REVIEW - POSSESSION : KERASUKAN

25 komentar

Possession: Kerasukan adalah remake yang dibuat dengan pola pikir "penonton film Indonesia malas berpikir". Hasilnya, Possession (1981) karya Andrzej Żuławski yang sarat metafora mengenai kehancuran rumah tangga pun disulap jadi suguhan yang jauh lebih sederhana, dan tentunya lebih dekat dengan formula horor Indonesia. 

Setidaknya departemen artistik film ini sama sekali tidak sederhana. Pencahayaan temaram menyelimuti latar, properti, serta kostum bernuansa lawas. Ditambah iringan musiknya yang cukup megah, lengkap sudah nuansa noir yang digagas oleh Razka Robby Ertanto selaku sutradara. Berkaca dari segi estetika, Possession: Kerasukan jelas bukan film asal jadi. 

Sedangkan alurnya secara garis besar masih sejalan dengan versi orisinal, yakni tentang Faris (Darius Sinathrya), yang sepulangnya dari dinas selama berbulan-bulan, dikejutkan oleh permintaan cerai sang istri, Ratna (Carissa Perusset). Faris curiga Ratna berselingkuh, apalagi setelah mengetahui istrinya, yang berprofesi sebagai penulis naskah, kerap menghabiskan waktu berdua bersama Wahyu (Nugie) si sutradara. Kabar itu dibagikan oleh Mita (Sara Fajira), asisten Ratna yang sejak lama mendambakan tubuh Faris. 

Sedari awal pasutri ini berinteraksi, naskah buatan Lele Laila dengan tegas langsung menyatakan bahwa Faris bukan suami yang baik. Di matanya, Ratna hanyalah pemuas nafsunya. Pelayan semata. Ratna melawan. "Saya bukan pelayan", ujarnya. 

Jika Possession bak media katarsis Żuławski terkait perceraiannya, di mana sang sineas, tanpa memberi cap benar/salah, menggambarkan dinamika destruktif sebuah rumah tangga yang berada di ujung tanduk, maka di versi Indonesia kompleksitas tersebut dikesampingkan. Batasan hitam dan putihnya amat jelas (suami patriarkis jahat melawan istri korban penjajahan hak asasi). Sebuah penyederhanaan yang tak bisa disalahkan karena alasan relevansi zaman. 

Sebelum filmnya rilis, muncul perdebatan perihal alasan memilih pocong sebagai tempat Ratna memuaskan hasrat, menggantikan monster tentakel di film aslinya. "Mengapa bukan genderuwo yang identik dengan sifat mesum?", kata beberapa pihak. Setelah menonton, saya mengakui Possession: Kerasukan sudah mengambil keputusan tepat.

Kehadiran genderuwo, atau hantu apa pun yang cenderung diasosiasikan sebagai "hantu laki-laki", bakal terkesan kontradiktif dengan pesan empowerment-nya. Pocong dengan kenetralan gendernya lebih pas menjadi manifestasi hasrat Ratna untuk bebas dari kekangan. 

Sayangnya si pocong tak kuasa mengangkat tingkat kengerian filmnya. Ketimbang monster milik Żuławski, pocong di sini, dengan cara kemunculan yang bisa dibilang "eksentrik", lebih sering menampakkan batang hidungnya, guna membuat Possession: Kerasukan tampil sedekat mungkin dengan horor konvensional Indonesia. 

Bagaimana Razka Robby Ertanto menyusun alur lambat di paruh awal durasi sesungguhnya cukup efektif menarik perhatian, memancing rasa penasaran tentang ke mana guliran lambat itu bakal bermuara. Sayang, payoff yang sang sutradara berikan sebatas barisan jumpscare generik berupa penampakan pocong, yang selalu digambarkan meluncur ke arah kamera. Lalu seiring berjalannya waktu, Possession: Kerasukan semakin kacau, semakin dipenuhi kebodohan, termasuk keteledoran konyol seorang antagonis mesum di klimaks filmnya. 

Tapi beban terbesar tentu diemban oleh individu yang harus meneruskan jejak Isabelle Adjani selaku aktris utama. Seolah menyadari misi yang nyaris mustahil tersebut, filmnya membagi beban tadi kepada dua orang: Carissa Perusset untuk menghidupkan sensualitas karakternya, dan Sara Fajira yang melakoni reka ulang adegan kerasukannya yang ikonik. Keduanya sudah mengeluarkan upaya terbaik, namun Adjani ada di level yang terlampau tinggi untuk dapat dikejar. Kondisi serupa terjadi dalam komparasi antara film ini dengan karya Żuławski.

25 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

luar biasa pertamakali dalam sejarah perfilman Indonesia, pocong ngewe sama istrinya pelaut di ranjang disaksikan sama suaminya


mantap

Anonim mengatakan...

adegan bokep XXX nanggung banget

Anonim mengatakan...

LSF 21 tahun ke atas namun nggak heboh pornonya

Anonim mengatakan...

bocil melakukan komunikasi breaking 4th wall ke penonton bioskop itu luarbiasa bagong njriitttt, serem

Anonim mengatakan...

kerasukan jin dengan cara kayang di jalanan sepi itu patut di apresiasi keren

Anonim mengatakan...

Penonton Indonesia butuhnya refreshing healing makanya jatah layar dan jam tayang di sunat di bioskop, nggak laku jualan ke penonton ini film gak jelas

Anonim mengatakan...

tayang film bagus, nggak ditonton

tayang film horror, mana nih kok horror terus

tayang film kisah nyata horror, di hujat

fix, yang komentar negatif pasti sakit jiwa

Anonim mengatakan...

bagus, rada nyeni

Anonim mengatakan...

aktingnya kaku banget

Anonim mengatakan...

dari semua pemain, hanya aktor bocah yang bagus main nya

Anonim mengatakan...

kurang bokep aja, lain nya bagus

Anonim mengatakan...

versi pocong alternatif

Anonim mengatakan...

LELE LAILA IS BACK !!!

Anonim mengatakan...

wow lele laila emang sekeren gitu ya

Anonim mengatakan...

Jelek, Gue beri skor : 7.5/10

Anonim mengatakan...

scene Arswendy Beningswara ewe nya boombastis mantap

Anonim mengatakan...

Adegan Carissa Perusset bagus nih gesek bantal gulingnya best aktris kelas oscar

Anonim mengatakan...

akting membosankan kelasnya Sara Fajira harus kursus lagi biar jempolan

Anonim mengatakan...

Sultan Hamonangan aktor masa depan

Anonim mengatakan...

nugie koit aja deh mainnya

Anonim mengatakan...

bantal dan permen sugus itu menyenangkan

Anonim mengatakan...

pusing pala barbie

Anonim mengatakan...

jelek

Anonim mengatakan...

film sampah

Anonim mengatakan...

Nggak Laku