REVIEW - BANGSAL ISOLASI

Tidak ada komentar

Di luar durasi yang cuma 76 menit, Bangsal Isolasi memang film yang bergerak cepat. Begitu cepat, alih-alih seru ia lebih terasa buru-buru. Intensitas dan misteri pun jadi tumbal. Padahal karya penyutradaraan Adhe Dharmastriya (#Modus, Nikah Yuk, Iblis dalam Kandungan) ini punya potensi mengeksplorasi subgenre women in prison yang masih sangat jarang di sinema Indonesia modern. 

Weni (Kimberly Ryder) baru saja dijebloskan ke dalam penjara akibat kasus narkoba. Bukan penjara biasa, melainkan kurungan bak neraka dunia di mana Herman (Piet Pagau) si kepala sipir memimpin dengan tangan besi, sedangkan Bella (Wulan Guritno) jadi tahanan yang paling ditakuti karena tak ragu menghabisi siapa pun yang melawannya. 

Misteri yang ditanam di awal sejatinya cukup menarik. Seperti judulnya, muncul tanda tanya di benak Weni mengenai bangsal isolasi, selaku sumber suara misterius yang kerap terdengar di malam hari. Benarkah gosip mengenai teror makhluk halus di ruang hukuman tersebut? 

Jawabannya "tidak". Bangsal Isolasi masih dihantui kewajiban untuk menyelipkan jump scare berisi penampakan-penampakan demi memenuhi selera mayoritas penonton Indonesia, namun tak ada gangguan gaib di sini. Lalu bagaimana wujud rahasia bangsal isolasi sesungguhnya? Dari situlah ketertarikan penonton coba (dan sempat berhasil) dibangun.

Sayangnya ketertarikan terhadap misteri tersebut takkan berlangsung lama, karena seperti sudah disinggung sebelumnya, Bangsal Isolasi bergerak secepat kilat. Pertanyaan dan jawaban datang silih berganti dalam hitungan menit, tanpa menyisakan ruang bagi rasa penasaran dan ketegangan untuk tumbuh. Naskah buatan J.P. Mulyadi an Oscar Haviv Sebastian seperti rangkuman dari sebuah draft yang justru lebih utuh dibanding versi final. 

Padahal Bangsal Isolasi memiliki modal memadai guna melahirkan film women in prison yang memperkaya variasi sinema tanah air. Tata artistik miliknya cukup apik dalam menciptakan sebuah penjara kumuh (walau sebagian besar telah disediakan oleh interior Benteng Van der Wijck yang jadi lokasi pengambilan gambar), sedangkan isian musik Ganden Bramanto yang membentang dari rock blues hingga heavy metal mampu membangun suasana unik ala film era 60-an dan 70-an. 

Di jajaran cast, nama-nama seperti Kimberly Ryder dan Wulan Guritno menghadirkan penampilan "aman" sesuai kebutuhan. Niniek Arum sebagai Imah, seorang tahanan dengan gangguan jiwa malah jadi pelakon yang paling menonjol. Sementara Ibrahim Risyad sebagai Adit si sipir berada di kutub berlawanan, tatkala mendadak mengeluarkan teriakan luar biasa kaku yang mampu memecah keheningan studio lewat tawa penonton.

Tentu sulit mengharapkan kadar eksploitasi setingkat film-film women in prison pada umumnya, baik dalam bentuk kekerasan atau seksualitas, mengingat ketatnya sensor di Indonesia, namun setidaknya Bangsal Isolasi masih berusaha menyelipkan beberapa baku hantam berdarah. Andai saja ia tahu kalau pedal gas tidak harus selalu dipacu.

Tidak ada komentar :

Comment Page: