THE BLOB (1958)
Ada kalanya sebuah film yang sudah berumur diatas 50 tahun akan terlihat murahan ataupun norak jika ditonton pada zaman sekarang, dan itu biasanya adalah film dengan genre science-fiction. Tentunya bujet murah dan efek sederhana sampai akting yang sangat kaku jadi faktor utamanya. Tapi terkadang hal-hal norak itulah yang membuat kita terhibur dengan film itu. Menonton film seperti itu tentu saja tidak akan membuat kita mengatakan filmnya jelek karena efeknya murahan. Kita tahu bahwa pada jaman itu efek masih sangat terbatas. Mungkin kita akan merasa efeknya murahan dan norak, tapi setidaknya kita tidak akan mengatakan itu jelek. The Blob adalah salah satu contoh bagaimana sebuah film yang sudah rilis 54 tahun ternyata masih bisa dinikmati walaupun saya sendiri merasa The Blob adalah sajian yang nanggung.
Suatu malam Steve Andrews (Steve McQueen) dan kekasihnya, Jane (Aneta Corsaut) sedang mencoba melewatkan malam mereka secara romantis dengan memandangi bintang jatuh. Tapi yang mereka temukan justru sebuah benda bersinar seperti meteor yang jatuh didekat mereka. Ditengah perjalanan setelah memeriksa bangkai meteor itu, mereka dikejutkan dengan kemunculan pria tua yang menjerit mengatakan tangannya sakit. Ternyata tangan pria tua itu telah terbungkus oleh sebuah lendir yang terus menerus tumbuh dan perlahan memakan tangan pria tersebut. Lendir itu ternyata makin tumbuh dan makin ganas dan mulai memakan banyak orang. Makin banyak mangsa yang dia makan, makin besar pula gumpalan lendir berwarna merah tersebut. Hanya Steve dan kawan-kawannya yang mampu menghentikan makhluk itu karena semua warga kota termasuk polisi tidak percaya dengan cerita Steve tentang monster lendir itu.
Tidak hanya warga kota, saya sendiri tidak percaya ada ide memunculkan invasi alien dimana aliennya bukanlah makhluk cerdas berkepala besar ataupun monster raksasa dengan tampang jelek dan menyeramkan tapi "hanya" lendir berwarna merah yang bentuknya juga tidak jelas. The Blob sudah dibukan dengan unik saat lagu temanya mengalun dan saya tidak seperti sedang mendengar lagu untuk film horror ataupun sci-fi melainkan seperti film komedi-musikal. Dari situlah saya mulai merasa film ini akan jadi tontonan aneh yang mungkin akan norak seperti soundtrack-nya tapi akan jadi hiburan yang menyenangkan. Memang saya bisa cukup terhibur dengan segala kenorakan yang ditampilkan film ini. Akting buruk yang membuat hampir semua pemainnya memasang muka yang sama untuk segala macam situasi yang membutuhkan ekspresi berbeda-beda, plot yang seolah tidak dipikirkan detailnya, dialog yang seringkali terasa konyol. Tapi itulah hebatnya film jadul dan segala kenorakan dan kekunoannya yang justru membuat saya terhibur. Jangan lupakan adegan saat para polisi coba menyetrum alien itu dimana adegan tersebut dihiasi spesial efek yang "SPESIAL" Tonton dan lihatlah apa anda akan melakukan seperti yang saya lakukan setelah melihat adegan itu, yakni mengulang-ulang adegannya karena tidak percaya dengan efek yang dipakai.
Bicara soal akting memang sepertinya tidak ada yang bisa dibanggakan dari film ini. Steve McQueen yang saat itu belum terkenal terlihat aneh sebagai seorang remaja karena usianya sudah 27 tahun. Tapi setidaknya dia bisa menunjukkan ekspresi lebih dibandingkan lawan mainnya yang lain yang selalu datar sehingga seringkali saya bingung maksud dari sebuah dialog itu marah atau lucu. Malah ada juga para figuran yang terlihat tertawa saat seharusnya dia ketakutan dengan serangan sang alien. Tapi sekali lagi saya tidak akan bilang filmnya busuk karena aktingnya buruk. Inilah guilty pleasure yang dibawa oleh film-film jadul. Bicara soal McQueen saya rasa dia yang paling kecewa. Bukan apa-apa, dia memilih dibayar $3,000 dan menolak dibayar sejumlah 10% penghasilan film ini karena dia tidak yakin The Blob akan sukses. Dan itu berarti ia menolak dibayar $400,000 karena akhirnya film ini mendapat $4 juta karena kesuksesannya di drive-in dan menjadi cult.
Sayangnya berbagai kesenangan itu jauh berkurang hanya karena film ini tidak pandai mengatur tempo dan memberikan porsi yang kurang bagi si lendir itu. Setelah awal yang ngena, kita akan diajak menikmati adegan-adegan yang tidak menyeramkan ataupun menegangkan. Si lendir baru menebar teror lagi setengah jam sebelum film usai. Taktik untuk mencoba menutupi sosok alien itu jelas tidak efektif karena film ini bukan film yang memberikan ketegangan lewat atmosfernya tapi lewat penampakan makhluknya. Lagipula siapa yang akan ngeri menunggu kemunculan makhluk lendir berwarna merah tersebut? Tapi saya pernah dengar ada penonton di jaman itu yang merasa ngeri melihat penampakan The Blob. Entah pada jaman itu lendir memang menakutkan atau dia yang terlalu penakut. Yang jelas The Blob berpotensi memberikan kesenangan alias guilty pleasure hanya saja di bagian tengah film ini terasa membosankan dan terlalu pelit menunjukkan penampakan si monster lendir.
RATING:
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar