REVIEW - HIJACK 1971

3 komentar

Pada 23 Januari 1971, pesawat penumpang yang tengah menuju Seoul dibajak oleh pria bersenjatakan granat, sebelum akhirnya mendarat darurat di pantai dekat area Sokcho. Ledakan granat di udara membunuh si pembajak dan seorang kru pesawat. Sebuah bahan baku sempurna yang hanya memerlukan taburan sedikit bumbu tambahan guna melahirkan tontonan emosional khas sinema Korea Selatan. 

Hijack 1971 bakal mengabulkan harapan penonton yang mencari banjir air mata, melalui perjuangan para kru pesawat yang menghadapi ancaman pembajak bernama Yong-dae (Yeo Jin-goo). Gyu-sik (Sung Dong-il) adalah kapten di penerbangan tersebut, sedangkan Tae-in (Ha Jung-woo) menjadi kopilot. Yong-dae menuntut agar pesawat berganti arah menuju Korea Utara. 

Sebelum lepas landas, kita menyaksikan bagaimana para penumpang berlarian dari pintu bandara guna berebut kursi. Di antara mereka nampak dua perempuan tua. Satu orang melepas alas kaki sewaktu memasuki pesawat, satu lagi membawa ayam ke kabin. Raut kekaguman merekah di wajah banyak orang melihat gedung-gedung yang makin mengecil setelah pesawat mengudara. 

Sungguh masa yang amat berbeda dibanding sekarang. Bayangkan betapa mencekamnya kala dalam hitungan menit, perasaan takjub itu berubah jadi ketakutan. Naskah buatan Kim Kyung-chan secara cerdik menjadikan kondisi tersebut sebagai pondasi bagi jalinan emosi kisahnya.

Perihal politis turut disentil di sini. Yong-dae ingin membelot karena ia kerap jadi korban persekusi aparat, diberi cap "komunis", gara-gara sang kakak kabur ke Korea Utara. Bagaimana bisa sebuah negara menuntut patriotisme, sementara warganya hidup menderita akibat ulah negara itu sendiri? 

Paruh keduanya agak tersendat oleh minimnya variasi konflik yang naskahnya beri. Bandingkan dengan bagaimana Emergency Declaration mengisi durasinya yang hampir menyentuh dua setengah jam dengan ragam permasalahan. Tapi rupanya Kim Kyung-chan menyimpan senjata rahasia bernama "third act".

Di babak akhir itulah segalanya dilepaskan: aksi aerial berbalut CGI solid yang membuktikan bahwa Kim Seong-han yang baru menjalani debut penyutradaraan menyimpan potensi besar, rentetan masalah teknis yang silih berganti menggerogoti pesawat, hingga penggambaran menggugah terkait tindakan kepahlawanan si tokoh utama yang niscaya bakal membuat mata banyak penonton sembap. 

Naskahnya yang dipenuhi kalimat-kalimat quotable dibawakan secara mumpuni oleh barisan pelakonnya. Selain Ha Jung-woo yang sukses menghidupkan sisi heroik karakternya (dibuat berdasarkan Park Wan-gyu, kopilot di kejadian aslinya) maupun Yeo Jin-goo yang akan mudah kita benci, nama-nama lain tampil tak kalah hebat meski dengan screen time minim, terutama Sung Dong-il dan Im Se-mi (memerankan Moon-young, istri Tae-in) yang mampu memicu dampak emosi besar berbekal satu-dua baris kalimat saja. 

3 komentar :

Comment Page:
www.afisnooker.com mengatakan...

Good movie bang, thx reviewnya. Cuma adegan terakhir pas sesaat pesawat akan crash dekat pantai, CGI nya kurang mumpuni, terlihat beberapa penonton sebelah saya tersenyum kecil. Agak heran juga kenapa adegannya ga di "shoot" dari kokpit saja. Selain itu, keren dan bikin nangis haru nya dapat banget.

Farhan mengatakan...

"Maaf saya tidak bisa mendaratkan kalian di tujuan" 🥲🥲🥲

Ashbar mengatakan...

Review film Maharaja dong min