CARNAGE (2011)
Film yang diadaptasi dari sebuah drama panggung pastilah menarik dan punya beberapa hal unik yang merupakan faktor bawaan dari drama panggung tersebut. Hal-hal unik tersebut misalnya setting lokasi yang tidak banyak bahkan biasanya hanya di satu lokasi, dialog-dialog yang padat, atau mungkin komposisi panggung yang masih dipakai dalam filmnya. Carnage yang merupakan adaptasi dari drama panggung berjudul God of Carnage buatan Yasmina Reza jelas jadi sebuah film yang amat menarik untuk ditunggu karena faktor tersebut. Tapi selain karena merupakan adaptasi drama panggung, Carnage punya fakotr lain yang membuat film ini sangat layak dinantikan, yaitu berkaitan dengan nama-nama yang terlibat didalamnya. Di kursi sutradara ada Roman Polanski yang karya-karyanya selalu berkualitas meskipun sedang dalam permasalahan hukum. Sedangkan di jajaran pemainnya ada tiga pemenang Oscar yakni Jodie Foster, Kate Winslet dan Christoph Waltz. Selain itu ada juga peraih nominasi Oscar, John C. Reilly.
Cerita dalam film ini sebenarnya sangat sederhana, yaitu mengenai pertemuan antara dua pasang orang tua yang membahas mengenai pertikaian kedua anak mereka yang berujung pada salah seorang anak memukul anak yang lain dengan kayu hingga harus kehilangan dua giginya. Pasangan Nancy Cowan (Kate Winslet) dan Alan Cowan (Christoph Waltz) berkunjung kerumah pasangan Penelope Longstreet (Jodie Foster) dan Michael Longstreet (John C. Reilly) untuk meminta maaf sekaligus membahas mengenai bagaimana cara untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara anak-anak mereka. Awalnya mereka mencoba untuk meyelesaikan masalah ini dengan damai dan dewasa. Tapi lama-kelamaan diskusi santai tersebut makin memanas dan akhirnya perlahan berubah jadi sebuah debat yang bercampur pertengakaran hebat.
Hanya ber-setting di sebuah apartemen dan hanya butuh empat orang aktor handal, Carnage mampu membangun suasana dengan begitu intens selama 80 menit durasinya. Karakterisasi yang kuat dari keempat karakternya adalah sebuah modal yang amat berharga bagi film ini karena pada dasarnya Carnage adalah mengenai empat orang yang pada awalnya bersembunyi dibalik sebuah topeng atas nama adab dan berada dalam peran mereka masing-masin baik itu sebagai orang tua, istri maupun suami. Hingga pada akhirnya saat konflik makin memanas dan perasaan mereka mulai terlukai topeng tersebut perlahan akhirnya lepas dan keempat orang dewasa itu mulai menunjukkan sifat asli mereka secara terang-terangan dan individual tanpa ada lagi embel-embel siapa suami siapa atau siapa orang tua siapa. Yang ada hanya mereka sebagai diri mereka masing-masing dengan sifat perasaan sekaligus cara pandang mereka masing-masing yang tidak lagi ditutup-tutupi untuk dikeluarkan saat itu juga. Saat itulah dasar karakterisasi dan akting yang kuat jadi amat penting untuk membangun suasana film ini.
Para tokoh istri yang dieparankan Jodie Foster dan Kate Winslet terlihat sedikit lebih menonjol aktingnya dibandingkan Waltz ataupun Reilly. Jodie Foster disini adalah Penelope yang sedari awal sudah terlihat memakai sebuah topeng kepura-puraan namun di beberapa kesempatan dia terlihat sedikit membiarkan perasaan aslinya terbuka dalam bentuk celetukan-celetukan ataupun sindirian terhadap kedua tamunya tersebut. Sedangkan Nancy yang diperankan Kate Winslet adalah sosok yang sebenarnya juga terlihat kepura-puraannya yang mana ia lakukan atas nama adab. Hubungannya dengan sang suami, Alan mencerminkan hubungan suami-istri yang punya keuangan mapan dimana sang suami terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan terasa tidak mempedulikan istrinya. Menarik melihat bahwa ternyata Winslet mampu berakting komedik dengan begitu baik. Waltz sebagai Alan sendiri adalah sosok yang paling memancing tawa dan menarik perhatian bagi saya dengan celetukan-celetukan sarkasme miliknya. Okelah karakternya adalah yang paling tidak memakai topeng, tapi tetap saja dia adalah karakter yang amat menarik. Sedangkan Michael dari Reilly adalah sosok yang paling tebal memakai topengnya tapi ternyata dialah yang paling tidak bisa mempertahankan itu.
Tapi akting keempat pemain yang hebat itu juga tidak akan mampu mengangkat film ini jika tidak ada naskah yang baik. Dan adaptasi yang dilakukan Roman Polanski terhadap naskah panggungn tersebut terbukti berhasil dimana dalam dialog-dialog yang ada terasa begitu menarik. Banyak terhadap komedi satir didalamnya yang beberapa kali mengungkapkan mengenai cara pandang masing-masing tokohnya terhadap suatu permasalahan. Salah satu dialog menarik bagi saya adalah saat Michael mengungkapkan pandangannya tentang bagaimana seorang pria yang lebih mencari wanita yang hot dan menarik secara fisik dibandingkan disaat sekarang dimana wanita mulai "tergila-gila" menajdi sosok intelektual yang amat peduli terhadap kelangsungan dunia dan terkadang mulai kehilangan sisi feminisme yang mereka miliki.
Mungkin jika bukan Polanski, sosok sutradara dalam film ini akan terlewatkan dari pandangan penontonnya, karena memang terasa bahwa ini bukanlah film yang menitikberatkan pada penyuteradaraan melainkan pada interaksi antar karakternya yang dinamis. Tapi bukan berarti Polanski sebagai sutradara tidak patut mendapatkan pujian. Merangkai adegan demi adegan yang merupakan interpretasi dari sebuah drama panggung atau teater menjadi sebuah media film yang menarik bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak aspek dalam kedua media tersebut yang jauh berbeda. Dan pada akhirnya saat film ini berhasil tampil memuaskan dan enak ditonton, maka Polanski patut mendapat acungan jempol.
RATING:
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar