REVIEW - BADARAWUHI DI DESA PENARI
Masih jelas di ingatan bagaimana adegan mandi milik KKN di Desa Penari (2022) lebih menghasilkan tawa daripada teror. Badarawuhi di Desa Penari memiliki adegan yang mirip, hanya saja dengan peningkatan kualitas. Beragam peningkatan serupa dapat ditemukan di adegan-adegan lain sepanjang durasi, yang membuat prekuel ini tampil bak remake yang mengusung satu tujuan: memperbaiki kekurangan film orisinalnya.
Penunjukan Kimo Stamboel yang telah beberapa kali mengobati franchise pesakitan menjadi sutradara, ditambah "gelar" sebagai film Asia Tenggara pertama yang menyandang status "filmed for IMAX" (sesuatu yang tidak bisa saya komentari karena cuma menontonnya di format reguler), rasanya sudah cukup membuktikan besarnya ambisi yang melandasi film ini.
Tapi jangan mengharapkan adanya eksplorasi terhadap asal-usul Badarawuhi (Aulia Sarah) meski namanya terpampang di judul. Sekali lagi, ia lebih seperti remake dengan alur yang tidak jauh berbeda. Kali ini ada empat anak muda yang mengunjungi Desa Penari: Mila (Maudy Effrosina), Yuda (Jourdy Pranata), Arya (Ardit Erwandha), dan Jito (M. Iqbal Sulaiman).
Mereka bukan datang untuk kegiatan KKN. Mengambil latar 80-an, kali ini ada motivasi personal yang dibawa, terutama oleh Mila. Dibantu Ratih (Claresta Taufan Kusumarina) si warga lokal, Mila ingin menyibak rahasia dari masa lalu yang membawanya bersinggungan dengan sosok Badarawuhi.
Alurnya memunculkan ilusi bernama "penceritaan yang lebih baik". Saya sebut "ilusi" karena sesungguhnya naskah buatan Lele Laila terasa mengalami peningkatan semata-mata karena satu hal, yakni tidak adanya barisan penampakan acak, yang di film pertama kerap dipaksa masuk seolah hanya untuk memenuhi obligasi "horor lokal wajib punya banyak jumpscare".
Gampangnya begini: ambil naskah KKN di Desa Penari, modifikasi latar waktunya, tukar letak beberapa peristiwa, hapus jumpscare, maka jadilah film ini. Ibarat rumah lawas yang dibersihkan, dicat ulang, diubah susunan perabotnya, namun dengan pondasi yang masih sama rapuhnya.
Kerapuhan tersebut makin berdampak saat seiring waktu, walau minimnya penampakan mengurangi kesan "annoying", filmnya terasa makin membosankan. Hampa. Tanpa cerita menggigit, tanpa misteri yang memancing rasa penasaran karena tanda tanya yang harus dijawab praktis telah tersingkap. Itulah kelemahan dari pilihan narasi yang memposisikan penonton sebagai pihak serba tahu. Sewaktu karakternya masih kebingungan dalam investigasi mereka, pemahaman kita selaku penonton sudah jauh meninggalkan mereka.
Di situlah kualitas akting berjasa menjaga kestabilan. Maudy Effrosina terbukti ada di jajaran terdepan dalam barisan scream queen Indonesia; Aulia Sarah semakin lihai memadukan sisi mistis dan sensual Badarawuhi meski kini tak dibebani adegan berbau seksual; Claresta Taufan Kusumarina terus mencuri perhatian sejak Ronggeng Kematian beberapa minggu lalu; sedangkan kombinasi Aming dan Diding Boneng memberi dimensi lebih pada karakter Mbah Buyut, yang bukan lagi sebatas figur dukun biasa, namun menyimpan kepedulian pada warga desa.
Terkait penyutradaraan, Kimo boleh saja kurang piawai membangun atmosfer sehingga tempo lambatnya tidak pernah benar-benar mencekam, tapi eksplorasi teknisnya adalah faktor yang mengangkat kelas Badarwuhi dibanding pendahulunya. Ambisi melahirkan horor blockbuster pun tercapai lewat pilihan shot megah serta beberapa transisi yang menegaskan keunggulan teknis filmnya.
Tapi di babak ketiga barulah Kimo menunjukkan kelasnya. Seolah ingin menelurkan Suspiria versi Indonesia, diolahnya tari-tarian selaku amunisi penebar kengerian yang turut memperhatikan pencapaian estetika. Hadirlah sebuah kejanggalan mistisisme yang indah. Badarawuhi di Desa Penari mungkin tidak memberi eksplorasi memadai bagi sosok Badarawuhi, tapi setidaknya ini memang horor mengenai para penari.
51 komentar :
Comment Page:Setuju sama bang rasyid
setuju sekalii, berasa nnton KKN versi premium aja, jadi pas kmren nnton asli bikin ngantukššš»
pas nonton ini berasa KKN yg sebelumnya low budget banget, gak salah emang pilih kimo š
Lele Laila jika ditangan orang tepat pasti KEWREN BINGIT
penonton nonton di bioskop mau lihat orang mandi
Film B aja
Nggak ada film baru lain, ya nonton ini setelah siksa kubur
Orangtua pintar IQ di atas rata rata, bawa bocil nonton badarawuhi
skor film bagus banget ini : 7/10
Joget di Alam Kubur
Saatnya dr Kimo memperbaiki kualitas trilogi seri the doll
tetap bagus yang KKN DI DESA PENARI lebih cult movie dan di sukai 10 juta penonton di bioskop
kecewa nonton film komedi badarawuhi
nonton film badarawuhi nggak perlu mikir pakai otak sperti film tetangga sebelah
bersambung jilid 3 dengan judul DI DESA PENARI ORIGIN
film jelek banget, ngantuk
ini film nggak jelas, nggak sesuai ekspetasi
nyesel gue nonton ini film cuma bakar cuan aja
terlalu nggak asyik untuk di tonton
tunggu di netflix aja
Siksa Badarawuhi Nggak OK
wah senang dah baca reviewnya. akhirnya tidak semua crew cinecrib sependapat dan sepengertian. Bang arya ama rangga malah lebih suka sama mba Bada
film sampah
film komedi paling lucu 2024
orangtua bawa bayi bocil ke bioskop nonton film badarawuhi itu emang keren banget otaknya
film bergenre lesbian itu menyenangkan
sebentar
sebentar
ini di desa penari
bukankah film dari kisah nyata ya
ššš
kok jadi fiksi begini ya
ngantuk boring banyak bacot
Aulia Sarah HOT BABE SEKSI
tarian ular nya keren horny bagus banget di aula basement angkara murka
versi uncut
versi upgrade
tetap artinya cuma bakar cuan
kasihan penonton diberi film sampah
bagaikan de ja vu ini film blas sama banget sama yang pertama
bagus yang pertama
gemes ngeliat film nya kok nggak seperti khas gaya kimo stamboel
IMAX & 4DX lebih berasa nyosssss
kacian monyet cuma jadi korban
Ga review dua hati biru mas?
film mindblowing
cult movie
edan film nya
WoW Badass Badarawuhi
film kocak
4 juta tembus
Dancing Dirty
film komedi terbaik 2024
film ketoprak
Menarik nih Qlee
Harus nonton inimah mysekertaris
Keren lanjutkan kak BBO Books
Mantap akhirnya ditunggu2 mandiri
Gas nonton gas
Wajib nonton ini film
Posting Komentar