REVIEW - TENET
Kita semua tahu kecintaan Christopher Nolan
terhadap seri James Bond, baik dari pernyataan sang sutradara langsung,
maupun lewat karya-karyanya. Tiap ada proyek 007 baru diumumkan, namanya selalu
digadang-gadang menjadi nakhoda. Tapi ia mengakui bahwa pembuatan Tenet merupakan
masa paling lama di mana ia tidak menonton film si agen rahasia. Menariknya, Tenet
justru merupakan film Nolan yang “paling James Bond” sejauh ini, bahkan
lebih dari Inception.
Protagonis seorang agen rahasia? Ada. Aksi
curi-mencuri dengan berbagai negara sebagai latar? Ada. Sekuen bombastis? Ada. Karakter
pendukung wanita cantik? Ada. Antagonis yang berambisi menguasai dunia? Ada,
walau kata “menguasai” di sini tidak seliteral itu. Bedanya, Bond tidak harus
berurusan dengan waktu yang terbalik.
Ya, Nolan kembali bermain-main dengan konsep
waktu kegemarannya, dan jika anda menganggap Inception, Interstellar, apalagi
Memento membingungkan, bersiaplah, sebab Tenet bakal membuat
judul-judul itu bak soal ujian SD. Bahkan sebelum gagasan utamanya
diperkenalkan, adegan pembuka yang memperlihatkan protagonis tanpa nama kita
(John David Washington) menjalankan misi di Kyiv sebagai anggota CIA, sudah
akan memancing pertanyaan. Siapa dia? Siapa mereka? Apa yang sedang dilakukan?
Kenapa?
Singkat cerita, pasca misi tersebut, si
protagonis direkrut ke dalam organisasi misterius bernama Tenet, yang bertujuan
menghentikan akhir dunia. Bukan karena nuklir sebagaimana si protagonis kira,
namun akibat senjata dari masa depan yang dapat memutarbalikkan waktu. Bersama seorang
kontak bernama Neil (Robert Pattinson), penyelidikan si protagonis terhadap
sang pemilik senjata membawanya berurusan dengan oligark Rusia, Andrei Sator (Kenneth
Branagh). Istri Sator, Kat (Elizabeth Debicki), yang sudah tidak tahan lagi terhadap
kekangan sang suami pun turut mengulurkan bantuan.
Tidak terdengar rumit, karena seperti telah
disinggung, kerangka alurnya memang mencerminkan formula Bond. Menjadi kompleks
ketika elemen time inversion mulai ambil bagian, terlebih pasca suatu
mesin berbentuk pintu putar (disebut “turnstile”) diperkenalkan. Mesin
itu bisa membuat seseorang menjalani waktu secara terbalik, dan saat itu
terjadi, kita akan melihat dua linimasa berjalan beriringan.
Sebenarnya konsep waktu Tenet tidak
serumit itu. Cukup pahami konsep turnstile, dan semuanya terjelaskan. Menjadi
terksan rumit, karena naskah buatan Nolan sebatas menyediakan penjelasan
melalui kalimat-kalimat singkat yang berlalu dengan cepat, sambil terus
menggerakkan alurnya. Salah satu alasan mengapa Nolan spesial adalah
keengganannya “menyuapi” penonton, tapi kali ini, dampaknya adalah kompleksitas
yang acap kali tidak diperlukan.
Mengapa tidak diperlukan? Karena sejatinya, Tenet
menyimpan potensi untuk melahirkan kisah emosional, andai drama berbasis
karakter dikedepankan, dengan time inversion sebagai pendukung,
alih-alih sebaliknya. Misalnya perjuangan Kat mendapatkan kebebasan (tanpa disadari
Kat telah menyaksikan kebebasannya sendiri). Pula persahabatan unik protagonis
kita dengan Neil, yang begitu hidup berkat banter Washington dan
Pattinson. Atau yang lebih filosofis, tentang sang protagonis sebagai “penjinak
bom yang tidak pernah meledak”. Bayangkan dari balik kegelapan, anda
menyelamatkan seseorang, tanpa orang itu tahu sudah anda selamatkan. Bahkan ia
tidak sadar kalau butuh diselamatkan. Isn’t that heartful?
Setidaknya bagi para pecinta teka-teki
khususnya yang berkaitan dengan konsep perjalanan waktu, melihat dua linimasa
bertemu, lalu mendapati bagaimana tanpa disadari keduanya saling terikat dan mempengaruhi,
merupakan aktivitas yang menyenangkan. Di sinilah ketidaksukaan Nolan kepada
dramatisasi justru memperkuat filmnya. Jika banyak sineas lain bakal
memperlakukan tiap keterikatan sebagai “big reveal’, Nolan tidak
demikian. Seolah baginya semua itu merupakan kewajaran, dan bagi saya, proses
mengungkap sendiri kaitan peristiwa A dan B, menjadi hiburan tersendiri.
Tentu hiburan terbesar Tenet berasal
dari aksinya. Saya cukup yakin, ketertarikan utama Nolan atas konsep ini bukan
didasari keinginan bercerita, melainkan mengeksekusi ide-ide sekuen aksi yang
(seperti biasa) mendobrak batas. Masih tanpa bantuan green screen, selain
beberapa “rutinitas” masif khas Nolan seperti meledakkan Boeing 747, momen-momen
paling memukau tentu saja selalu melibatkan time inversion. Gedung tidak
sekadar luluh lantah, namun seolah dihancurkan dan “didirikan” secara simultan.
