REVIEW - GET DUKED!
Sampai tulisan ini dibuat, Get Duked! merupakan komedi terlucu yang saya tonton sepanjang tahun 2020. Sebuah tipikal komedi British penuh celetukan menggelitik, ditambah komedi hitam, sekuen trippy, dan pesan relevan mengenai kelas sosial, ras, dan jarak antara generasi.
Alkisah empat remaja berpartisipasi dalam program pelatihan pengembangan diri, di mana dengan perlengkapan seadanya, mereka harus mengarungi dataran tinggi Skotlandia. Kemampuan-kemampuan seperti menentukan arah hingga kerja sama tim dinilai. Apabila dinyatakan lulus oleh Carlyle (Jonathan Aris) selaku pengawas, keempatnya berhak mendapatkan The Duke of Edinburgh's Award. Seperti namanya, penghargaan itu awalnya diinisiasi oleh Pangeran Philip, Duke of Edinbugh pada 1956.
Tiga dari empat remaja tersebut adalah teman satu sekolah. Duncan (Lewis Gribben), Dean (Rian Gordon), dan DJ Beatroot (Viraj Juneja). Ketiganya dikirim ke program tersebut akibat kerap menyulut kekacauan, termasuk meledakkan toilet beserta "isinya". Satu remaja lagi bernama Ian (Samuel Bottomley). Berbeda dengan ketiga rekannya, Ian berpartisipasi atas kemamuan sendiri, demi memperoleh piagam, yang menurutnya bakal berguna saat mendaftar kuliah.
Perbedaan yang muncul, karena tidak seperti trio pembuat onar itu, Ian berasal dari keluarga menengah ke atas. Sewaktu anak lain asyik bersenda gurau, Ian sibuk membaca peta atau mengisi checklist berisi penilaian kinerja tim. "Work hard on what you do and everything would come true", demikian kata Ian, yang cuma direspon dengan tawa oleh Dean. Ada jurang strata dan privilege yang nyata. Ketika Ian mencanangkan berkuliah hukum di universitas ternama, Duncan dan Dean bersemangat menantikan pekerjaan mengepak ikan dengan bayaran £6.5 per jam.
Tapi di mata The Duke (Eddie Izzard) dan The Duchess (Georgie Glen), keempatnya sama: hama. Di tengah perjalanan yang sudah penuh rintangan, nyawa mereka berempat justru terancam, ketika pasutri darah biru tersebut memburu mereka. Sebagaimana banyak kulit putih pemegang kuasa, The Duke dan The Duchess memandang dirinya superior. Sebagaimana banyak generasi boomer, The Duke dan The Duchess menuding generasi masa kini bersalah atas rusaknya dunia, walau pada kenyataannya, merekalah yang mewariskan kerusakan dunia itu.
Secara bersamaan, polisi lokal di bawah pimpinan Sersan Morag (Kate Dickie), yang sebelumnya sibuk mengusut kasus pencurian roti, mulai mengalihkan fokus memburu pelaku terorisme. Apa hubungannya dengan perjalanan keempat protagonis kita? Nanti benang merahnya bakal terungkap melalui tuturan menggelitik mengenai ketidakbecusan dan rasisme aparat, yang melengkapi kesuksesan Ninian Doff (juga duduk di kursi sutradara) melahirkan naskah yang tajam dalam mengkritisi tanpa kehilangan kejenakaan.
Humornya beragam, dari satir hasil kesulitan komunikasi antar individu berbeda kelas, sampai kebodohan karakternya, yang meski ekstrim, tak terasa mengherankan, sebab mereka adalah anak-anak yang meledakkan toilet demi konten (dan perhatian). Humor dalam kisah sarat kekacauan membuat filmnya tampil dinamis, apalagi kala penyutradaraan bertenaga dari Doff didukung oleh barisan lagu hip hop, beberapa visual bernuansa sureal yang hadir tiap karakternya memakan "sesuatu", serta akting keempat pemeran utama yang akhirnya tetap membuat penonton rela mendukung mereka, tidak peduli sesering apa Ian merengek, atau seberapa gila nan bodoh tingkah polah ketiga temannya.
Available on PRIME VIDEO
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar