ARGO (2012)
Argo bisa saja menjadi puncak pencapaian seorang Ben Affleck tidak hanya sebagai sutradara namun juga aktor dan lebih luasnya dalam karirnya di dunia perfilman. Pada akhirnya memang pada pengumuman nominasi Oscar kemarin Ben Affleck (secara sangat mengejutkan) tidak mendapat nominasi best director, namun secara total Argo berhasil mengumpulkan tujuh nominasi termasuk Best Picture dan Best Supporting Actor untuk Alan Arkin. Setelah dua film bagus yang sayangnya tidak dilirik Oscar (Gone Baby Gone dan The Town), Affleck kembali dalam film ketiganya sebagai sutradara yang berbasis dari kisah nyata tentang penyanderaan oleh rakyat Iran terhadap 52 warga Amerika yang tengah berada di Teheran selama 444 hari. Kejadian itu terjadi setelah kemarahan rakyat Iran khususnya para pejuang militan tersulut disaat Amerika bersedia menampung Mohammad Reza Pahlavi, raja Iran yang digulingkan karena berkuasa secara semena-mena. Akhirnya pada 4 November 1979, para militan menyerbu kantor kedutaan Amerika di Teheran yang berujung pada penyanderaan para staff yang bekerja disana. Tapi tanpa mereka ketahui ada enam orang yang berhasil lolos dari penyergapan tersebut dan bersembunyi di kediaman duta besar Kanada. Dengan kondisi tersebut pihak Amerika berusaha mengeluarkan keenam orang itu secara diam-diam sebelum para militan mengetahui keberadaan mereka.
Tony Mendez (Ben Affleck) adalah seorang anggota CIA yang diminta menjadi konsultan kasus tersebut. Beberapa usulan misi rahasia diajukan, namun semuanya dianggap tidak memungkinkan. Sampai akhirnya Mendez datang mengajukan proposal untuk misi pembebasan dengan modus membuat sebuah film palsu. Sempat diragukan, namun proposal itu akhirnya disetujui akibat tidak adanya pilihan lain yang lebih baik dalam waktu yang singkat tersebut. Mendez pun memulai misi tersebut dengan meminta bantuan dari orang-orang dunia perfilman yang bisa dipercaya, mulai dari seorang ahli make-up John Chambers (John Goodman) yang berhasil meraih Oscar lewat Planet of the Apes dan seorang produser senior bernama Lester Siegel (Alan Arkin). Ketiganya pun mulai menjalankan proyek film palsu ini yang dieksekusi secara nyata mulai pencarian dana, pemilihan naskah hingga publikasi media. Setelah seleksi naskah, akhirnya dipilih naskah sebuah film sci-fi dengan cerita mirip Star Wars dengan setting Timur Tengah berjudul Argo. Nantinya keenam orang tersebut akan disamarkan sebagai kru film mulai dari sutradara, penulis naskah hingga kameraman.
Argo memang diangkat dari sebuah kejadian nyata yang mana jika anda sudah mengetahui detail kejadian tersebut makan anda sudah akan tahu bagaimana misi penyelamatan ini berakhir. Namun Argo bukan sekedar bagaimana hasil akhir sebuah misi, namun tentang bagaimana proses perencanaan misi hingga disaat misi tersebut dijalankan. Yang menarik adalah konflik dijabarkan mulai dari konflik penyekapan, lalu konflik yang terjadi disaat perencanaan misi yang mengalami begitu banyak hambatan dan perdebatan, hingga akhirnya saat misi berjalan pun semuanya tidak mulus. Rangkaian adegan di bandara adalah sebuah klimaks yang amat menegangkan, mengingatkan pada ketegangan pada adegan subway di film Bourne. Argo adalah bukti bahwa sebuah thriller penuh ketegangan tidak harus dibangun lewat adegan kejar-kejaran mobil berkecepatan tinggi ataupun hujan peluru. Cukup dengan kehebatan Ben Affleck dalam merangkai adegan demi adegan dengan tepat hingga meski sebenarnya akhir filmnya sudah bisa ditebak tapi penonton tetap dibuat betah menikmati ketegangan demi ketegangan yang dihadirkan.
Nuansa dalam Argo diluar dugaan tidaklah terlalu gelap. Beberapa selipan humor mampu memancing tawa. Mayoritas momen lucu datang dari Lester Siegel yang diperankan oleh Alan Arkin dengan begitu baik. Bukan menciptakan karakter konyol, Siegel milik Arkin adalah tokoh yang mampu membuat suasana lucu dengan naik turunnya emosi ataupun baris dialog yang sanggup dihantarkan dengan baik. Adegan-adegan lain juga masih sanggup menghadirkan senyuman termasuk adegan saat Ben Affleck menunjukkan gambar konsep filmnya kepada para tentara militan di bandara. Seolah para tentara itu sedang melihat suatu hal yang luar biasa, padahal hanya sebuah konsep grafis film yang sederhana. Apakah Argo adalah sebuah film yang berusaha memperlihatkan kehebatan dan kebaikan Amerika Serikat? Tentu saja ada kesan seperti itu, tapi dalam film ini tidak ada usaha berlebihan untuk menempatkan Amerika sebagai pihak yang paling baik dan Iran sebagai musuh. Amerika digambarkan sebagai pihak yang berusaha menyelamatkan warga mereka dengan cara terbaik, hanya itu dan tidak terasa terlalu dilebihkan. Bahkan meski hanya sekilas tetap diperlihatkan bagaimana beberapa warga Amerika melakukan pemukulan terhadap warga Iran akibat konflik yang tengah terjadi. Memang film ini bersudut pandang Amerika dan mereka menjadi pihak protagonis, namun tidak ada dramatisasi nasionalisme yang berlebihan dalam Argo.
Nuansa dalam Argo diluar dugaan tidaklah terlalu gelap. Beberapa selipan humor mampu memancing tawa. Mayoritas momen lucu datang dari Lester Siegel yang diperankan oleh Alan Arkin dengan begitu baik. Bukan menciptakan karakter konyol, Siegel milik Arkin adalah tokoh yang mampu membuat suasana lucu dengan naik turunnya emosi ataupun baris dialog yang sanggup dihantarkan dengan baik. Adegan-adegan lain juga masih sanggup menghadirkan senyuman termasuk adegan saat Ben Affleck menunjukkan gambar konsep filmnya kepada para tentara militan di bandara. Seolah para tentara itu sedang melihat suatu hal yang luar biasa, padahal hanya sebuah konsep grafis film yang sederhana. Apakah Argo adalah sebuah film yang berusaha memperlihatkan kehebatan dan kebaikan Amerika Serikat? Tentu saja ada kesan seperti itu, tapi dalam film ini tidak ada usaha berlebihan untuk menempatkan Amerika sebagai pihak yang paling baik dan Iran sebagai musuh. Amerika digambarkan sebagai pihak yang berusaha menyelamatkan warga mereka dengan cara terbaik, hanya itu dan tidak terasa terlalu dilebihkan. Bahkan meski hanya sekilas tetap diperlihatkan bagaimana beberapa warga Amerika melakukan pemukulan terhadap warga Iran akibat konflik yang tengah terjadi. Memang film ini bersudut pandang Amerika dan mereka menjadi pihak protagonis, namun tidak ada dramatisasi nasionalisme yang berlebihan dalam Argo.
Argo mungkin bukan sebuah film yang sempurna dan masih cukup subjektif dalam memberikan sudut pandangnya terhadap suatu peristiwa sejarah (kabarnya sutradara Iran juga sedang mengembangkan film dengan cerita yang sama hanya dari sudut pandang Iran). Namun sangat terlihat bahwa Ben Affleck dan timnya berusaha senetral mungkin dalam menyikapi kisah yang ada. Pada akhirnya daripada sebuah propaganda, saya lebih memandang Argo sebagai sebuah thriller penuh ketegangan bernaskah cerdas sekaligus mampu dengan jeli menyelipkan beberapa humor segar sebagai penambah rasa. Sayang karakter Tony Mendez kurang digali lebih jauh kisahnya, tapi toh ini memang bukan film tentang dia, tapi tentang sebuah konflik dalam perencanaan dan pelaksanaan sebuah misi. Pada akhirnya saat misi berhasil saya turut dibuat gembira dan terharu.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar