REVIEW - SEHIDUP SEMATI

31 komentar

Pada 2012 (14 tahun lalu) Upi menelurkan Belenggu, yang meski kurang sukses secara finansial, pelan-pelan memperoleh pengakuan seiring waktu, berkat gaya Lynchian-nya yang unik untuk ukuran film Indonesia. Sehidup Semati, yang konon sudah ditulis naskahnya sejak 13 tahun lalu, menyisakan setumpuk kemiripan. Masih sureal, masih dihiasi tata artistik cantik, masih menyoroti gangguan psikis si protagonis, dan sayangnya masih disokong oleh naskah yang kurang mumpuni bereksplorasi.

Bedanya, di sini Upi mengganti sosok pria gamang di Belenggu dengan wanita korban KDRT. Nama wanita itu Renata (Laura Basuki). Semasa kecil, sang ibu yang juga korban kekerasan, pernah berpesan bahwa apa pun yang terjadi, wanita harus bersabar karena perceraian adalah perbuatan buruk. Itulah yang sekarang dilakukan Renata. Walaupun Edwin (Ario Bayu) kerap memukulinya, ia memilih bertahan dan terus menyiapkan makanan bagi sang suami.

Renata enggan meninggalkan pernikahan yang telah sedemikian hancur dan membahayakan, sebagaimana ia menolak mengikuti para tetangga yang berbondong-bondong pindah gara-gara apartemen mereka yang tidak lagi layak huni. Sampai Renata bertemu Asmara (Asmara Abigail) yang punya kepribadian berlawanan dengannya. Asmara yang blak-blakan dan semaunya ibarat antitesis bagi Renata si istri penurut. 

Tentu tidak sulit menangkap jati diri Asmara sebenarnya, atau lebih tepatnya, hal apa yang diwakili oleh karakternya. Tapi kurang tepat kalau menyebut kelemahan film ini adalah "gampang ditebak" mengingat film bukanlah kuis. Masalah Sehidup Semati adalah ketidakmampuan konflik miliknya mengikat atensi akibat presentasi yang penuh repetisi. 

Kita diajak mengikuti rutinitas Renata, di mana harinya dimulai dengan menerima sikap dingin Edwin yang hendak berangkat kerja, lalu Renata yang tinggal seorang diri di rumah dihantui oleh penampakan wanita misterius (dikemas memakai jump scare ala kadarnya). 

Durasi 108 menitnya diisi oleh pengulangan dari situasi di atas, yang makin lama makin melelahkan, meskipun Upi, dibantu oleh tata kamera garapan Yunus Pasolang dan departemen artistik garapan Jafar Shiddiq, selalu bisa membuai mata penonton lewat visual cantik serta pilihan shot unik. Begitu film berakhir dan mengungkap twist-nya, saya tidak merasa telah diajak mengarungi suatu proses dengan tahapan yang terstruktur.

Di jajaran pemain, Ario Bayu mudah menyulut kebencian kita, Asmara Abigail dengan keliarannya mampu memberi tambahan energi, sementara Laura Basuki jadi aspek terbaik filmnya melalui totalitas olah rasa dalam memerankan wanita yang tersiksa secara psikis. 

Laura pantas mendapat materi yang lebih baik. Materi yang bukan sekadar amalgam medioker dari karya-karya Roman Polansi di era 60-an macam Rosemary's Baby (suara nyanyian wanita misterius yang menghantui Renata bak modifikasi dari Lullaby gubahan Krzysztof Komeda) dan Repulsion. 

31 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Asmara Abigail si goyang dombret

Anonim mengatakan...

Lele Laila selalu terbaik

Anonim mengatakan...

Badass Woman, Laura Basuki Tea

Anonim mengatakan...

Nggak Konak Ario Bayu

Anonim mengatakan...

Upi adalah Sri Asih

Anonim mengatakan...

Terima kasih Upi dan Joko Anwar! Atas kreasi film2 nya

Anonim mengatakan...

Upi Cinematic Universe

Anonim mengatakan...

eskapismenya sehidup semati

Anonim mengatakan...

Plot twist nya banyak banget mirip pizza

Anonim mengatakan...

open-ending bagi penonton pecinta film di bioskop

Anonim mengatakan...

Mimpi dan Realitas seorang istri sakit jiwa

Anonim mengatakan...

Ario Bayu Sugar Hot Daddy

Anonim mengatakan...

Film bagus dan menarik

Anonim mengatakan...

keren keren film indonesia ayo nonton di bioskop

Anonim mengatakan...

Good Movie

Anonim mengatakan...

salah satu film terbaik 2024

Anonim mengatakan...

film madness dan keren

Anonim mengatakan...

ODGJ nya istri dalam halunisasi akut

Anonim mengatakan...

Laura Basuki selalu terbaik

Anonim mengatakan...

Laura Lagi Laura Lagi 4L

Anonim mengatakan...

ending membagongkan

Anonim mengatakan...

Ngantuuk.. Terlalu bnyk repetisi adegan

Review film mengatakan...

Ada rocky gerung versi kritikus film 😅😂

Anonim mengatakan...

2012 14 tahun yang lalu?? 🤔

Anonim mengatakan...

jangan usik ruang kerjaku !!!

Anonim mengatakan...



Pokoknya

Ending nya bikin tepok jidat pengen pipis

Anonim mengatakan...

mainan ranjang nya sempurna

Anonim mengatakan...

Film 21 tahun ke atas

Anonim mengatakan...

Bocil kagak paham nonton film ini

Anonim mengatakan...

ck ck ck ck...bahas mesum di umbar dalam film ini...BERANI & KEREN

Shanum mengatakan...

Guys nanya donk, perpecahan kepribadian atau halu nya si Renata di film ini yaitu dia menciptakan sosok asmara, nah kalau asmara itu dibunuh di akhir cerita krn halu nya dia akan melakor lagi, berarti dlm real life nya renata sama aja dgn dia bundir donknya?