UNDERWATER (2020)

5 komentar
“Memindahkan Alien (1979) karya Ridley Scott ke bawah laut” merupakan misi Underwater. Karena baik di luar angkasa maupun dasar samudera, tidak ada yang bisa mendengarmu berteriak. Anda pun bisa menemui jump scare berupa monster kecil melompat dari tubuh korban layaknya chestburster (bedanya, di sini lewat punggung alih-alih dada), dilanjutkan oleh analisa karakternya terhadap si monster di atas meja berwarna putih. Referensinya sudah tepat, namun penggarapan keseluruhannya belum.

Kru sebuah proyek pengeboran bawah laut dikejutkan saat laboratorium mendadak bocor, menghancurkan hampir segalanya, membunuh mayoritas manusia di dalamnya. Ada beberapa penyintas, sebutlah sang Kapten (Vincent Cassel); Paul (T.J. Miller) yang eksentrik dan selalu membawa boneka kelinci bernama “Lil Paul”; Emily (Jessica Henwick) yang dikuasai ketakutan; Liam (John Gallagher Jr.) yang diam-diam meyukai Emily; serta protagonis kita, Norah (Kristen Stewart dengan model rambut yang mengingatkan akan Sigourney Weaver di Alien 3), seorang teknisi yang menyebut dirinya sendiri sebagai seorang pesimis.

Mudah ditebak, terkait pengembangan karakter, naskah buatan Brian Duffield (Insurgent, The Babysitter) dan Adam Cozad (Jack Ryan: Shadow Recruit, The Legend of Tarzan) hendak memaparkan perjalanan Norah, dari seseorang yang pesimis, pasrah, dan senantiasa diam, hingga akhirnya bersedia melakukan sesuatu demi perubahan. Betul bahwa kedua penulis memberi alasan di balik sikap Norah, berdasarkan suatu peristiwa tragis di masa lalunya. Tapi alasan tersebut sebatas hiasan minim eksplorasi, pun proses perubahan Norah tidak dibarengi tahapan-tahapan meyakinkan. Terkesan, ia mendadak berubah sikap di akhir cerita.

Tapi kekurangan itu, maupun kritik sambil lalu terkait perusakan alam oleh manusia, bisa dimaafkan, andai Underwater sebagai berhasil memenuhi tugasnya sebagai horor: menakut-nakuti. Di sini kegagalan “meniru” Alien tampak jelas. Sama-sama menyembunyikan monsternya di mayoritas durasi, film ini lupa mengatur atmosfer sekaligus membuat tiap kematian karakter meninggalkan dampak. Menyusuri dasar laut gelap dan reruntuhan laboratorium sempit memang aktivitas klaustrofobik, namun bukan berarti, semakin sering menampilkan karakternya berjalan, berenang, dan mengambang di kegelapan otomatis memperkuat atmosfer.

Berjalan, berenang, berbicara, berjalan, berenang lagi. Pemandangan itu mendominasi Underwater. Membosankan. Bisa tertolong, andai William Eubank (Love, The Sigal) selaku sutradara piawai mengatur suasana serta intensitas. Sayangnya tidak. Saat tidak terjadi hal signifikan di layar, tak sedikit pun yang dapat penonton nikmati, pun tatkala teror mulai mengancam, ketegangannya hilang akibat pemakaian shaky cam memusingkan ditambah gerak lambat—yang meski terlihat cukup cantik—nihil substansi, bahkan tak jarang menggelikan. Soal metode menghabisi karakternya, Eubank terbatasi rating PG-13, di mana deretan kematian brutal banyak terjadi di balik layar.

Kualitas CGI-nya, dibantu banyak efek praktikal, tergolong solid, meyakinkan dalam membangun kehancuran-kehancuran bawah laut, walau pujian serupa tidak bisa diberikan terkait penampakan monsternya. Ada tiga jenis makhluk. Demi menghindari spoiler, mari sebut saja “monster 1”, “monster 2”, dan “monster 3”. Monster 2 punya generik, serupa deretan monster-monster kebanyakan di film bertema serupa, jauh dari kesan menyeramkan. Karena mereka yang paling sering kita temui sekaligus memiliki jumlah terbanyak, seberapa besar dampak kehadiran Monster 2 berifat esensial bagi keberhasilan Underwater. Artinya sederhana. Filmnya gagal.

Monster 3 paling intimidatif, paling berkesan, pula melahirkan satu-dua momen menegangkan jelang akhir yang mampu menggiring penonton membayangkan betapa mengerikannya kalau harus berhadapan langsung dengannya. Tapi statusnya sebagai “big boss” sekaligus keterbatasan dana membatasi kuantitas kemunculannya, sehingga belum cukup mengatrol daya bunuh Underwater, sekalipun sudah ditambah kemampuan Kristen Stewart menyeimbangkan kontemplasi dan ketangguhan sesosok jagoan.

5 komentar :

Comment Page:
Badminton Battlezone mengatakan...

Satu2nya saya masih minat nonton film ini besok adalah lihat posternya,smoga monster giantnya di film seintimidatif di poster

Unknown mengatakan...

Sudah nuntun hari pertama dan jam tayang pertama dengan jumlah penonton yang sedikit..

Menghibur lah, nggk ngantuk kok nuntun'nya 🤣🤣🤣

RR mengatakan...

Nonton semalem.
Atmosfer, ketakutan, dan hembusan nafasnya kristen stewart yg bikin negangin sambil bayangin gimana jadinya gua kalo dibawah laut begitu, spooky. Utk setahun terakhir film bawah laut begini, buat gua sih bang 8/10 lah

Ilham Qodri mengatakan...

kapan film Trench rilis?

Cage mengatakan...

Film yang pastinya menegangkan, mantap kang artikelnya