WE'RE THE MILLERS (2013)
Sudah selayaknya Jennifer Aniston dikenal sebagai "Ratu Komedi Romantis" setelah beberapa tahun terakhir film-film romcom yang ia bintangi selalu menuai kesuksesan finansial meski secara kualitas tidak bisa dibilang bagus. Namun memasuki tahun 2012 lalu, filmnya bersama Paul Rudd yang berjudul Wanderlust diluar dugaan flop meski mendapat respon yang tidak terlalu buruk dari kritikus. Apakah penonton sudah mulai bosan melihat sosok Aniston yang begitu-begitu saja dan jarang mengambil pilihan peran berbeda seperti yang ia lakukan di Horrible Bosses? Namun ternyata daya tarik Aniston belum habis dan itu terbukti lewat We're the Millers yang punya longetivity bagus di Box Office. Film yang menggabungkan Aniston dan Jason Sudeikis ini sanggup mengumpulkan totla $248 juta dan hingga saat ini merupakan komedi paling laris di tahun 2013 mengalahkan The Heat. Apa resep kesukessan film ini? Mungkin jika hanya menggabungkan Aniston dan Sudeikis film ini tidak akan sesukses itu, namun formula komedi dewasa dengan rating R yang penuh humor ofensif dan jorok nampaknya punya pengaruh besar dalam kesuksesan komersil film ini.
Jadi akan segila apakah We're the Millers? Seperti yang sudah dijelaskan judulnya kita akan berkenalan dengan keluarga Miller yang terdiri dari David (Jason Sudeikis), istrinya Rose (Jennifer Aniston) serta kedua anak mereka, Kenny (Will Poulter) dan Casey (Emma Roberts). Sekilas mereka adalah keluarga yang hangat dan bahagia, tapi yang menjadikan keluarga ini "gila" adalah fakta bahwa sesungguhnya mereka bukanlah keluarga sungguhan. Keluarga Miller dibentuk oleh David yang merupakan pengedar narkoba untuk membantu misinya menyelundupkan marijuana dari Meksiko. Rose sendiri adalah seorang striper yang terlilit hutang setelah kekasihnya pergi. Kenny adalah remaja 18 tahun yang ditinggal ibunya dan hingga saat ini masih perjaka, belum pernah berciuman dan kurang bisa berdekatan dengan wanita. Yang terakhir adalah Casey, gadis 15 tahun yang hidup di jalanan setelah kabur dari rumah.Empat orang "bermasalah" tersebut terpaksa membentuk keluarga palsu karena kebutuhan mereka akan uang. Tentu saja sulit bagi mereka untuk akrab, tapi seperti yang sudah bisa ditebak konflik demi konflik yang terjadi sepanjang perjalanan akan menyatukan keluarga palsu ini.
Tentu saja kisahnya berjalan dan berakhir dengan klise dan mudah ditebak. Ceritanya memang menggabungkan orang-orang dengan hidup berantakan dan masalah pribadi namun jangan harapkan ada studi karakter mendalam. Memang ada unsur road movie disini tapi jangan harapkan juga ada kisah-kisah menyentuh tentang pelajaran hidup seperti Little Miss Sunshine misalnya, karena tujuan We're the Millers memang hanya sebagai hiburan dalam bentuk komedi dewasa yang jorok dengan kisah kekeluargaan sebagai pemanis. Tapi toh meski tidak membedah terlalu dalam kisah tentang kekeluargaan dan psikologis karakternya, film ini masih menghadirkan konflik yang menarik dimana porsi tiap-tiap tokohnya terasa berimbang. Keempatnya punya subplot yang menampilkan problema masing-masing. Ironisnya kisah tentang Kenny yang belajar tentang wanita dan berciuman ataupun Casey yang berpacaran dengan pria berandalan dan pencariannya akan sosok keluarga jauh lebih menarik dan mengena daripada kisah seputar dua tokoh utamanya, David dan Rose khsusunya kisah cinta yang terjalin diantara keduanya. Tapi secara keseluruhan chemistry yang terjalin diantara mereka berempat cukup berhasil dan memberikan kehangatan yang unik pada keluarga Miller.
Untuk ukuran komedi dengan rating R, We're the Millers tidaklah terlalu vulgar. Tetap masih ada dialog-dialog jorok dan lelucon fisik berbau seksual seperti buah zakar yang bengkak atau tarian seksi Jennifer Aniston, tapi semuanya masih dalam kadar secukupnya. Tapi dengan kegilaan yang masih agak tanggung itu We're the Millers masihlah sebuah hiburan yang menyenangkan. Tidak terlalu banyak momen yang mampu membuat saya tertawa terbahak-bahak, tapi saya tetaplah betah mengikuti petualangan keluarga gila ini. Selain karena hubungan antara The Millers yang menarik, tidak adanya karakter yang annoying juga membantu saya menikmati film ini. Seolah menjadi tren, film komedi Hollywood hampir selalu menampilkan karakter super menyebalkan seperti yang kita lihat dalam The Hangover ataupun The Heat. Hal itu selalu mengganggu saya apalagi jika humornya miss. Tapi untungnya We're the Millers tidak melakukan hal yang sama. Hingga akhirnya saat humornya kurang berhasil saya tetap bisa terhibur oleh hubungan yang terjalin antara mereka berempat. Tapi bicara soal komedi, saya rasa momen komedi terbaik adalah adegan french kiss yang sangat lucu itu.
We're the Millers bukan tontonan serius jadi jangan memikirkan semua yang terjadi dalam film ini dengan serius pula. Seperti yang saya bilang film ini minim penelusuran karakter dalam, sampai banyaknya plot hole tentang kisah penyelundupan narkoba yang jadi fokus utamanya. Jelas ada banyak kebodohan dalam alurnya sampai hal-hal yang sangat dipaksakan. Tapi toh hal itu sama saja dengan mempertanyakan bagaimana sebuah boneka Teddy Bear bisa berbicara dalam film Ted. Pada akhirnya We're the Millers cukup berhasil dalam memberikan hiburannya. Komedi dewasa sedikit tanggung yang cukup berhasil sampai kisah pencarian keluarga dari masing-masing karakternya yang berjalan cukup manis dan menyenangkan berkat chemistry kuat diantara mereka. Setidaknya film ini juga menjadi bukti bahwa Jennifer Aniston masih punya daya tarik andai dia lebih berani lagi dalam mengeksplorasi karakter miliknya meski bentuk keberanian itu hanya sekedar melakukan tarian striptease yang begitu menggoda.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar