GONE GIRL (2014)

22 komentar
Saat anda bisa merangkum sebuah kisah rumit menjadi suatu film yang mudah dipahami tanpa perlu terasa murahan dan "menyuapi" penonton, maka anda adalah sutradara hebat. Saat anda bisa merubah persepsi penonton tentang karakter dalam film hanya lewat satu adegan dan melakukan itu berkali-kali tanpa terasa dipaksakan atau terburu-buru jelas anda sutradara yang hebat. Saat anda mampu membuat film berdurasi 149 menit tanpa ada sekalipun momen membosankan dan mampu menjaga stabilitas tensinya maka anda sutradara yang hebat. Saat anda mampu merangkai twist berlapis dan banyak momen "WOW" tanpa sekalipun terasa saling bertumpukan, jelas anda sutradara yang hebat. Tapi jika anda berhasil melakukan semua hal diatas ditambah kelebihan-kelebihan lain yang belum saya tuliskan, well then...you are David Fincher! Gone Girl yang merupakan adaptasi novel berjudul sama karangan Gillian Flynn (yang juga menjadi penulis naskah film ini) adalah pembuktian bahwa David Fincher sesungguhnya tidak perlu lagi membuktikan apapun khususnya dalam hal menangani thriller-kriminal kompleks. Dia pernah melakukannya lewat Zodiac (plot complexity at its best) hingga remake The Girl With the Dragon Tattoo, dan lewat Gone Girl Fincher melakukannya lagi.

Pada suatu pagi yang juga merupakan hari jadi pernikahannya yang kelima, Nick Dunne (Ben Affleck) mendapati sang istri, Amy (Rosamund Pike) telah menghilang. Awalnya ia menduga itu hanya bagian dari treasure hunt yang selalu dilakukan Amy setiap ulang tahun pernikahan mereka, tapi dari kondisi di rumah, muncul kecurigaan bahwa sang istri telah diculik atau bahkan dibunuh. Penyelidikan pun mulai dilakukan, berbagai macam rahasia dan kejutan pun mulai ditemukan. Sejauh ini saja sinopsis yang bisa saya tuliskan. Lebih jauh lagi akan merusak kesenangan pembaca yang belum dan berniat menonton filmnya. Filmnya dibuka dengan kalimat yang dinarasikan Ben Affleck ini: 

"When I think of my wife, I always think of the back of her head. I picture cracking her lovely skull, unspooling her brain, trying to get answers. The primal questions of a marriage: What are you thinking? How are you feeling? What have we done to each other? What will we do?

Sadar atau tidak, kalimat pembuka itu sudah mulai mempermainkan persepsi penonton. Sekilas mendengar narasi itu, yang terpikir adalah Nick merupakan suami yang berpotensi menjadi psikopat karena kebingungan atas pernikahan yang dalam kondisi kritis. Tapi melihat ekspresi Rosamund Pike, kalimat "what are you thinking?" menjadi penggambaran sempurna akan ekspresinya. Saya tidak bisa tidak berpikir bahwa wanita ini menyembunyikan sesuatu, sesuatu yang mengerikan, sesuatu yang misterius. Jadi siapa yang gila? Nick atau Amy? Percayalah, sepanjang film pertanyaan itu pula yang selalu berputar di benak saya. Simpati pada kedua karakter itu akan terus berpindah sepanjang film, hingga sampai pada tahapan keduanya sama-sama menjadi sosok abu-abu. Pada awalnya Gone Girl terlihat "hanya" sebagai sebuah thriller tentang seorang suami yang mencari istrinya tapi mendapat tanggapan negatif dari masyarakat akibat campur tangan media. Tapi hanya dalam satu adegan, semuanya berubah. Twist pertama hadir memberikan kejutan, merubah persepsi, dan tinggal menunggu waktu sampai kejutan demi kejutan lain muncul.
Kejutan, pertanyaan dan ketegangan adalah apa-apa saja yang membuat film ini tetap menarik meski berjalan hampir dua setengah jam. Gone Girl erat kaitannya dengan sosok psikopat, dan film ini pun berjalan seperti psikopat. Gila, tidak segan melakukan hal ekstrim, dan tidak terduga. Setiap build-up moment menimbulkan pertanyaan, setiap jawaban menimbulkan penasaran akan hal macam apa yang akan terjadi berikutnya. Seperti biasa, film David Fincher selalu dipenuh kesan dingin dalam tiap gambarnya. Alur tidak pernah berjalan cepat, tapi juga sama sekali tidak terasa lambat. Dari sinilah ketegangan dibangun secara perlahan. Bayangkan di tengah malam anda sedang sendiri, dan dari kejauhan terdengar suara aneh. Semakin lama, secara perlahan suara itu terus mendekat, dan mendekat. Pastinya ada ketegangan yang hadir secara bertahap sampai kemudian mencapai klimaks. Tapi disisi lain ada rasa penasaran dan pertanyaan "apa itu?". Seperti itulah kira-kira bagaimana Fincher mengemas film ini. Ditambah scoring penuh bunyi synth mencekam garapanTrent Reznor dan Atticus Ross yang akhir-akhir ini menjadi langganan Fincher, makin lengkap atmosfer kelam dan ketegangan yang ada.

Tapi Gone Girl tidak hanya tentang misteri dan ketegangan, ada juga satir yang kuat hadir disini. Disamping berbagai perenungan tentang pernikahan, yang paling terasa adalah kehadiran media. Dalam sebuah kesempatan Gillian Flynn menyatakan bahwa kehadiran media pada ending film adalah untuk menggambarkan bagaimana mereka merupakan sosok ketiga yang memegang peranan besar di cerita setelah Amy dan Nick. Disini kita akan melihat bagaimana kuatnya peran sebuah media dalam peliputan suatu cerita. Media bisa mempengaruhi persepsi orang secara masif, bisa memutar balikkan persepsi tersebut dalam sekejap, bahkan tidak hanya penonton tapi "pelaku" cerita juga bisa terpengaruh oleh media. Seperti yang diucapkan Tanner Bolt (Tyler Perry) bahwa inti dari kasus ini sudah bukan lagi membuktikan siapa yang bersalah dan siapa yang tidak, tapi siapa yang bisa mengambil hati masyarakat. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan menggunakan eksploitasi media dalam hal ini televisi. Gone Girl merupakan gambaran bahwa memang benar seringkali media tidak berperasaan, tapi jika dimanfaatkan dengan tepat, media bisa jadi "teman" terbaik kita untuk menyelesaikan masalah.
Tidak bisa dipungkiri, sekilas jajaran cast-nya agak meragukan. Ben Affleck jelas aktor yang tidak buruk, tapi saya masih merasa dia tidak konsisten. Kadang aktingnya Oscar-worthy, kadang buruk. Apalagi sekarang untuk urusan thriller gila, saya tidak bisa untuk tidak memikirkan Jake Gyllenhaal. Rosamund Pike pun sama saja. Sosoknya yang kental dengan aura sweetheart dan lucu apakah cocok memerankan Amy dengan dualismenya? Mungkin sebagai Amy yang dicintai masyarakat ia cocok, tapi sebagai Amy yang misterius? Apalagi ditambah nama seperti Tyler Perry, keraguan tidak bisa dihindarkan. Hingga filmnya selesai, saya sadar bahwa saya telah lancang meragukan keputusan Fincher. Affleck dengan segala kerapuhan dan ketidak berdayaannya sampai Tyler Perry sebagai pengacara handal, semuanya sempurna. Tapi tidak ada yang bisa melebihi Rosamund Pike. 

Saya punya kepercayaan bahwa saat seseorang berakting, dan tanpa melakukan banyak hal diluar (ekspresi, dialog, emosi besar) dia bisa membuat penonton merasakan kompleksitas yang hadir, maka itu adalah akting luar biasa yang dimunculkan benar-benar dari dalam diri sang pemeran. Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, hanya lewat tatapan matanya, tanpa dialog maupun ekspresi besar, saya bisa dibuat ikut mempertanyakan banyak hal. Apa yang dia pikirkan? Apa yang dia inginkan? Apa yang dia rasakan? Itu adalah hal yang rumit untuk diperankan. Disisi lain lewat perbuatannya dengan mudah saya tahu betapa jeniusnya sosok Amy. Jelas jika Amy benar-benar ada di dekat saya, rasa ngeri akan langsung terasa tanpa perlu ia melakukan apapun. Amy adalah versi wanita dari Jake Gyllenhaal dalam Nightcrawler. Tapi disisi lain ia punya pesona kuat yang bakal membuat seseorang dengan mudah bertekuk lutut. That's what a scary person is. Gone Girl akan membuatmu terpaku, membuatmu membisu, menghantammu dan mempermainkan persepsimu. It's amazing.

22 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

Apik Syid, tapi isih luwih seneng Boyhood aku. Interstellar rung nonton. Nonton Winter Sleep karo Haider ora Syid?

Alvi mengatakan...

Menurut saya, satu jam pertama sebelum twist pertama diungkapkan merupakan bagian terbaik dri film ini

Rasyidharry mengatakan...

Buat saya semuanya bagian terbaik hehehe

Rasyidharry mengatakan...

Wah jelas nek kuwi, Boyhood tak tergantikan. Interstellar menurutku ora seapik harapan e
Winter Sleep wis donlot, tapi dowo tenan e haha

Unknown mengatakan...

template blog sudah direnovasi yah..

Rasyidharry mengatakan...

Masih dalam proses gonta ganti :)

Alvi mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Alvi mengatakan...

Setelah twist tersebut imho sekedar masuk kategori "bagus", hehe..

Rasyidharry mengatakan...

Well, fair enough hahaha

Unknown mengatakan...

harapane keduwuren mergo Nolan, haha.
Isih luwih dawa Gangs of Wasseypur kok, haha.

Rasyidharry mengatakan...

Wah yo piye, versi India ne Godfather mesti dowo sak pole

Alvi mengatakan...

Satu hal yg pasti, pembawa acara yg ngemock nick itu bner2 annoying haha

Unknown mengatakan...

Keren banget. David Fincher emang juara untuk thriller

Unknown mengatakan...

Rosmun pike memang lur biasa dalm film ini,,,akting Ben affleck yang tenag juga mengagumkan,,,

Unknown mengatakan...

Baru sempat nonton film ini. Awalnya masih bisa dimengerti, tapi setelah Amy kembali ke rumah disana saya sudah mulai bingung. Apakah Amy selama ini menghilang karena kemauan sendiri, atau ini adalah rencana mereka ber 2? Apa yang menyebabkan Amy kembali ke suaminya? Pusing euy.

Rasyidharry mengatakan...

Kan diceritain Amy udah sering ngejebak pacar-pacarnya dari dulu. Dia balik lagi karena ngerasa masih ada "kebaikan" dalam diri Nick & pengen menguasai suaminya itu, makanya Amy bikin diri sendiri hamil pake sperma Nick. Poinnya sih Amy total psikopat :)

Unknown mengatakan...

thank atas penjelasnya..selain film ini film apa lagi ya yg di bikin sutradara ini..saya sangat sangat menyukai cerita kayak film ini

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Rasyidharry mengatakan...

Aduh kalau mau mengkaji semuanya bakal terlalu panjang hehe
Tapi intinya, semua perbuatan Amy menunjukkan gejala antisocial & borderline personality disroder (BPD). Apa yang Amy lakukan kalau Nick dipenjara? Simply meanjutkan hidup seperti biasa, karena ia sudah puas menghancurkan hidup Nick dan mendapat "perhatian". Saat akhirnya dia memutuskan kembali, itu menunjukkan masih ada rasa cinta dalam hati Amy untuk Nick, tapi caranya mencintai memang berbeda dari kita orang "normal".
Apa semua direncanakan dari awal? Garis besarnya YA. Tapi beberapa detail seperti memfitnah Desi adalah bentuk improvisasi yang menunjukkan kecerdasan Amy sebagai psikopat (walau terganggu, mayoritas psikopat adalah jenius). Semua Amy lakukan demi membalas orang yang menyakitinya dan mendapatkan perhatian, mungkin juga didorong oleh rasa cemburu pada sosok Amazing Amy.

In the end, kalau semua masih tidak masuk akal, itu karena dilihat dari kacamata orang "normal". Jangan. Karena Amy punya disorder psikologis yang membuat pola pikir/tindakannya berbeda.

Anonim mengatakan...

Dari endingnya film ini bakalan ada lanjutannya.

_salsabilayoung_ mengatakan...

Aku menganggap film ini menarik karena menyoroti konflik rumah tangga, ada teka-teki dan peran acara televisi yang mudah merayu pikiran penonton saat membahas konflik rumah tangga.