REVIEW - THE ADDAMS FAMILY 2

Tidak ada komentar

The Addams Family versi animasi (2019) punya satu keunggulan dibanding live action-nya (1991), yakni memanfaatkan keanehan The Addams untuk menyampaikan pesan soal perbedaan. Tapi pesona absurditasnya ditekan agar lebih bersahabat bagi penonton anak. The Addams Family 2 masih berjalan di trek serupa. Upaya menormalkan yang dapat dipahami (dan terbukti mendatangkan keuntungan finansial), meski tetap sebuah titik lemah.

Kualitas The Addams Family 2 selalu menukik kala melempar keklisean slapstick atau tarian-tarian konyol, dan sebaliknya, melonjak tiap humor gelap mengambil alih. Tidak perlu terlampau kelam. Misal saat pameran sains yang diikuti Wednesday (Chloë Grace Moretz) mengumumkan bahwa seluruh peserta adalah pemenang sebagai cara menghargai usaha. Sebuah sindiran yang mengingatkan ke sketsa You Can Do Anything (2012) milik Saturday Night Live (it's funny and still relevant now). 

Pada pameran tersebut, Wednesday mempresentasikan eksperimennya, yang bertujuan meningkatkan kapasitas manusia, dengan menyuntikkan DNA gurita ke tubuh Uncle Fester (Nick Kroll). Kegagalan jadi pemenang tunggal memang mengecewakan, tapi setidaknya hasil kerja Wednesday diakui oleh Cyrus Strange (Bill Hader, yang kebetulan membintangi sketsa yang saya sebut di atas). 

Akibat eksperimen itu, perlahan tubuh Uncle Fester berubah, namun bagi The Addams, tumbuhnya tentakel di tangan anggota keluarga bukanlah keanehan. Gomez (Oscar Isaac) dan Morticia (Charlize Theron) lebih mengkhawatirkan kerenggangan hubungan dengan anak-anak mereka. Lebih tepatnya Wednesday, sebab di luar keinginannya memikat hati wanita, Pugsley (Javon Walton) masih sama. Masih doyan menghancurkan semua hal di depan mata, masih jadi korban "candaan mematikan" sang kakak. 

Demi merekatkan kekeluargaan, Gomez mencetuskan road trip keliling Amerika, yang tentu saja tak berjalan sesuai rencana. Salah satunya gara-gara ancaman Mr. Mustela (Wallace Shawn), seorang pengacara yang tiba-tiba datang mengungkap rahasia mengejutkan tentang Wednesday. Di tengah perjalanan mereka pun menemui Cousin Itt (Snoop Dogg) guna meminta saran, walaupun sampai akhir, tak pernah jelas bantuan macam apa yang diulurkan si "manusia rambut". 

Memindahkan latar dari rumah aneh The Addams ke dunia luar semakin "menormalkan" film ini dibanding pendahulunya, tetapi seperti telah saya sebut, selama naskahnya mengutamakan humor gelap, The Addams 2 mampu tampil menghibur. Contohnya celetukan morbid Morticia, atau saat secara mengejutkan, filmnya menyiratkan aksi pembunuhan oleh karakter bocah. Terjadi off-screen, tapi biar bagaimanapun, ini adalah film dengan rating PG. 

Pengarahan duo sutradara Greg Tiernan dan Conrad Vernon (Shrek 2, Sausage Party, The Addams Family) sayangnya meninggalkan satu titik lemah, yakni perihal humor-humor yang bertindak selaku transisi antar adegan. Humor tersebut mayoritas menampilkan keabsurdan sebagai punchline (semisal waktu Wednesday menjadikan Lurch si pelayan sebagai perahu) sekaligus transisi, namun melesetnya penanganan dua sutradara, justru melahirkan suasana canggung. 

Tapi sekali lagi, The Addams Family 2 masih sebuah hiburan memadai, terlebih bagi para pecinta serinya. Ketika klimaks mendadak membawa penonton sejenak menyambangi genre kaiju, itu sudah membuktikan bahwa biarpun mencoba tampil normal demi merangkul pasar seluas mungkin, element of surprise khas The Addams Family tetap bertahan.

Tidak ada komentar :

Comment Page: