REVIEW - BRING HER BACK

1 komentar

Bring Her Back adalah horor yang akan membuat penontonnya merasakan ragam emosi negatif, dari sedih, cemas, marah, hingga tentunya takut. Serupa Talk to Me tiga tahun lalu, duo RackaRacka (Danny Philippou dan Michael Philippou) selaku sutradara kembali memakai formula genrenya, untuk menunjukkan bahwa pemisahan antara dunia orang hidup dan orang mati mestinya tetap dipertahankan, semenyakitkan apa pun itu. 

Biarpun bukan saudara kandung, Andy (Billy Barratt) dan adiknya yang memiliki gangguan penglihatan, Piper (diperankan Sora Wong yang mengidap koloboma dan mikroftalmia di kehidupan nyata), tetap saling menyayangi. Ikatan keduanya diuji saat sang ayah tiba-tiba meninggal akibat kanker, dan mereka mesti tinggal di bawah asuhan mantan konselor bernama Laura (Sally Hawkins).

Tentu Laura memperlihatkan perilaku aneh, tapi di sinilah kecerdikan naskah buatan Danny Philippou dan Bill Hinzman menampakkan diri. Kecurigaan kita kerap disulut oleh tindak-tanduk Laura, namun ada kalanya ia memancarkan kehangatan. Kompleksitas tersebut turut dimotori oleh penampilan luar biasa dari Sally Hawkins, melalui dualitas dalam senyuman yang tak selalu jadi simbol kepedulian.

Bring Her Back bersedia menghabiskan waktu untuk memberi ruang eksplorasi kepada tema dan karakternya. Andy bakal jadi figur yang paling kuat menjalin ikatan emosional dengan penonton, selaku sesosok remaja yang luka batinnya kerap disalahartikan selaku sebagai bentuk kenakalan. 

Sungguh rumit problematika yang berkecamuk di hati Andy, yang terombang-ambing antara cinta dan benci. Sewaktu menemukan ayahnya    yang dahulu kerap memukulinya    dalam kondisi tak sadarkan diri, dia hanya mematung alih-alih langsung memberi pertolongan. Trauma, kesedihan, sampai rasa bersalah, semuanya bercampur lalu menimbulkan perasaan berduka yang aneh di dadanya.

Meski lebih mengedepankan cerita, Danny dan Michael selalu memastikan agar kita tidak lupa bahwa film yang sedang disaksikan adalah sebuah horor, dengan secara rutin menaruh situasi disturbing, yang acap kali mengandung elemen kekerasan yang tidak asal mengumbar gore, tapi menyimpan dampak nyata bagi psikis penonton. Momen saat Andy memberi makan pada anak asuh Laura yang lain, Oliver (Jonah Wren Phillips), merupakan awal dari terbukanya gerbang neraka ke dunia bangunan duo RackaRacka.

Secara bertahap filmnya bakal mengungkap kebenaran di balik misterinya, sembari memperkenalkan penonton pada suatu jenis ritual sinting dengan modus operandi kreatif, yang menjauh dari keklisean upaca mistis khas sinema horor. Dari situlah Bring Her Back menghadirkan proses soal melihat kebenaran, yang nyatanya tak memiliki kaitan dengan keterbatasan indera penglihatan seperti yang Piper alami. Mata yang lebih tajam itu bernama "hati". 

1 komentar :

Comment Page:
Abhiem mengatakan...

Reviewnya kaya ada yang gantung. Kurang paragraf konklusi di akhir. Tau tau udah selesai.