UNDERWATER (2020)
Rasyidharry
Januari 09, 2020
Adam Cozad
,
Brian Duffield
,
horror
,
Jessica Henwick
,
John Gallagher Jr.
,
Kristen Stewart
,
Kurang
,
REVIEW
,
Science-Fiction
,
T.J. Miller
,
Vincent Cassel
,
William Eubank
5 komentar
“Memindahkan Alien (1979) karya Ridley Scott ke bawah laut” merupakan misi Underwater. Karena baik di luar angkasa maupun
dasar samudera, tidak ada yang bisa mendengarmu berteriak. Anda pun bisa menemui
jump scare berupa monster kecil
melompat dari tubuh korban layaknya chestburster
(bedanya, di sini lewat punggung alih-alih dada), dilanjutkan oleh analisa
karakternya terhadap si monster di atas meja berwarna putih. Referensinya sudah
tepat, namun penggarapan keseluruhannya belum.
Kru sebuah proyek pengeboran bawah
laut dikejutkan saat laboratorium mendadak bocor, menghancurkan hampir
segalanya, membunuh mayoritas manusia di dalamnya. Ada beberapa penyintas,
sebutlah sang Kapten (Vincent Cassel); Paul (T.J. Miller) yang eksentrik dan
selalu membawa boneka kelinci bernama “Lil
Paul”; Emily (Jessica Henwick) yang dikuasai ketakutan; Liam (John
Gallagher Jr.) yang diam-diam meyukai Emily; serta protagonis kita, Norah
(Kristen Stewart dengan model rambut yang mengingatkan akan Sigourney Weaver di
Alien 3), seorang teknisi yang
menyebut dirinya sendiri sebagai seorang pesimis.
Mudah ditebak, terkait pengembangan
karakter, naskah buatan Brian Duffield (Insurgent,
The Babysitter) dan Adam Cozad (Jack
Ryan: Shadow Recruit, The Legend of Tarzan) hendak memaparkan perjalanan
Norah, dari seseorang yang pesimis, pasrah, dan senantiasa diam, hingga
akhirnya bersedia melakukan sesuatu demi perubahan. Betul bahwa kedua penulis
memberi alasan di balik sikap Norah, berdasarkan suatu peristiwa tragis di masa
lalunya. Tapi alasan tersebut sebatas hiasan minim eksplorasi, pun proses
perubahan Norah tidak dibarengi tahapan-tahapan meyakinkan. Terkesan, ia
mendadak berubah sikap di akhir cerita.
Tapi kekurangan itu, maupun kritik
sambil lalu terkait perusakan alam oleh manusia, bisa dimaafkan, andai Underwater sebagai berhasil memenuhi
tugasnya sebagai horor: menakut-nakuti. Di sini kegagalan “meniru” Alien tampak jelas. Sama-sama
menyembunyikan monsternya di mayoritas durasi, film ini lupa mengatur atmosfer
sekaligus membuat tiap kematian karakter meninggalkan dampak. Menyusuri dasar
laut gelap dan reruntuhan laboratorium sempit memang aktivitas klaustrofobik,
namun bukan berarti, semakin sering menampilkan karakternya berjalan, berenang,
dan mengambang di kegelapan otomatis memperkuat atmosfer.
Berjalan, berenang, berbicara,
berjalan, berenang lagi. Pemandangan itu mendominasi Underwater. Membosankan. Bisa tertolong, andai William Eubank (Love, The Sigal) selaku sutradara piawai
mengatur suasana serta intensitas. Sayangnya tidak. Saat tidak terjadi hal
signifikan di layar, tak sedikit pun yang dapat penonton nikmati, pun tatkala
teror mulai mengancam, ketegangannya hilang akibat pemakaian shaky cam memusingkan ditambah gerak
lambat—yang meski terlihat cukup cantik—nihil substansi, bahkan tak jarang
menggelikan. Soal metode menghabisi karakternya, Eubank terbatasi rating PG-13,
di mana deretan kematian brutal banyak terjadi di balik layar.
Kualitas CGI-nya, dibantu banyak
efek praktikal, tergolong solid, meyakinkan dalam membangun kehancuran-kehancuran
bawah laut, walau pujian serupa tidak bisa diberikan terkait penampakan
monsternya. Ada tiga jenis makhluk. Demi menghindari spoiler, mari sebut saja “monster 1”, “monster 2”, dan “monster 3”.
Monster 2 punya generik, serupa deretan monster-monster kebanyakan di film
bertema serupa, jauh dari kesan menyeramkan. Karena mereka yang paling sering
kita temui sekaligus memiliki jumlah terbanyak, seberapa besar dampak kehadiran
Monster 2 berifat esensial bagi keberhasilan Underwater. Artinya sederhana. Filmnya gagal.
Monster 3 paling intimidatif,
paling berkesan, pula melahirkan satu-dua momen menegangkan jelang akhir yang
mampu menggiring penonton membayangkan betapa mengerikannya kalau harus
berhadapan langsung dengannya. Tapi statusnya sebagai “big boss” sekaligus keterbatasan dana membatasi kuantitas
kemunculannya, sehingga belum cukup mengatrol daya bunuh Underwater, sekalipun sudah ditambah kemampuan Kristen Stewart menyeimbangkan
kontemplasi dan ketangguhan sesosok jagoan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
5 komentar :
Comment Page:Satu2nya saya masih minat nonton film ini besok adalah lihat posternya,smoga monster giantnya di film seintimidatif di poster
Sudah nuntun hari pertama dan jam tayang pertama dengan jumlah penonton yang sedikit..
Menghibur lah, nggk ngantuk kok nuntun'nya 🤣🤣🤣
Nonton semalem.
Atmosfer, ketakutan, dan hembusan nafasnya kristen stewart yg bikin negangin sambil bayangin gimana jadinya gua kalo dibawah laut begitu, spooky. Utk setahun terakhir film bawah laut begini, buat gua sih bang 8/10 lah
kapan film Trench rilis?
Film yang pastinya menegangkan, mantap kang artikelnya
Posting Komentar