Time inversion juga berguna menyembunyikan fakta, bahwa lebih dari satu
dekade setelah The Dark Knight, kemampuan Nolan membungkus aksi baku
hantam belum mengalami peningkatan berarti.
Anda harus menontonnya sendiri untuk
memahami maksud deskripsi di atas, dan merasakan betapa imajinatif sang sineas mengemas
aksi. Saya terpukau walau cuma menyaksikannya di Blu-ray. Entah bagaimana di
layar lebar, apalagi IMAX. Bersabarlah sedikit lagi, sebab kalau tidak ada
rintangan, menurut sumber terpercaya, rencananya Tenet akan tayang di
bioskop Indonesia mulai Januari 2021.
Available on DVD, BLU-RAY & DIGITAL
SERVICES
25 komentar :
Comment Page:Kan kata laura "Dont try to understand, feel it"
Abis nonton tenet, terus paham teori ilmiahny, berasa jadi einstein. Hahahah
Wih masih dinilai lumayan sama movfreak kirain bakal sama nilainya kaya dunkirk bang. Saya nonton ini rasanya persis sama pas nonton dunkirk. Kosong ga ada terikat sama karakternya.Padahal banyak banget ya karakter yang bisa dieksplor tapi nolan lebih memilih ngejelasin time inversion dari adegan ke adegan selanjutnya
Iya bener. Meski butuh ditonton lebih dari sekali tp keren konsepnya. Intinya mesti ngerti konsep time inversionnya dulu baru bisa ngikutin alurnya. Tp yg paling top disini scoring & sekuen aksinya. Coba nonton di bioskop pasti lebih mantap. Hahaha
Simplenya gini sih, Dunkirk waktu itu udah nonton layar lebar berasa meh, tapi Tenet, cuma model Bluray, udah nendang. Di bioskop pasti lebih gila lagi
Besoklah tonton lagi di bioskop Januari 😁
Hahahaha. Bener tuh
kak review film nomadland nya frances dong
Belum ada akses legalnya
oh,belum ada ya.tapi kak kenapa kakak nonton film tenet kan katanya nanti nungguin di bioskop
Bantu jawab..
Mas rasyid nonton legal kok di blu ray.. semua review di paling bawah ada akses nontonnya
maksud saya,kenapa sekarang? bukan nanti (mungkinkah kakaknya sudah tidak sabar)tapi kak nonton
dong film nomadland kan menang venice.menurut kakak filmnya bisa masuk nominasi best picture oscar gak.
Yap, ini nonton di Bluray karena penasaran sama ceritanya aja. Jadi begitu di bioskop tayang, bisa fokus sama spectacle-nya.
Kalo Nomadland karena kayaknya nggak ada bau-bau bakal rilis streaming, mungkin nunggu home video-nya tahun depan
hmm..Bukan terbaik dari Nolan, tapi masih watchable. Saran saya untuk nonton film ini, coba lah untuk tidak ilmiah. Cukup nikmati cinematic experience-nya aja. Sama kayak nonton Ratu Ilmu Hitam, jangan mikir logis atau nggak. Nikmati aja terrornya :)
Btw peringkat ranking dong film-filmnya Nolan versi bang Rasyid hehehehe.
ckckck... sebegitu lebaynya review film tsb... padahal nurut aku filmnya itu jelek banget... stupid...
Tenet dipenuhi jargon intelek yang seakan-akan berteriak pada penonton “gila, cerdas banget nih ceritanya”. Namun semua manipulasi gambar dan editing itu terasa dingin. Terasa teknis sekali. Tidak ada jiwa di sana. Rangkaian cerita dalam Tenet ingin pamer dan membuatmu merasa goblok kalau sampai tidak paham selama menonton.
Hmmm, mungkin sewaktu-waktu bakal berubah, tapi buat sekarang
Inception > Memento > TDKR > Following > TDK > Batman Begins > Interstellar > Insomnia > The Prestige > Tenet > Dunkirk
Ckckck...sebegitu lebaynya komentar di atas ini
*eh gitu bukan sih cara maennya? *
Mungkin dia sendiri yg merasa goblok? Kita mah fine2 aja ya Mas Rasyid nontonnya. Wkwkwkwk
Yg fine fine nnton ny ngerasa ngerti pdahal masih membekas bnyk pertanyaan, / kemungkinan cumen liet2 aksi ledak2 ny doang tanpa tau&paham storytelling ny wkkw
Gw malah nilai ni film sok jenius yg membuat org terkesan oon
Mz/mb, jangan berasumsi semua orang sebodo sampeyan 😂
Sok tau. Lu aja kali yg goblok. Otak lu kgk nyampe. Wkwkwkwk
Blog ini selalu "rame" kalo udah review Nolan.
Ckckck segitu tidak originalnya komen di atas. Paragraf kedua dari komentarnya copas dari artikel Vice Indonesia, gak bisa berkomentar menurut opini sendiri ya bro sampai harus copas dari artikel Vice biar terlihat edgy
Biasa aja.. score 5/10.. film paling lemahnya nolan
Gamau nonton di bioskop lagi? Gw cek di tix tayang tuh tenet di bioskop
Mungkin skor nya bisa berubah
Posting Komentar