REVIEW - FRESH
Debut penyutradaraan Mimi Cave ini sebenarnya mengikuti pola standar horor/thriller bertema "date gone wrong". Tapi yang membuat Fresh terasa "fresh" adalah tambahan bumbu-bumbunya, dari komedi gelap, sentuhan empowerment, hingga romansa. Romansa yang menyedihkan.
Bahkan di 30 menit pertama, sebelum title card dan kredit pembuka yang jadi titik balik genrenya, Fresh benar-benar dibungkus bak romansa biasa. Noa (Daisy Edgar-Jones) mencoba peruntungan di aplikasi kencan, namun belum juga bertemu si pria idaman. Noa justru menemukannya di dunia nyata, tepatnya di supermarket, kala berkenalan dengan Steve (Sebastian Stan).
Tidak seperti pria-pria dari aplikasi, Steve memikat Noa setelah kencan perdana, di mana keduanya langsung berhubungan seks. Tidak butuh waktu lama sampai Steve mengajak Noa berlibur. Interaksi mereka benar-benar tampak manis, salah satunya berkat chemistry Edgar-Jones dan Stan. Kalau bukan karena Mollie (Jonica T. Gibbs), sahabat Noa yang menyinggung beberapa red flag soal Steve (tidak punya Instagram, tiba-tiba memberi kejutan) walau dengan nada bercanda, mungkin saya lupa kalau sedang menonton thriller.
Benar saja, Steve menyimpan rahasia. Rahasia kelam, kejam, brutal. Sebenarnya, selain tanda-tanda yang Mollie sampaikan, ada petunjuk lain mengenai kepribadian Steve. Petunjuk ini lebih subtil, yakni akting Stan. Dia menghidupkan sosok pria baik-baik, yang bila diperhatikan, baik lewat mata maupun senyumannya, menyiratkan kegelapan. Hanya saja, Noa dibutakan oleh romansa, yang setelah sekian lama dicari akhirnya ia miliki, untuk dapat menyadari itu.
Pasca Steve membuka topengnya, perlahan Fresh mulai menyuguhkan adegan disturbing, yang sejatinya cenderung "ramah" jika dibandingkan film-film bertema serupa lainnya. Bukan bentuk keraguan atau kurangnya totalitas, melainkan upaya Mimi Cave untuk lebih bermain di ranah psikis yang menyulut ketidaknyamanan. Less-fun, more unsettling.
Fresh tidak mengeksploitasi kekerasan, tapi membicarakan kebejatan. Pun naskah buatan Lauryn Kahn menunjukkan bahwa perbuatan karakternya bukan tindak kekerasan semata, tapi turut menyentuh ranah fetishishm. Di sini perihal empowerment diselipkan. Wanita kembali jadi objek pemuas hasrat pria, dan satu-satunya harapan berasal dari ikatan antar wanita itu sendiri. Klimaksnya menegaskan itu, menolak formula "male savior" serta "damsel in distress", sembari menyuarakan betapa wanita yang menutup mata, atau bahkan membela kebejatan tersebut, juga merupakan sumber masalah.
Menariknya, hingga jelang third act Fresh tetap mempertahankan elemen romansa. Ditemani humor-humor gelap, Fresh jadi romansa menyedihkan tentang sepasang individu yang mencari figur "the one", merasa telah menemukannya, hanya untuk kembali merasakan kehilangan akibat dosa salah satu dari mereka. 'Fresh' is more relatable than it seems.
(Disney+ Hotstar)
3 komentar :
Comment Page:Mas ada yg typo waktu kata "tiba-toba" di paragraph 3
Sadis amat bang, masa iya film horror disturbing beginian ada di channel disney?!
Hulu itu
Posting Komentar