REVIEW - ONDE MANDE!

21 komentar

Onde Mande! merupakan karya penyutradaraan arus utama perdana seorang Paul Agusta (Kado Hari Jadi, Parts of the Heart, Daysleepers). Masih jauh dari sempurna, tapi ia membawa satu hal yang acap kali dilupakan (atau enggan dipedulikan?) oleh mereka yang memandang film sebagai komoditas semata: keautentikan. 

Mengambil latar Sumatera Barat, tepatnya Desa Sigiran, Onde Mande! meninggalkan aroma Jawa-sentris, dengan menghadirkan jajaran pemain setempat, atau minimal berstatus "keturunan", yang memungkinkan filmnya memakai bahasa lokal nyaris di sepanjang durasi (kecuali saat konteks situasi menuntut penggunaan Bahasa Indonesia).

Angku Wan (Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto), seorang tetua desa, memenangkan undian senilai 2 miliar yang diadakan sebuah perusahaan sabun. Rencananya uang tersebut bakal dipakai untuk membenahi desa, namun Angku Wan justru meninggal sebelum sempat menerimanya. 

Menurut karakter-karakter lain, Angku Wan dikenal keras kepala dan galak sehingga tak semua warga menyukainya. Poin itu ditekankan berulang kali, baik lewat voice over maupun dialog, namun tak sekalipun kita diperlihatkan sifat keras yang dimaksud. Sebaliknya, Angku Wan selalu nampak ramah. 

Entah apa penyebab inkonsistensi tersebut, namun naskah hasil tulisan Paul memang kurang mulus bercerita. Misal sewaktu filmnya mulai merambah komedi. Kita disuguhi lelucon seputar homofon dalam Bahasa Minang. Idenya kreatif, namun aneh rasanya menyaksikan adegan yang dibungkus sedemikian konyol, pasca rangkaian keseriusan tanpa sedikitpun warna komedi pada menit-menit sebelumnya. 

Biarpun transisinya kurang mulus, momen di atas menandai peningkatan kualitas Onde Mande! ke arah yang jauh lebih menyenangkan, selepas paruh awal yang cenderung datar. 

Alkisah, Da Am (JosΓ© Rizal Manua), yang menganggap Angku Wan seperti ayah sendiri, berniat melanjutkan impian sang tetua untuk membangun desa menggunakan uang hadiah. Dibantu sang istri, Ni Ta (Jajang C. Noer), serta kedua anaknya, Si Mar (Shenina Cinnamon) dan Afdhal (Rivanzsa Alfath), Da Am mencetuskan ide gila agar dapat mengklaim uang tersebut. Tentu timbul setumpuk kekacauan, dan semakin kacau konfliknya, semakin menghibur pula filmnya.

Cast-nya tampil solid, dan sekali lagi, autentik. Khususnya JosΓ© Rizal Manua sebagai "bapak-bapak panik". Sedangkan Emir Mahira yang memerankan Anwar, karyawan perusahaan sabun yang datang dari Jakarta guna melakukan verifikasi pemenang, melanjutkan rekam jejak positifnya sejak kembali berakting tahun lalu. 

Seiring bergulirnya durasi, sebenarnya Onde Mande! tetap dihantui inkonsistensi kualitas. Terkadang ia memancarkan sinarnya, hanya untuk sejurus kemudian kehilangan daya, entah karena komedi yang luput dari sasaran, gejolak emosi yang belum seberapa mencengkeram perasaan, atau kelemahan berupa lubang penceritaan, contohnya kebetulan yang terasa dipaksakan ketika Anwar menghentikan mobilnya tepat di depan Afdhal.

Sebenarnya Onde Mande! punya sebuah kebetulan lain yang jauh lebih besar selaku twist di konklusinya. Tapi Paul membawa intensi jelas dalam kebetulan ini, di mana semua poin alurnya (perbedaan sudut pandang dalam memandang uang hadiah, keputusan memecah narasi ke latar Sigiran dan jakarta, kejutan mengenai salah satu karakter) bertemu, kemudian melahirkan satu pesan hangat berbunyi "segalanya bakal bermuara di rumah".

21 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

film drama tragedi anak manusia yang bukan hanya tertawa sekaligus menangis

duh, dikira film komedi

Anonim mengatakan...

kali ini nonton bioskop film indonesia ada terjemahan bahasa indonesia

ini baru dialeg & bahasa yang benar, bukan jawa jaksel, ini murni bahasa daerah asli minang, bukan minang jaksel

Anonim mengatakan...

onde mande skor : 8.5/10

film terbaik daerah, selain film group musik arek suroboyo

Anonim mengatakan...

dikira film murahan, wow, nggak sesuai perkiraan ternyata bagus banget dan membumi

Anonim mengatakan...

lontong sayur padang & teh telor, maknyusssss

Anonim mengatakan...

miris akhir scene babak penutup membuat penonton di bioskop menangis

Anonim mengatakan...

film daerah yang menjanjikan angkat potensi kultur, panorama & wisata di barengi alur cerita yang keren dan dialeg yang tepat dalam berbicara

Onde Mande! mengatakan...

Visionari capital, sisi lokalistik yg ga hanya gimmick. Next daerah mana lagi nih

Anonim mengatakan...

Sayang layarnya pelit banget

Anonim mengatakan...

jawa sudah, papua juga sudah, makassar pasti udah dan ada tayang lagi, daerah lain tunggu produser cuan

Anonim mengatakan...

keanekaragaman pelaku aktor yang membuat kita terpana dan pengen ke minang

Anonim mengatakan...

ibukota menakutkan se be gi tu nya....lebay banget,,,,untung ada abang jagoan dan mbakyu warteg yang lucu menghapus jargon ibukota serem

Anonim mengatakan...

sedih lucu tragedi campur jadi satu ragam rasa dan bahasa

Anonim mengatakan...

onde mande, aqua dulu

Anonim mengatakan...

Tunggu di streaming aja

Anonim mengatakan...

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Anonim mengatakan...

terbaik ini film

Anonim mengatakan...

alur cerita film yang menarik, tidak sanggup mengajak penonton untuk hadir di ruangan layar bioskop

Anonim mengatakan...

thanks mr.rasyid

Anonim mengatakan...

✌️✌️✌️

Anonim mengatakan...

indonesia, makasih