TRUE LIES (1994)
Arnold Schwarzenegger beda dengan para aktor laga lain macam Van Damme atau Sylvester Stallone sekalipun. Film-film action yang dibintangi Arnold bukanlah sembarang film action ecek-ecek yang hanya mengumbar adegan perkelahian, kejar-kejaran, dan ledakan biasa. Film yang dia bintangi banyak yang ikonik dan berkualitas. Yang paling banyak dikenal orang tentu "Terminator Franchise" dan film pertama "Predator". 2 film pertama Terminator adalah yang melambungkan namanya, dan merupakan awal pertemuannya dengan sutradara James Cameron.
Kalau bicara James Cameron yang teringat di pikiran saya bukan film dengan cerita njelimet nan rumit tetapi lebih pada film berbujet besar dengan teknologi yang selalu diatas jamannya. Karena itu bisa dibilang kolaborasi Cameron+Arnie sangatlah cocok. Dan 3 tahun semenjak "Terminator 2: Judgement Day" keduanya kembali berkolaborasi melalui 'True Lies" yang berbujet $100 juta dan merupakan yang termahal di jamannya. Dan seperti biasa, film arahan Cameron selalu "berpartisipasi" dalam Oscar lewat kategori "Best Visual Effects" walaupun film ini gagal menang.
Film ini berfokus pada kehidupan ganda yang dimiliki oleh Harry Tasker (Arnold) dimana dia bekerja sebagai Spy tapi dimata keluarganya termasuk sang istri, Helen Tasker (Jamie Lee Curtis), dia hanyalah salesman komputer biasa. Harry mendapat misi untuk memburu sebuah organisasi teroris yang menamakan dirinya "The Crimson Jihad" pimpinan Salim Abu Aziz (Art Malik). Tapi perburuan Harry tidaklah mudah karena dia juga sedang mempunyai persoalan pribadi dimana dia mendapati sang istri kemungkinan sedang berselingkuh dengan seorang pria misterius. Hal itu sebenarnya sangat mungkin dan wajar terjadi karena Harry memang jarang berkumpul dengan keluarganya lantaran sibuk bekerja. Tidak rela ditinggal sang istri, Harry mencoba menyeldiki apakah sang istri berselingkuh atau tidak di sela-sela kesibukannya memburu teroris.
Seru dan menyenangkan ditonton. Itulah kesan saya terhadap film ini. Kebehrasilan film ini dalam menggabungkan unsur action dan comedy dengan sangat seimbang adalah kuncinya. 2 cerita yang dihadirkan, yaitu penyelidikan Harry terhadap sang istri dan pengejaran Harry terhadap teroris mampu dihadirkan dengan porsi yang seimbang dan sama-sama maksimal. Durasi yang mencapai 140 menit membuat tidak ada cerita yang porsinya lebih atau kurang. Penempatan bagaimana kisah itu saling bergantian mengisi keseluruhan film juga sangat tepat dan tidak terasa dipaksakan. Bagaimana film ini membangun aksinya dengan maksimal? Jawabannya adalah karena disamping mengumbar peluru dan ledagan, sisipan komedi yang pas membuat film ini begitu menarik. Sebagai contoh adalah adegan kejar-kejaran antara Harry dan Salim sang teroris, dimana Salim memakai motor sedangkan Harry menunggangi kuda. Sudah cukup absurd? Tunggu saja sampai keduanya memasuki lift dan melompati gedung bertingkat. Adegan klimaks yang disajikan juga seru dengan menggunakan pesawat jet.
Jika kejar-kejaran dengan teorirs adalah action yang dibumbui komedi, maka bagian penyelidikan Harry terhadap sang istri adalah komedi yang dibumbui action. "Hanya" untuk menyelidiki perselingkuhan sang istri, Harry sampai melibatkan keseluruhan secret service dan sampai membawa semua anggota dan menggunakan helikopter. Di bagian inilah Jamie Lee Curtis menjadi bintangnya. Arnold seperti biasa masih tampil dengan perannya yang biasa, yaitu pria macho yang sukar dibunuh dan dibumbui unsur komedik pada karakterisasinya. Tidak buruk tapi tidak spesial juga. Tapi lain dengan Jamie Lee Curtis yang selama ini lebih saya kenal sebagai "Scream Queen" karena seringnya dia bermain di genre horror (4 film Halloween dan beberapa film horror lainnya). Disini dia tampil begitu lucu sebagai istri yang polos dan tidak tahu apa-apa. Entah itu celetukan atau ekspresinya semua lucu. Bahkan saat dituntut tampil seksi juga dia berhasil membuat mata saya "terbuka lebar". Pantas dia mendapat "Best Actress-Musical or Comedy" di Golden Globe. Mengenai kontroversi yang mengatakan film ini menghina Islam buat saya agak overrated. Walaupun memang Cameron seharusnya tidak perlu menggunakan istilah "Jihad" dalam film ini. Semoga gosip yang mengatakan Arnold akan comeback untuk sekuel film ini benar adanya.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar