26/04/24

REVIEW - GLENN FREDLY: THE MOVIE

0 View

Kita semua mengenal figur Glenn Fredly sebagai salah satu musisi terbaik yang pernah dimiliki negeri ini. Empat tahun setelah ia meninggal, barisan lagu-lagunya pun masih melekat di telinga dan hati banyak orang. Tapi seberapa banyak yang mengenal aktivisme seorang Glenn Fredly? Poin itulah yang dipakai oleh Glenn Fredly: The Movie untuk membangun urgensi. 

Naskah buatan Raditya (Mantra Surugana) pun memilih agak menjauh dari pakem biopic tradisional, dengan tidak berusaha merangkum kisah hidup lengkap sang tokoh sedari kecil hingga akhir hayat. Pertama kita bertemu dengan Glenn Fredly (Marthini Lio), ia sudah berstatus penyanyi terkenal yang merilis dua album, pula terlibat romansa high profile bersama Nola AB Three (Alyssa Abidin). 

Popularitas Glenn memang merupakan poin penting narasinya. Glenn merasa, karena bakat tarik suara ditambah ketenaran miliknya, ia wajib berbuat lebih bagi masyarakat Ambon yang pada masa itu tengah terjebak beragam konflik. Di suatu kesempatan, ketika sedang bernyanyi untuk menghibur jemaah gereja, Glenn menyaksikan penggemarnya tewas di depan mata. Wajar jika kelak ia merasa beban menciptakan perdamaian terletak di pundaknya.  

Ketidakmulusan bercerita jadi batu sandungan dalam paruh pertama Glenn Fredly: The Movie, yang kerap bergerak secara kasar, melompat kurang mulus dari satu titik narasi ke titik berikutnya. Kelemahan ini untungnya mampu ditutupi oleh perspektif unik filmnya dalam memotret sosok Glenn Fredly. 

Kita bukan disuguhi proses Glenn tersadar untuk menumbuhkan kepedulian terhadap sesama. Sebaliknya, sejak awal kesadaran itu sudah tumbuh. Kesadaran itulah yang menyiksa Glenn, menjadikannya "tortured artist" yang terbebani oleh kebesaran dan bakatnya sendiri. Pernikahan pertamanya dengan Dewi Sandra (Sonia Alyssa) pun kandas karenanya. Glenn begitu terobsesi menjadikan hubungannya dengan Dewi sebagai simbol keberhasilan pernikahan beda agama di Indonesia, hingga melupakan hal-hal seperti cinta serta kebahagiaan. Glenn Fredly memang bukan manusia sempurna. 

Marthino Lio mampu menangani kompleksitas batin tersebut, sembari memainkan warna suaranya supaya terdengar semirip mungkin dengan Glenn Fredly. Hasilnya memuaskan. Aktingnya tak pernah jatuh ke ranah parodi, dan tidak kalah penting, tercipta sinkronisasi antara suara Glenn saat sedang bicara yang dibawakan Marthino Lio, dengan suara ketika sedang bernyanyi yang diisi oleh Eldhy Victor. 

Tentunya turut dibantu oleh penataan suara yang solid, saya pun dibuat percaya bahwa segala suara tersebut berasal dari satu orang. Tatkala adegan bernyanyi terlihat meyakinkan, semakin mudah bagi penonton untuk menikmati barisan nomor-nomor legendaris milik Glenn Fredly. 

Di luar perjalanan karir Glenn dan perjuangannya selaku aktivis, konflik keluarga yang melibatkan perpecahan sang penyanyi dengan ayahnya (Bucek Depp) turut disoroti. Konflik ayah-anak inilah yang nantinya berjasa merangkum pesan utama filmnya secara menyentuh. Apa pun masalahnya, semua adalah soal memutus rantai kebencian. Pesan itu pula yang senantiasa didengungkan oleh Glenn Fredly semasa hidupnya. Perjalanan hidupnya mungkin telah usai, namun kisahnya terus abadi dan tak berakhir di Januari.   

21 komentar :

  1. Anonim2:41 PM

    dunia semesta film ini : agama adalah candu, mabuk agama

    BalasHapus
  2. Anonim2:41 PM

    carut marut ego sang penyanyi

    BalasHapus
  3. Anonim2:42 PM

    Marthini Lio Seksi Hot Babes

    BalasHapus
  4. Anonim2:42 PM

    Lukman Sardi So Cool

    BalasHapus
  5. Anonim2:42 PM

    bagus film nya

    BalasHapus
  6. Anonim2:43 PM

    sepanjang lagu lagu merindu

    BalasHapus
  7. Anonim2:43 PM

    pengabdian versus cuan

    BalasHapus
  8. Anonim2:43 PM

    gelapnya kisah idola

    BalasHapus
  9. Anonim2:45 PM

    gue dukung felix, daripada felix masuk penjara

    BalasHapus
  10. Anonim2:46 PM

    ngakak gue lihat dokter nya glenn fredly

    BalasHapus
  11. Anonim2:46 PM

    junkfood film menu

    BalasHapus
  12. Anonim2:49 PM

    film konyol

    BalasHapus
  13. Anonim2:49 PM

    skor ini film : 6/10

    BalasHapus
  14. Anonim2:50 PM

    nonton buat dengar lagu2 nya, nggak peduli deritanya, sama seperti film horror

    BalasHapus
  15. Anonim2:50 PM

    cocok nya ini film komedi horror

    BalasHapus
  16. Anonim2:51 PM

    layar terbatas cuy

    BalasHapus
  17. Anonim2:52 PM

    kaget gue nonton ini film, dikira film biasa aja, anjrit

    BalasHapus
  18. Anonim2:54 PM

    ambon kota musik dunia

    BalasHapus
  19. Anonim2:55 PM

    Lagu Terakhir Menyentuh

    BalasHapus
  20. Anonim2:55 PM

    konser menarik

    BalasHapus
  21. Anonim2:55 PM

    Good Movie

    BalasHapus