TAKEN 2 (2012)
Film Taken yang rilis pada 2008 lalu sukses menjadi sleeper hit. Tanpa disangka-sangka, film Prancis yang diproduksi Luc Besson dan disutradarai oleh Pierre Morel (From Paris with Love) tersebut sukses meraih pendapatan diatas $225 Juta di seluruh dunia. Tidak hanya itu, Taken juga melambungkan nama Liam Neeson sebagai aktor laga gaek setelah sebelumnya ia lebih dikenal sebagai aktor drama ataupun supporting actor dalam berbagai film. Lihat saja, setelah Taken Neeson bermain pada tidak kurang dari lima film action dalam tiga tahun terakhir. Tapi tentu saja melihat prestasi film pertamanya yang sangat memuaskan baik dari segi pendapatan ataupun kualitas, pihak studio segera berencana membuat sekuelnya meskipun Taken bisa dibilang sudah tidak lagi menyisakan kisah yang perlu untuk diangkat. Empat tahun kemudian masih diproduseri dan ditulis naskahnya oleh Luc Besson, Taken 2 dirilis. Bedanya, film kedua ini disutradarai oleh Olivier Megaton yang sebelumnya pernah menyutradarai film aksi macam Transporter 3 dan Colombiana. Apakah Taken 2 bisa menyanggah anggapan bahwa sekuel ini hanya diproduksi untuk mengumpulkan pundi-pundi dollar? Ataukah hanya itu saja tujuan film ini dibuat?
Setelah kejadian dalam Taken, keluarga dari para penculik yang dihabisi oleh Bryan Mills (Liam Neeson) berencana untuk menuntut balas padanya. Murad Hoxha (Šerbedžija), ayah dari salahs eorang penculik yang dibnuh oleh Bryan berencana untuk mencari Bryan dan menuntut balas kematian tragis anaknya. Sementara itu Bryan beserta mantan istrinya, Lenore (Famke Janssen) dan puterinya Kim (Maggie Grace) tengah berlibur di Istanbul tanpa sadar bahwa mereka bertiga sedang diincar oleh Hoxha dan anak buahnya. Sampai akhirnya Bryan dan Lenore tertangkap oleh para penculik tersebut. Kini giliran Kim yang harus menyelamatkan kedua orang tuanya setelah pada even film pertama dialah yang diculik dan harus diselamatkan oleh sang ayah. Jika yang dimaksud "cerita yang berbeda" adalah menukar posisi antara yang diculik dan yang harus menyelamatkan maka Taken 2 tidak benar-benar melakukan itu. Memang benar kali ini Kim mendapat porsi untuk menyelamatkan kedua orang tuanya, namun sesungguhnya porsi terbesar tetaplah dimiliki oleh Bryan. Pada intinya cerita pada Taken 2 masihlah sama dengan film pertama, yaitu usaha Bryan untuk mengagalkan usaha para penculik dalam merenggut keluarganya.
Jangan berharap ada hal baru dalam plot-nya karena pada dasarnya Taken 2 hanyalah pengulangan kisah film pertamanya dan diberi modifikasi seadanya. Bahkan dalam sekuel ini tidak saya temui kejutan-kejutan kecil seperti yang saya temui dalam film pertamanya dan mampu membuat film tersebut terasa menarik untuk diikuti. Menonton Taken 2 hanya membuat saya menunggu adegan aksi demi adegan aksi bermunculan. Tidak perlu berpikir untuk tahu akan dibawa kemana ceritanya bergulir dan akan seperti apa akhirnya. Beberapa usaha untuk membuat twist minor jelas tidak berhasil dan terlalu predictable. Filmnya bergulir layaknya film-film medioker kelas B yang mungkin hanya satu tingkat diatas film-film Steven Seagal, hanya saja tergarap dengan lebih baik karena faktor bujet yang jauh lebih besar. Saya juga menjumpai banyak plot hole dan kebodohan yang muncul dalam film ini. Dengan plot hole yang lebih besar, kejutan yang tidak berhasil, hingga cerita yang hanya pengulangan, maka dari segi alur Taken 2 jelas berada dibawah film pertamanya.
Satu lagi yang membuat film pertamanya berhasil adalah presentasi dari karakter Bryan Mills. Bryan pada dasarnya terlihat seperti kebanyakan tokoh dalam film aksi yang tak terkalahkan dan punya kemampuan fisik diatas rata-rata sekaligus otak super encer sebagai mantan agen intelegen. Tapi fakta bahwa yang diculik adalah puterinya sendiri membuat karakter Bryan lebih bisa mendapat simpati penonton. Belum lagi akting bagus dari Liam Neeson mampu membuat tokoh ini tetap terasa manusiawi meski punya berbagai kemampuan luar biasa (ingat adegan telepon di film pertamanya yang menunjukkan kapasitas drama Neeson?). Dalam film keduanya, saya masih merasakan sisi manusiawi Bryan. Melihat ironi bahwa istri dan anaknya dalam bahaya saat berlibur sudah cukup membuat simpati penonton padanya. Melihat aksi Bryan juga cukup seru khususnya yang berkaitan dengan kemampuan otaknya (meski seringkali terasa tidak logis dan malah terasa bodoh), tapi setidaknya seru juga mengikuti berbagai strategi yang ia lakukan. Adegan aksinya sendiri tidak terlalu "wah" dan ditampilkan ala kadarnya. Bahkan di beberapa bagian Liam Neeson tidak terlihat seperti sedang berkelahi sungguhan.
Secara keseluruhan Taken 2 jelas bukan sebuah sekuel yang perlu untuk dibuat mengingat film pertamanya sudah digarap dan ditutup dengan apik. Sekuel yang dipaksakan untuk dibuat hanya karena mengais uang memang jarang berakhir dengan memuaskan. Film ini jelas berada pada level dibawah film pertamanya. Berbagai kebodohan dan alurnya yang tidak terlalu menarik sekaligus hanya berupa pengulangan film pertama memang sebuah kekurangan, namun tetap akan bisa dinikmati jika anda tidak terlalu berpikir masalah logika (khususnya pada faktor kebodohan dan banyaknya plot hole), karena sesungguhnya Taken 2 adalah sebuah hiburan yang brainless dan sebaiknya ditonton pula tanpa harus memeras otak. Setidaknya masih ada penampilan Liam Neeson yang tetap bagus dan layak tonton. Overall Taken 2 masih bisa dinikmati dan layak tonton, tapi saya harap tidak ada lagi Taken 3. Sebuah harapan yang sepertinya sudah sulit menjadi kenyataan karena saya dengar Luc Besson sudah berencana membuat film ketiganya.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar