PSP: GAYA MAHASISWA (2019)

2 komentar
PSP: Gaya Mahasiswa merupakan tipikal tontonan yang menghibur berkat semangat bersenang-senangnya, meski secara filmis sejatinya kacau. Penonton pemula takkan membawa pulang banyak pemahaman baru tentang oktet dangdut humor legendaris Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks, tapi jika menyaksikan delapan pria melontarkan banyolan semaunya—dengan beberapa di antaranya justru semakin garing semakin lucu—termasuk selera anda, maka PSP: Gaya Mahasiswa bisa jadi satu setengah jam yang cukup menyenangkan meski mudah dilupakan.

PSP terdiri dari Monos (Imam Darto), Rojali (Boris Bokir), Ade (Abdur Arsyad), Andra (David Schaap), Adit (Wira Nagara), Dindin (Uus), James (Dimas Danang), dan Omen (Adjis Doaibu). Mereka dikenal sebagai mahasiswa dengan setumpuk tingkah usil, termasuk membajak pidato rektor yang jadi momen perkenalan penonton dengan kegilaan delapan pemuda ini. Di luar kampus, mereka juga sekelompok musisi yang kesulitan mendapat panggung, sebab pada era di mana musik elektronik berkuasa, tiada tempat bagi orkes dangdut macam PSP.

Walau mengangkat kisah musisi legendaris, naskah buatan Hilman Mutasi (The Tarix Jabrix 5 cm, Benyamin Biang Kerok), Yanto Prawoto (Check in Bangkok, CJR The Movie: Lawan Rasa Takutmu), dan Baskoro Adi Wuryanto (Gasing Tengkorak, Jailangkung, Bayi Gaib: Bayi Tumbal Bayi Mati) justru seolah kurang tertarik menggali ranah musikalitas OM PSP. Kita tidak tahu bagaimana proses kreatif mereka. Tentu lagu-lagu PSP tetap memancing senyum, namun mayoritas momen musikal hanya dijadikan selipan, nyaris tanpa korelasi dengan plot, pula dikemas ala kadarnya oleh Hilman Mutasi selaku sutradara.

Naskahnya pun tidak membantu perihal menyeimbangkan delapan karakter agar bisa berbagi bobot sama rata, akibat kegagalan memberi penokohan berlainan kepada tiap anggota PSP. Kelakuan kedelapan pemuda ini begitu mirip, sehingga nama-nama seperti Andra, Adit, dan Omen dipastikan tenggelam ketika memperoleh materi serba berkekurangan, baik dari segi kuantitas atau kualitas.

Beruntung, jajaran pemain yang mendapat porsi lebih mampu tampil maksimal guna membuat filmnya tetap bertenaga. Bersenjatakan gaya absurd dan hiperbola khasnya, Uus paling menonjol. Tidak semua humor PSP: Gaya Mahasiswa sekreatif adegan “pembuatan video tugas kuliah”, sehingga totalitas (plus kemungkinan beberapa improvisasi cerdik) Uus berguna menggandakan daya bunuh lawakannya.

Besar kemungkinan, penonton yang gemar duduk, mengobrol, sambil bersenda gurau bersama kawan-kawan di warung kopi sampai pagi (seperti saya) punya kecocokan lebih tinggi dengan lawakan film ini. Misalnya momen “kaki terinjak”, yang notabene salah satu bentuk komedi paling klasik dan sudah semakin garing, malah efektif memancing tawa meski dilontarkan berkali-kali. Semua berkat penghantaran para pemain. Ketimbang sosok aktor yang diwajibkan melucu di depan kamera, mereka bak tengah melucu dengan santai di tengah teman-teman. Atmosfernya menyenangkan.

Akan semakin menyenangkan andai PSP: Gaya Mahasiswa diberkahi penulis naskah mumpuni. Daripada satu cerita besar, ketiga penulis justru membuat film ini seperti kompilasi subplot. Ada soal romansa, kehadiran Fatimah (Aura Kasih) si ibu kos baru yang cantik nan seksi, sulitnya hidup sebagai musisi, persahabatan, hingga cerita terkait satpam (Iyang Darmawan) di kampus PSP yang nantinya bermuara kepada pesan anti-hoax. Cabang-cabang tersebut urung bersatu padu, dan alih-alih saling melengkapi, justru seperti berlomba saling mengungguli. Belum lagi transisi kasar kerap membuat kemunculan suatu momen terasa acak, tanpa ditautkan secara layak dengan peristiwa sebelum atau setelahnya.

Setumpuk subplot tadi sejatinya dapat dimanfaatkan selaku solusi kesulitan menyeimbangkan porsi karakternya, dengan cara membagi rata kisah-kisah itu kepada tiap anggota PSP. Sayangnya itu urung dilakukan, sehingga PSP: Gaya Mahasiswa tetap menjadi komedi kacau tak seimbang, yang setidaknya masih menyimpan kapasitas menyulut tawa.  

2 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

Embel2 scene ekslusive dilan, apakah bener2 penting scenenya?

Rasyidharry mengatakan...

Ya nggak mungkin penting sih, namanya juga sneak peek. Tapi yang jelas, lebih "cair" dan asyik. Beda sama yang nongol di trailer.