KILL LIST (2011)
Dari judulnya film ini terlihat akan menjadi sebuah sajian yang brutal dan penuh unsur sadisme. Kemudian saya membaca review film ini di majalah Total Film Indonesia yang memberikan nilai 5 bintang alias nilai sempurna. Lalu saya teringat akan film I Saw the Devil yang brutal, sadis dan saya pastikan akan masuk daftar film terbaik saya untuk tahun 2011. Harapan saya untuk film ini menjadi tinggi. Saya mengharapkan sebuah sajian yang brutal, sadis sekaligus pintar dan terlihat keren tapi juga punya emosi didalamnya seperti I Saw the Devil. Film yang disutradarai Ben Wheatley ini berkisah mengenai Jay (Neil Maskell) mantan tentara yang sekarang telah menganggur selama 8 bulan lamanya dan hal tersebut mempengaruhi hubungannya dengan sang istri, Shel (MyAnna Buring).
Shel sangat terganggu dengan kondisi sang suami yang tidak juga bekerja padahal sudah 8 bulang menganggur. Shel bertambah marah setelah Jay menghabiskan sisa simpanan uang mereka untuk membeli sebuah jacuzzi. Jay sendiri mempunyai kepribadian yang mudah meledak sehingga itu makin sering memancing keributan dengan istrinya. Hal itu juga sedikit banyak mengganggu putera mereka yang baru berusia 7 tahun. Kemudian kawan lamanya, Gal (Michael Smiley) datang dengan sebuah tawaran pekerjaan sebagai pembunuh bayaran. Sempat menolak pada awalnya, Jay akhirnya menerima tawaran tersebut karena kebutuhannya akan uang untuk keluarganya. Tapi misi itu ternyata bukan pekerjaan biasa saat Jay seringkali kehilangan kendali dalam menjalankan misi dan saat mereka mengetahui ada yang tidak beres dalam misi tersebut.
Bukannya mengingatkan saya pada I Saw the Devil, film ini justru membuat saya teringat pada A Serbian Film. Nuansa yang ditampilkan dari awal hingga akhir terasa mirip. Awal film yang terasa bagaikan sebuah drama keluarga yang mengangkat kesulitan ekonomi yang melanda sang tokoh utama dan keluarganya, lalu berlanjut pada keputusan sang tokoh utama untuk kembali pada pekerjaan lamanya dan itu diketahui oleh sang istri, kemudian pekeraan itu berlanjut menjadi sebuah pekerjaan yang terlihat mempunyai misteri dan keanehan didalamnya dan pekerjaan itulah yang nantinya akan menuntun kita pada berbagai adegan sadis, kemudian kita sampai kepada sebuah ending yang sama-sama tragis dan tidak jauh beda satu sama lain. Tapi apakah itu membuat Kill List sama gilanya dan tragisnya dengan A Serbian Film? Film ini memang sadis dan cukup tragis tapi jauh jika dibanding pencapaian "saingannya" tersebut.
Film ini memang punya adegan memukuli kepala dengan martil sampai kepala itu hancur, ada pula adegan perut ditusuk sampai usus keluar, dan itu sudah cukup membuat miris sekaligus memberikan kesenangan tersendiri bagi saya. Tapi lain cerita dalam menyajikan nuansa tragis seperti A Serbian Film, Kill List kurang berhasil menyajikan nuansa itu kecuali mungkin pada endingnya tapi tetap tidak serasa setragis "kembarannya" itu. Hal itu terjadi karena hubungan keluarga Jay di film ini tidak seharmonis keluarga Milos. Meski begitu endingnya tetap menyimpan sedikit kepedihan. Film ini juga sebenarnya menyajikan kisah persahabatan yang sekali lagi tidak terlalu berhasil sampai emosinya pada penonton.
Satu lagi kekurangan dari Kill List adalah terdapatnya berbagai hal yang kurang jelas dan terlalu menggantung pada endingnya. Saya bukanlah orang yang membenci ending yang menggantung dan menyimpan banyak pertanyaan. Saya termasuk orang yang setuju dan senang pada ending Inception apa adanya dibandingkan harus diterangkan secara gamblang. Tapi untuk beberapa film termasuk film ini beberapa penjelasan yang tidak diperjelas seharusnya lebih ditunjukkan lagi, semisal mengenai sebuah perkumpulan sesat yang sebenarnya memegang peranan penting untuk film ini. Disitu harusnya dijelaskan bagaimana latar belakang kelompok tersebut, apa hubungannya dengan misi yang harus dijalankan, dan berbagai hal lain yang sama sekali tidak terjawab dan keputusan tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut buat saya sangat mengganggu.
Cukup memberikan kesenangan dengan suguhan sadisme dan memberikan ketegangan di beberapa adegannya termasuk adegan klimaks saat pengejaran di terowongan, tapi film ini kurang berhasil menyajikan emosi yang membuat penontonnya merasa terbawa akan situasi tragis yang coba dibawakan pada akhir ceritanya. Berbagai pertanyaan yang tersisa juga terlalu banyak dan menimbulkan ketidakpuasan setelah film berakhir.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar