OF GODS AND MEN (2011)
Diangkat dari sebuah kisah nyata yang terjadi pada 1996, sutradara Xavier Beauvois lebih memilih melakukan pendekatan secara religius daripada menyinggung unusr politis atau aroma konspirasi yang sebenarnya cukup terasa dalam kejadian 15 tahun lalu tersebut. "Of Gods and Men" berkisah mengenai kehidupan para biarawan yang tinggal di Tibhirine, Aljazair berdampingan dengan masyarakat sekitar yang mayoritas beragama Islam. Beauvois juga berhasil mengemas perbedaan kepercayaan yang terjadi dalam film ini dengan indah. Kehidupan mereka diawal film diceritakan sangat tentram dan harmonis. Masyarakat sekitar hampir tiap hari berobat ke klinik yang dikelola oleh salah satu biarawan, lalu disisi lain mereka juga tidak segan untuk mengajak para biarawan datang ke sebuah acara khitanan yang diadakan.
Bahkan ketua biarawan yang bernama Christian dalam kesehariannya cukup sering membaca Al Quran dan mengetahui berbagai macam isi serta amalan didalamnya. Bahkan kalimat "Insya Allah" sering terucap dari bibir Christian. Keharmonisan itu rusak disaat kelompok fundamentalis Islam bahkan kalangan pemerintah korup masuk kedalam kehidupan mereka semua dan mulai menekan dan merusak keharmonisan tersebut, Hingga akhirnya konflik tersebut akan berujung pada sebuah tragedi pada kemudian hari.
Saya menulis review film ini dengan asumsi kalian yang membaca sudah mengetahui nasib para biarawan yang sesungguhnya, jika belum bisa membaca di link ini. Xavier Beauvois seperti yang sudah saya singgung diatas lebih memilih pendekatan religius dalam film ini dimana dia lebih menekankan pada usaha dan gejolak batin para biarawan disaat kondisi lingkungan mereka sedang bergejolak bahkan mereka sebenarnya juga terancam terbunuh. Walaupun mereka biarawan yang kesehariannya diisi dengan beribadah dan berdoa, tapi disini sisi kemanusiaan mereka juga diperlihatkan disaat nyawa mereka terancam, mereka juga memiliki rasa takut dan beberapa ada yang berpikiran untuk meninggalkan tempat tersebut dengan alasan percuma saja mengabdi apabila itu hanya membuat mereka terbunuh.
Beauvois juga sebenarnya sedikit menyertakan isu politik dan konspirasi yang terkandung dalam kejadian tersebut dimana tersiar kabar bahwa pihak yang membunuh 7 biarawan itu sebenarnya adalah pihak militer. Hal itu terlihat dalam film ini dimana pihak biarawan khususnya Christian terlihat kurang akur dan selalu berselisih paham dengan pihak militer dan pemerintah. Tapi sekali lagi Beauvois konsisten pada sisi penceritaannya sehingga aspek tersebut tetap dibuat misterius dan tidak langsung menunjuka pada pihak militer sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tragedi tersebut. Film yang memenangkan penghargaan "Gran Prix" di festival film Cannes ini juga bisa lebih terasa menyedihkan dan kental unsur tragedinya, tapi Beauvois lebih menekankan unusr "harapan yang tidak pernah padam" dibanding berusaha membuat penontonnya banjir air mata.
Tapi toh sebenarnya akhir cerita film yang punya judul asli "Des hommes et des dieux" ini tetap menyentuh. Melihat kesembilan biarawan itu tersenyum dalam kebahagiaan dan keharmonisan menjelang akhir film dalam sebuah makan malam yang dibuat seolah seperti "perjamuan terakhir" tetap sebuah adegan yang mengharukan. Secara keseluruhan "Of Gods and Men" memang sebuah film yang dibuat untuk memperlihatkan perasaan damai yang tercipta bila kita semua sebagai manusia hidup saling berdampingan dan toleransi walaupun Tuhan kita "berbeda". Sebuah film yang bagus meskipun dengan alur yang lambat bisa menyebabkan timbul 2 hal yang berlawanan yakni rasa damai dan rasa bosan. Alur lambat itu juga yang membuat saya tidak sampai memberikan empat bintang pada film ini.
RATING:
Bahkan ketua biarawan yang bernama Christian dalam kesehariannya cukup sering membaca Al Quran dan mengetahui berbagai macam isi serta amalan didalamnya. Bahkan kalimat "Insya Allah" sering terucap dari bibir Christian. Keharmonisan itu rusak disaat kelompok fundamentalis Islam bahkan kalangan pemerintah korup masuk kedalam kehidupan mereka semua dan mulai menekan dan merusak keharmonisan tersebut, Hingga akhirnya konflik tersebut akan berujung pada sebuah tragedi pada kemudian hari.
Saya menulis review film ini dengan asumsi kalian yang membaca sudah mengetahui nasib para biarawan yang sesungguhnya, jika belum bisa membaca di link ini. Xavier Beauvois seperti yang sudah saya singgung diatas lebih memilih pendekatan religius dalam film ini dimana dia lebih menekankan pada usaha dan gejolak batin para biarawan disaat kondisi lingkungan mereka sedang bergejolak bahkan mereka sebenarnya juga terancam terbunuh. Walaupun mereka biarawan yang kesehariannya diisi dengan beribadah dan berdoa, tapi disini sisi kemanusiaan mereka juga diperlihatkan disaat nyawa mereka terancam, mereka juga memiliki rasa takut dan beberapa ada yang berpikiran untuk meninggalkan tempat tersebut dengan alasan percuma saja mengabdi apabila itu hanya membuat mereka terbunuh.
Beauvois juga sebenarnya sedikit menyertakan isu politik dan konspirasi yang terkandung dalam kejadian tersebut dimana tersiar kabar bahwa pihak yang membunuh 7 biarawan itu sebenarnya adalah pihak militer. Hal itu terlihat dalam film ini dimana pihak biarawan khususnya Christian terlihat kurang akur dan selalu berselisih paham dengan pihak militer dan pemerintah. Tapi sekali lagi Beauvois konsisten pada sisi penceritaannya sehingga aspek tersebut tetap dibuat misterius dan tidak langsung menunjuka pada pihak militer sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tragedi tersebut. Film yang memenangkan penghargaan "Gran Prix" di festival film Cannes ini juga bisa lebih terasa menyedihkan dan kental unsur tragedinya, tapi Beauvois lebih menekankan unusr "harapan yang tidak pernah padam" dibanding berusaha membuat penontonnya banjir air mata.
Tapi toh sebenarnya akhir cerita film yang punya judul asli "Des hommes et des dieux" ini tetap menyentuh. Melihat kesembilan biarawan itu tersenyum dalam kebahagiaan dan keharmonisan menjelang akhir film dalam sebuah makan malam yang dibuat seolah seperti "perjamuan terakhir" tetap sebuah adegan yang mengharukan. Secara keseluruhan "Of Gods and Men" memang sebuah film yang dibuat untuk memperlihatkan perasaan damai yang tercipta bila kita semua sebagai manusia hidup saling berdampingan dan toleransi walaupun Tuhan kita "berbeda". Sebuah film yang bagus meskipun dengan alur yang lambat bisa menyebabkan timbul 2 hal yang berlawanan yakni rasa damai dan rasa bosan. Alur lambat itu juga yang membuat saya tidak sampai memberikan empat bintang pada film ini.
RATING:
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar