REPULSION (1965)
Film ini adalah film pertama yang dibuat oleh Roman Polanski dalam Bahasa Inggris setelah tiga tahun sebelumnya membuat debut filmnya dalam Bahasa Polandia dengan judul Knife in the Water. Selain menandai dimulainya karir Polanski di luar negeri, Repulsion juga adalah awal dari "Apartment Trilogy" yang dibuat oleh Polanski. Sebelum ini saya sudah terlebih dulu menonton Rosemary's Baby yang merupakan bagian kedua dari trilogi tersebut dan rilis tiga tahun sesudah Repulsion. Saya sendiri masih teringat bagaimana keseraman yang ditebar oleh Rosemary's Baby pada saat saya menontonnya sekitar setahun yang lalu. Perpaduan dari set yang punya nuansa creepy, penempatan scary moment yang sangat efektif, hingga iringan musik yang tidak kalah seram (lagu lullabyi itu luar biasa seramnya) membuat film tersebut jadi salah satu film horor terbaik bagi saya. Untuk Repulsion pendekatannya kurang lebih sama yaitu masih memakai tokoh utama wanita dan tentunya mayoritas adegan berada didalam apartemen.
Carol (Catherine Deneuve) adalah seorang gadis yang bekerja di tempat perawatan kecantikan di London. Carol sendiri tinggal bersama kakaknya, Helen (Yvonne Furneaux) yang sering membawa pacarnya yang sudah beristri menginap di apartemen mereka. Carol sendiri adalah seorang perawan yang menyimpan ketertarikan terhadap sex namun secara bersamaan juga merasa jijik akan seks. Hal itu juga yang membuatnya bertingkah awkward didepan pria termasuk Colin (John Fraser) yang begitu memuja Carol dan tidak pernah menyerah mendapatkan perhatiannya walaupun Carol terus menolak dan mengacuhkannya. Rasa jijik Carol terhadap seks juga terlihat dimana dia begitu terganggu dengan kedatangan pacar sang kakak dimana tiap malam Carol merasa amat terganggu saat kakaknya berhubungan seks. Carol yang selama ini juga sudah terlihat agak aneh dan sering melamun suatu hari ditinggal berlibur oleh kakaknya. Dalam kesendiriannya di apartemen itu, Carol makin kacau dan halusinasi yang dia alami makin sering terjadi dan makin nyata. Kondisi mentalnya makin terganggu dan mendorongnya melakukan berbagai perbuatan tak terduga.
Sama seperti di Rosemary's Baby, keseraman yang ada datang perlahan-lahan dan semuanya dipicu oleh penelusuran terhadap jiwa dan pikiran tokoh utamanya. Yang membedakan kedua film ini adalah tema horornya. Jika di Rosemary's Baby segala kengerian memang berasal dari hal-hal mistis, dalam Repulsion meski ada berbagai hal diluar nalar itu semua asalnya adalah dari halusinasi yang dialami oleh Carol. Meski masih sering menimbulkan efek kejut dan suasana seram, fakta bahwa semuanya adalah halusinasi sedikit mengurangi ketegangan dalam film ini. Musiknya juga tidak seseram yang ada di Rosemary's Baby meski masih ada scoring yang sukses membuat saya kaget. Tapi penilaian itu datang karena saya membandingkannya dengan Rosemary's Baby yang memang lebih superior. Tapi jika dilihat sendiri maka Repulsion puya kadar keseraman dan ketegangan yang mampu ditampilkan dengan baik. Apalagi jika anda belum pernah melihat Rosemary's Baby maka film ini sangatlah menegangkan.
Paruh pertama film digunakan oleh Polanski untuk menyoroti keseharian Carol dan sedikit demi sedikit mengungkapkan gangguan mental yang ia alami. Selama paruh pertama itu saya masih coba meraba dan belum terlihat jelas apa sebenarnya yang ingin diberikan oleh Repulsion pada penontonnya. Tapi saat perkenalan itu usai dan film mulai masuk pada konflik utamanya saat Carol ditinggal berlibur oleh kakaknya maka dimulailah berbagai macam adegan intens. Meski ditampilkan dalam media hitam-putih tapi Repulsion justru mampu memanfaatkan itu untuk menambah kesan suram halusinasi mengerikan yang dialami Carol. Pendekatan dan teror lewat imajinasi ini jugalah yang amat mempengaruhi seorang Darren Aronofsky dalam film-filmnya. Sudah bukan rahasia kalau Aronofsk sering sekali memasukkan momen halusinasi sebagai teror dalam film-filmnya. Nuansa sesak pasti juga akan menghinggapi penontonnya. Selain karena medium-nya hitam-putih, film ini juga saat kilmaks hingga akhir terus berada dalam ruangan apartemen yang kotor dan bau.
Terkadang kengerian yang ditampilkan oleh halusinasi memang kurang menggigit kalau kita tahu bahwa itu adalah halusinasi, tapi yang menarik adalah saat sebuah film memasuki momen dimana batas antara kenyataan dan halusinasi mulai kabur. Repulsion sebenarnya tidak pernah secara sengaja membuat penontonnya berpikir seperti itu, namun suasananyalah yang membuat penonton menjadi tertarik untuk membuat misteri di pikiran mereka sendiri mengenai mana yang halusinasi mana yang kenyataan. Beberapa orang mungkin akan menganggap bahwa film ini tidak hanya seram tapi juga disturbing dengan beberapa konten kekerasan dicampur seksual didalamnya. Selain itu penggambaran tentang karakternya yang perlahan mulai mengalami mental breakdown juga merupakan pembangun situasi yang amat menarik. Polanski juga mampu secara cerdik memasukkan beberapa sindiran sosial seperti pada adegan akhir saat orang-orang mengerumuni Carol tapi tidak berbuat apapun untuk membantu. Tentu kita tahu hal macam itu sering terjadi di masyarakat dimana tterkadang ada banyak orang yang menyaksikan sebuah kecelakaan misalnya tapi enggan membantu korban dan lebih memilih "hanya" untuk menonton. Meski masih dibawah Rosemary's Baby yang sampai sekarang masih saya anggap sebagai masterpiece seorang Roman Polanski, tapi Repulsion tetap mampu memberikan teror yang efektif pada penontonnya.
RATING:
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar