Pretty Crazy punya premis eksentrik tentang perempuan yang memiliki dua kepribadian akibat kutukan iblis, diisi para pemain dengan kapasitas komedik yang telah teruji, presentasinya pun dipenuhi kekonyolan. Tapi kalau kita lihat lebih dekat, film ini sesungguhnya cukup menyedihkan, karena menampilkan barisan karakter yang merasa tak pantas dicintai, atau mencintai hidup mereka sendiri.
Gil-gu (Ahn Bo-hyun) misalnya. Setelah keluar dari pekerjaan yang terlalu membebani mentalnya, ia menjadi pengangguran yang mengandalkan kemampuan bermain mesin capit untuk memenuhi kebutuhannya. Gil-gu kesepian, namun beranggapan bahwa kehidupan macam ini cocok untuknya. Setidaknya sampai kedatangan tetangga baru yang tinggal tepat di bawah apartemennya.
Si tetangga baru bernama Jang-su (Sung Dong-il). Dibantu putri tunggalnya, Sun-ji (Lim Yoon-a), serta keponakannya, Ara (Joo Hyun-young), ia membuka toko roti. Tapi bukan roti yang paling menyita perhatian Gil-gu, melainkan Sun-ji, perempuan tercantik yang pernah ia lihat.
Masalahnya satu: Sun-ji yang tutur katanya menyejukkan saat siang, mendadak berubah menjadi liar kala malam menjelang. Konon, semua akibat kutukan turun-temurun yang membuatnya kerasukan sesosok iblis. Alhasil, Jang-su mesti terjaga hingga fajar setiap harinya. Pikiran menikmati hidup pun ia buang jauh-jauh demi sang putri. Kelak terungkap bahwa si iblis bahkan punya kisah hidup yang lebih memilukan.
Tapi tak satu pun dari karakternya tenggelam dalam ratapan. Mereka menjadikan tawa sebagai cara mengakali luka, dan tawa itulah yang coba ditularkan oleh Lee Sang-geun (Exit), selaku sutradara sekaligus penulis naskah, kepada penonton. Materi yang ia sediakan, termasuk perihal humor, sebenarnya tidaklah istimewa. Ada banyak jalur bisa ditempuh oleh premis uniknya, namun penulisannya masih berkutat di rangkaian situasi familiar. Butuh waktu bagi Pretty Crazy untuk bisa tampil mencengkeram.
Situasinya berbalik selepas Gil-gu berani lepas dari segala kekhawatiran dan berniat membahagiakan iblis yang merasuki Sun-ji. Daya bunuh humornya menguat berkat kehandalan dua pelakonnya. Ahn Bo-hyun dengan gelagat canggung serta ekspresi komikalnya, dan Yoon-a yang piawai dalam hal berlaku gila ("dua wajah bertolak belakang" memang jadi pesonanya sejak awal berkarir sebagai idol), membangun dinamika jenaka antar karakternya.
Tentu sebagai produk sinema arus utama Korea Selatan, tidak peduli sekonyol apa pun presentasinya, Pretty Crazy takkan berpuas diri sebelum berhasil menguras tangis penonton. Lee Sang-geun justru menawarkan ide yang lebih segar di sini, baik selaku penulis maupun sutradara. Adegan "punggung ayah" yang efektif menyulut rasa haru tanpa terkesan murahan, hingga konklusi manis berlatar taburan kelopak bunga bagi kisah Gil-gu dan Sun-ji, akhirnya membawa tiap karakternya merasakan cinta lagi, dalam beragam bentuk, setelah sekian lama.
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar