FINAL DESTINATION 5 (2011)
"Death doesn't like to be cheated" yang dalam Bahasa Indonesia berarti "Kematian tidak suka dicurangi" adalah sebuah tagline yang sangat lekat dari franchise film "Final Destination" yang tahun ini sudah sampai pada seri kelima sejak pertama kali muncul pada tahun 2000. Sayangnya "kematian" bukan hanya tidak suka dicurangi oleh para korbannya di franchise film ini, tapi "kematian" justru suka mencurangi korban-korbannya. Hal itu sangat terasa di installemnt keempatnya dua tahun lalu dimana banyak sekali penyebab kematian yang ditampilkan terasa amat sangat dipaksakan. Selain itu, efek 3D yang untuk pertama kalinya digunakan di film keempat tersebut ternyata hasilnya biasa saja, bahkan banyak beberapa visualisasi yang terlihat terlalu murahan dan konyol. Apakah memang seri "Final Destination" sudah harus dihentikan atau film kelimanya ini bisa memperpanjang nafasnya?
Seperti biasa kisah akan bergulir pada serombongan anak muda yang tiba-tiba salah satu diantaranya mendapat visualisasi kematian yang akan menimpa dirinya dan rekan-rekannya. Kali ini yang mendapat penglihatan tersebut adalah Sam (Nicholas D'Agosto). Sam dan rekan-rekan kerjanya saat itu sedang berada didalam bus yang melintasi sebuah jembatan yang sedang dalam perbaikan disaat Sam mendapat visi mengenai sebuah bencana yang terjadi di jembatan tersebut dan pada akhirnya menewaskan mayoritas orang-orang didalam bus termasuk dirinya. Setelah sadar Sam langsung mencoba menyelamatkan dirinya dan Molly (Emma Bell) mantan pacarnya. Hingga akhirnya hanya ada 8 orang penumpang yang selamat dari kecelakaan maut tersebut. Tapi kematian masih belum berhenti mengintai dan siap menjemput mereka kapan saja.
Film ini dibuka dengan sebuah adegan runtuhnya jembatan yang merenggut banyak nyawa. Seperti biasa, adegan kecelakaan yang ditempatkan diawal film itu akan menjadi adegan paling megah dalam film "Final Destination". Pertanyaannya apakah adegan runtuhnya jembatan ini bisa seefektif adegan kecelakaan pesawat di film pertama atau sekosong dan sama membosankannya dengan adegan kecelakaan mobil balap di film keempat? Ternyata adegan kecelakaan di film kelima ini mampu ditampilkan dengan efek yang paling megah dibanding film-film sebelumnya. Balutan efek 3dimensi yang ada juga cukup efektif, gory dan terlihat jauh lebih bagus dibanding di film keempatnya. Keberhasilan dalam segi visual dalam adegan ini memang sangat penting mengingat mayoritas penonton yang sebelumnya sudah menyaksikan minimal salah satu prekuelnya pasti sudah tahu kalau adegan tersebut bukan kenyataan namun hanya penglihatan yang didapat oleh salah satu tokohnya. Overall adegan opening tersebut memang spektakuler dan sangat berhasil.
Tapi tidak hanya menampilkan visualisasi kematian yang cukup sadis dan efek 3dimensi yang memuaskan, "Final Destination 5" juga berhasil mengembalikan ketegangan yang muncul disaat salah satu karakternya tengah menatap kematian. Efek ketegangan tersebut hakikatnya adalah sajian utama yang penonton rasakan. Tapi akhir-akhir ini, "Final Destination" gagal menampilkan ketegangan, bahkan efek sadis dan gory juga gagal muncul. Untungnya film kelima ini berhasil mengembalikan sisi tersebut dimana saya cukup merasakan ketegangan khususnya pada adegan gym yang membuat saya menahan nafas walaupun saya sudah tahu akan ada adegan kematian disitu. Hingga saat adegan kematian itu datang saya tidak merasa adegan itu lewat begitu saja tapi meninggalkan sisi tragis yang membuat miris juga.
"Final Destination 5" bukanlah sebuah film horror tanpa celah. Kekurangan utamanya adalah tidak adanya hal baru dalam plot film ini. Saya sudah sangat hafal dengan rule tentang kematian yang selalu diulang-ulang tiap film. Saya juga tahu rule itu akan tidak terlalu berguna mengingat bagaimana nasib tokoh-tokohnya di ending sudah tertebak. Meskipun begitu, di film ini ada sedikit kejutan manis di ending (yang tidak semegah opening tapi tetap cukup bagus) bagi orang yang sudah menonton film pertama "Final Destination". Saya juga menyayangkan porsi tokoh yang dimainkan Tony "Candyman" Todd yang terasa hanya sambil lalu dan memperingatkan mengenai aturan kematian dalam porsi yang tidak sepenting film pertama dan kedua. Pasti lebih menarik kalau memberikan orang yang satu ini porsi adegan dan peran yang lebih besar.
Walau tidak ada hal yang baru dan tidak juga menyuguhkan akting kelas satu, hal itu tidak terlalu masalah mengingat "Final Destination 5" berhasil kembali kepada hakikatnya sebagai sebuah film yang memvisualisasikan kematian yang bukan menjadi momen sambil lalu saja, tapi sebagai momen menegangkan disaat kematian akan menjemput salah satu tokoh dengan cara yang boleh dibilang kreatif dan penuh dengan unsur kebetulan yang lebih bisa diterima nalar.
RATING:
Seperti biasa kisah akan bergulir pada serombongan anak muda yang tiba-tiba salah satu diantaranya mendapat visualisasi kematian yang akan menimpa dirinya dan rekan-rekannya. Kali ini yang mendapat penglihatan tersebut adalah Sam (Nicholas D'Agosto). Sam dan rekan-rekan kerjanya saat itu sedang berada didalam bus yang melintasi sebuah jembatan yang sedang dalam perbaikan disaat Sam mendapat visi mengenai sebuah bencana yang terjadi di jembatan tersebut dan pada akhirnya menewaskan mayoritas orang-orang didalam bus termasuk dirinya. Setelah sadar Sam langsung mencoba menyelamatkan dirinya dan Molly (Emma Bell) mantan pacarnya. Hingga akhirnya hanya ada 8 orang penumpang yang selamat dari kecelakaan maut tersebut. Tapi kematian masih belum berhenti mengintai dan siap menjemput mereka kapan saja.
Film ini dibuka dengan sebuah adegan runtuhnya jembatan yang merenggut banyak nyawa. Seperti biasa, adegan kecelakaan yang ditempatkan diawal film itu akan menjadi adegan paling megah dalam film "Final Destination". Pertanyaannya apakah adegan runtuhnya jembatan ini bisa seefektif adegan kecelakaan pesawat di film pertama atau sekosong dan sama membosankannya dengan adegan kecelakaan mobil balap di film keempat? Ternyata adegan kecelakaan di film kelima ini mampu ditampilkan dengan efek yang paling megah dibanding film-film sebelumnya. Balutan efek 3dimensi yang ada juga cukup efektif, gory dan terlihat jauh lebih bagus dibanding di film keempatnya. Keberhasilan dalam segi visual dalam adegan ini memang sangat penting mengingat mayoritas penonton yang sebelumnya sudah menyaksikan minimal salah satu prekuelnya pasti sudah tahu kalau adegan tersebut bukan kenyataan namun hanya penglihatan yang didapat oleh salah satu tokohnya. Overall adegan opening tersebut memang spektakuler dan sangat berhasil.
Tapi tidak hanya menampilkan visualisasi kematian yang cukup sadis dan efek 3dimensi yang memuaskan, "Final Destination 5" juga berhasil mengembalikan ketegangan yang muncul disaat salah satu karakternya tengah menatap kematian. Efek ketegangan tersebut hakikatnya adalah sajian utama yang penonton rasakan. Tapi akhir-akhir ini, "Final Destination" gagal menampilkan ketegangan, bahkan efek sadis dan gory juga gagal muncul. Untungnya film kelima ini berhasil mengembalikan sisi tersebut dimana saya cukup merasakan ketegangan khususnya pada adegan gym yang membuat saya menahan nafas walaupun saya sudah tahu akan ada adegan kematian disitu. Hingga saat adegan kematian itu datang saya tidak merasa adegan itu lewat begitu saja tapi meninggalkan sisi tragis yang membuat miris juga.
"Final Destination 5" bukanlah sebuah film horror tanpa celah. Kekurangan utamanya adalah tidak adanya hal baru dalam plot film ini. Saya sudah sangat hafal dengan rule tentang kematian yang selalu diulang-ulang tiap film. Saya juga tahu rule itu akan tidak terlalu berguna mengingat bagaimana nasib tokoh-tokohnya di ending sudah tertebak. Meskipun begitu, di film ini ada sedikit kejutan manis di ending (yang tidak semegah opening tapi tetap cukup bagus) bagi orang yang sudah menonton film pertama "Final Destination". Saya juga menyayangkan porsi tokoh yang dimainkan Tony "Candyman" Todd yang terasa hanya sambil lalu dan memperingatkan mengenai aturan kematian dalam porsi yang tidak sepenting film pertama dan kedua. Pasti lebih menarik kalau memberikan orang yang satu ini porsi adegan dan peran yang lebih besar.
Walau tidak ada hal yang baru dan tidak juga menyuguhkan akting kelas satu, hal itu tidak terlalu masalah mengingat "Final Destination 5" berhasil kembali kepada hakikatnya sebagai sebuah film yang memvisualisasikan kematian yang bukan menjadi momen sambil lalu saja, tapi sebagai momen menegangkan disaat kematian akan menjemput salah satu tokoh dengan cara yang boleh dibilang kreatif dan penuh dengan unsur kebetulan yang lebih bisa diterima nalar.
RATING:
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar