ABOUT LAST NIGHT (2014)
Sekilas tidak ada yang menarik dari About Last Night. Menawarkan formula komedi romantis standar yang berasal dari remake film berjudul sama yang dirilis pada tahun 1986, About Last Night pada awalnya nampak tidak lebih dari sekedar usaha untuk menghasilkan pundi-pundi uang lewat jalan yang mudah. Orang-orang yang terlibat di dalamnya pun tidak terlalu spesial bagi saya. Di posisi sutradara ada Steve Pink yang meraih kesuksesan lewat komedi Hot Tube Time Machine yang sesungguhnya punya kualitas tidak bagus-bagus amat. Di jajaran pemainnya ada beberapa nama komedian seperti Kevin Hart dan Regina Hall yang tetap saja tidak menjadi jaminan mutu sebuah film. Tapi setelah dirilis film ini memberikan kejutan dengan meraih kesuksesan Box Office lewat raihan $49 juta (bujetnya hanya $13 juta) serta respon yang cukup baik dari para kritikus. Saya pun memutuskan untuk memberikan kesempatan bagi film ini yang pada akhirnya tidak berakhir mengecewakan. Ya, About Last Night berhasil memberikan sebuah hiburan yang cukup menyenangkan lewat kombinasi kisah romansa dengan rentetan komedi-komedi verbalnya. Kisahnya sendiri berpusat pada dua pasang sahabat. Yang pertama adalah para pria, Dany (Michael Ealy) dan Bernie (Kevin Hart) sedangkan satunya adalah para wanita, Joan (Regina Hall) dan Debbie (Joy Bryant).
Bernie dan Joan baru saja memulai sebuah hubungan. Hubungan yang sebenarnya masih belum terlalu jelas apakah merupakan pacaran serius atau sekedar one night stand yang sedikit lebih panjang dari sekedar seks satu malam. Bernie dan Joan pun membawa sahabat mereka masing-masing dalam sebuah kencan, yaitu Dany dan Debbie. Tujuan keduanya jelas, menjodohkan Dany dengan Debbie karena mereka berdua dianggap memiliki banyak persamaan. Mereka sama-sama dianggap membosankan dan tidak bisa bersenang-senang, dan yang paling penting keduanya masih jomblo setelah putus dengan pacar mereka masing-masing. Diluar dugaan "perjodohan" tersebut berjalan dengan sangat lancar. Dany dan Debbie semakin dekat dan terlihat mulai menjalin hubungan bahkan keduanya tinggal bersama setelah Debbie pindah ke apartemen Dany. Tapi pertanyaannya lagi-lagi sama, apakah mereka berdua memang saling mencintai atau hanya sekedar menginginkan kepuasan seksual dan bersenang-senang belaka? Dari hal itulah hubungan mereka mulai mendapat banyak cobaan khususnya saat Bernie dan Joan akhirnya putus dan saling bermusuhan bahkan memanas-manasi sahabat mereka masing-masing untuk melakukan hal yang sama.
Tentu saja semuanya klise ditinjau dari aspek manapun. Ceritanya klise, konflik yang terjadi klise, bahkan timing terjadinya konflik serta bagaimana konklusinya pun terasa klise. Dari awal sudah sangat mudah untuk menduga akan bagaimana film ini berjalan bahkan akan seperti apa konklusinya pun sudah sangat mudah ditebak. Tidak ada usaha untuk sedikit memberikan twist dalam kisah klise ini, karena sesungguhnya ada beberapa contoh drama romantis yang berjalan klise tapi memberikan twist di akhir semisal One Day atau twist pada narasinya seperti (500) Days of Summer. Tapi About Last Night memilih menjaga semua keklisean tersebut. Memang beresiko tapi toh klise bukan berarti buruk asal bisa memaksimalkan potensi yang ada, dan film ini sanggup memaksimalkan berbagai potensinya. Yang paling menjadikan film ini menyenangkan ditonton adalah aspek komedinya. Memang film ini banyak membahas seks tapi komedinya bukanlah komedi dewasa yang jorok. Ada beberapa yang cukup menjurus kesitu tapi tidak dalam kadar yang besar. Mayoritas komedi berasal dari verbal dan barter dialog antar karakternya, dan yang paling menyenangkan adalah Bernie dan Joan. Keduanya selalu berhasil memberikan kelucuan luar biasa entah saat berhubungan seks atau saat sedang bertengkar. Pertengkaran Joan dan Bernie yang gila memang selalu berhasil membuat saya tertawa.
Bicara soal barter dialog secara keseluruhan, saya juga suka bagaimana film ini dikemas Dala beberapa momen kita diperlihatkan dua pembicaraan yang terpisah namun dengan cepat berganti satu sama lain sehingga menciptakan sebuah kesatuan yang tidak hanya menyatu tapi juga memberikan sentuhan komedi yang cukup kuat. Yang jelas jika membicarakan aspek komedinya, About Last Night sudah berhasil memberikan sentuhan yang kuat. Tapi ini adalah komedi-romantis yang berarti aspek romansanya juga harus kuat. Pada bagian ini jugalah About Last Night cukup berhasil dengan cara menghindari kesalahan yang banyak dilakukan film romansa, yaitu berusaha terlalu kuat untuk menjadi romantis. Banyak romansa yang melakuakn hal itu secara berlebihan yang malah membuat filmnya berlebihan alih-alih menjadi romantis, manis dan menyentuh. Dengan berjalan apa adanya, film ini malah sanggup terasa cukup manis dan sanggup memberikan hubungan yang simpatik pada kisah Dany dan Debbie. Kisah cinta keduanya pun jadi terasa lebih membumi dan saya merasakan sedikit keterikatan akibat kemiripan yang terjadi dengan kisah pribadi saya sendiri dan saya yakin banyak penonton yang merasakan hal sama.
Tapi tentu saja About Last Night bukanlah film yang sempurna, apalagi setelah mulai memasuki bagian konklusi. Seperti yang sudah saya bilang, konklusinya amat udah ditebak, tapi sayangnya film ini justru terasa bertele-tele dalam membangun konklusi tersebut dengan menambahkan beberapa momen yang tidak terlalu penting lagi sebenarnya termask berputar-putar pada depresi yang dialami Dany dan Debbie. Sebenarnya ini berguna untuk membuat penonton ikut merasakan kesedihan yang terjadi, tapi karena semuanya sudah bisa ditebak yang terjadi adalah tensi film yang terus menurun hingga akhir. Secara keseluruhan About Last Night sebenarnya terasa sudah sangat maksimal, hanya saja dasar ceritanya yang memang sangat klise membuat film ini tidak bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar dan lebih hebat lagi. Tapi setidaknya masih berhasil menjadi sebuah komedi-romantis yang menghibur dengan kelucuan dan kemanisan dalam kisah tentang cinta dan komitmen yang diangkat.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar