REVIEW - CARGO
Urusan kuantitas film fiksi-ilmiah,
bahkan di ranah Asia pun Bollywood masih tertinggal. Tapi melalui debutnya,
sutradara sekaligus penulis naskah Arati Kadav telah melahirkan karya yang belum
(atau bahkan tidak akan pernah) mampu dibuat oleh Hollywood sekalipun. Cargo kental dipengaruhi elemen kultural,
baik tradisional maupun populer, yang mempengaruhi pendekatan cerita, pula gaya
pengemasannya.
Sekilas Cargo serupa film-film berlingkup sempit dengan latar pesawat luar
angkasa yang membicarakan kesendirian, keterasingan, dan eksistensi, seperti Solaris, Moon, atau High Life. Vikrant Massey memerankan Prahastha, astronot yang sudah
bertahun-tahun bertugas seorang diri di pesawat Pushpak 634A. Bedanya,
Prahastha bukan manusia. Dia iblis. Ya, iblis, setan, atau apalah sebutannya.
Dia iblis yang bisa membuat benda-benda di sekitarnya melayang. Bagaimana iblis
menjadi astronot?
Alkisah, pada 2027, bangsa
keturunan iblis yang disebut Homo Rakshasa, menandatangani perjanjian damai
dengan manusia, demi mengubah citra buruk nan menyeramkan mereka. Rakshas Manushya Peace Treaty adalah
nama perjanjian itu. Mereka menciptakan program, di mana manusia yang
meninggal akan dikirim ke pesawat luar angkasa. Tubuh mereka dikembalikan
seperti sedia kala, ingatan mereka dihapus, sebelum kemudian bereinkarnasi.
Tidak ada penjabaran detail, baik
santifik maupun magis, soal bagaimana setelah masuk ke suatu ruangan, seseorang
dapat bereinkarnasi. Dan rasanya itu tidak perlu. Fokus Cargo adalah soal manusia-manusia (baca: iblis-iblis) yang
bertugas. Setiap kisahnya mengajak kita mengintip ke luar pesawat guna mengamati
peristiwadi Bumi, selalu timbul pertanyaan yang mendistraksi.
Misalnya, “Setelah perjanjian, bagaimana dinamika kehidupan kedua bangsa?
Apakah manusia dan iblis saling bersandingan?”.
Berbeda dibanding
kompatriot-kompatriot asal Hollywood yang contohnya saya sebut di atas, Cargo bukan kontemplasi sunyi, tidak
pula selalu serius, apalagi depresif. Bahkan Arati Kadav mendesain agar filmnya
dapat menghibur penonton luas, lewat kejenakaan berbasis keunikan dunianya. Dari
radio kita mendengar berita seputar aktris separuh manusia separuh ular, sedangkan
suatu talk show di televisi dipandu
oleh centaurides.
Arati mampu menyeimbangkan drama
kontemplatif dan momen-momen ringan, dengan pacing
yang penuh kesabaran, namun tidak draggy.
Desain interior Pushpak 634A cukup meyakinkan, sementara CGI yang memadai —mengingat
belum jauhnya industri Bollywood melangkah di genre ini— menghidupkan eksterior,
juga beberapa elemen terkait sosok serta kemampuan para iblis.
Kisahnya mulai menyentuh pertanyaan
yang lebih kompleks selepas kedatangan Yuvishka (Shweta Tripathi), sang lulusan
terbaik yang bertugas sebagai asisten Prahastha. Awalnya Prahastha keberatan,
tapi begitu menyaksikan Yuvishka bekerja, ditambah lagi ia mempunyai kemampuan
menyembuhkan, hatinya mulai luluh. Tidak. Tidak ada romansa klise di antara
mereka. Prahastha menyimpan urusan percintaannya sendiri yang selalu ia sembunyikan,
sedangkan Yuvishka punya masalah lain untuk dipusingkan.
Ada ganjalan terkait
perkenalan kekuatan Yuvishka. Salah satu cargo
(sebutan bagi orang meninggal yang dikirim ke Pushpak 634A) diceritakan
mengalami luka bakar begitu parah setelah tewas akibat ledakan. Tapi, para cargo sebelumnya tak pernah nampak
memiliki luka. Padahal ada yang tewas di kecelakaan lalu lintas, dalam lift,
dan lain-lain. Inkonsistensi terkait “rules”
di atas, semata-mata muncul hanya untuk membuka jalan bagi Yuvishka unjuk gigi.
Berikutnya, seiring menguatnya
hubungan dua tokoh utama, yang dibarengi chemistry
solid Vikrant dan Shweta, kisahnya mulai mencuatkan pertanyaan-pertanyaan
terkait kehidupan. Sayangnya, naskah buatan Arati cuma menyentuh bagian
permukaan, lalai menggali lebih dalam. Alhasil, terjadi beberapa ambiguitas tak
perlu (apa pastinya alasan kekuatan Yuvishka menghilang lalu kembali?) pun
pesannya terkesan rancu.
Pada dasarnya Cargo bicara tentang “kehampaan” berlatar ruang hampa luar angkasa.
Sebelum kedatangan Yuvishka, Prahastha terkekang oleh kehampaan bernama
kesendirian, mengalienasi dirinya akibat rasa takut atas kesedihan yang
dihasilkan perpisahan, apabila ia menjalin hubungan dengan orang lain. Lalu,
lewat kisah para cargo, timbul
perungan, “Jika setelah kematian hanya ada ketiadaan berupa akhir cerita, apa
perlunya hidup?”.
Sebagaimana disiratkan dalam ucapan Nitigya (Nandu Madhav), petugas yang tiap hari berkomunikasi dari stasiun di Bumi, saat memperlihatkan kekuatan menghilangnya, “Mustahil menghilang sepenuhnya”. Menurut Cargo, selalu ada jejak yang tertinggal saat seseorang mencapai akhir perjalanan. Jejak berupa kenangan dan legacy. Tapi pernyataan tersebut berakhir sebatas gagasan permukaan, tanpa dibarengi penuturan yang mampu menggugah perasaan. Walau membuatnya kurang maksimal, kekurangan tersebut tak melenyapkan pencapaian Cargo, yang sekali lagi membuktikan kapasitas Bollywood menyulap materi kurang bersahabat jadi sajian yang mudah diakses kalangan luas.
Available on NETFLIX
4 komentar :
Comment Page:(((HOMO RAKSHASHA)))
Homo sapiens giant size??ππ
Rakshasha di India kan aslinya semacam demigod π
Saya akan sangat merekomendasikan layanan pinjaman Mr Pedro kepada siapa pun yang membutuhkan bantuan keuangan, dan mereka akan membuat Anda tetap di atas direktori tinggi untuk kebutuhan lebih lanjut. Sekali lagi, saya memuji diri Anda dan staf Anda untuk layanan dan layanan pelanggan yang luar biasa, karena ini adalah aset besar bagi perusahaan Anda dan pengalaman yang menyenangkan bagi peminjam seperti saya. Berharap yang terbaik untuk masa depan Anda. Pak Pedro adalah cara terbaik untuk mendapatkan pinjaman mudah, ini email mereka. pedroloanss@gmail.com Atau WhatsApp: +18632310632 Terima kasih telah membantu saya dengan pinjaman sekali lagi dengan tulus hati saya selamanya berterima kasih.
Anda dapat menghubungi Mr Pedro Jerome untuk bantuan keuangan berikut seperti Home Loan, Car Loan, Business Loan, Personal Loan, Merchant Loan,
Posting Komentar