passion dalam balap sepeda yang murni mengungkap kecurangan Armstrong atas nama fair play, sedangkan Floyd merupakan korban kelicikan Armstrong dan timnya. Tidakkah terpikirkan oleh anda bahwa tindakan David dan Floyd hanya dilandasi rasa iri atau sakit hati? Bukankah mungkin juga keputusan pihak penyelenggara mencabut seluruh gelar Armstrong lebih disebabkan kekesalan akibat tertipu bertahun-tahun? Filmnya menyinggung semua itu hanya secara tersirat, mengurangi ketajaman narasi, pula kompleksitas konflik.
Di tangan sutradara Stephen Fears, "The Program" menjadi drama olahraga yang gagal menangkap adrenaline rush dunia tersebut. Tour de France tidak hanya dramatis tapi juga berbahaya, dimana total sudah memakan empat korban jiwa dan serangkaian kecelakaan fatal lain. Stephen Fears mampu mengemas sequence balapan secara well-made, tapi nihil intensitas ketegangan apalagi getaran emosi. Caranya bernarasi pun tidak membuat saya nyaman mengikuti cerita. Alurnya melompat begitu kasar, memunculkan kembali penyakit lama film biopic yang seperti hanya gabungan ala kadarnya dari serangkaian segmen. Jika anda tidak rutin mengikuti pemberitaan kasusnya, belum menonton "The Armstrong's Lie" atau tanpa pengetahuan mengenai obat-obatan, beberapa poin khususnya tentang kecurangan Armstrong bisa membingungkan. Tentu naskah turut berkontribusi dalam kekurangan itu, namun Fears semestinya berusaha lebih guna merapihkan penceritaan.
Terdapat sedikit eksplorasi teruntuk Lance Armstrong yang diperankan dengan baik oleh Ben Foster, tapi tanpa keberanian membawakan konflik secara lebih tajam dan keberadaan invetigasi lebih mendalam milik "The Armstrong's Lie", kehadiran "The Program" berujung pointless.
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar