HARA-KIRI: DEATH OF A SAMURAI (2011)

Tidak ada komentar
Takashi Miike dikenal dalam dua hal sebagai sutradara, yang pertama adalah sebagai sutradara yang hobi mengumbar adegan kekerasan dalam filmnya. Film-film macam Audition dan Ichi the Killer adalah termasuk yang dibuat oleh Miike dan kini masuk jajaran film wajib tonton bagi para penggila film gore. Selain itu, Miike juga terkenal sebagai sutradara yang sangat produktif. Total jika tidak menghitung film-film direct-to-dvd ataupun film televisinya, sudah ada tidak kurang 53 film yang dibuat Miike semenjak debutnya di layar lebar 17 tahun lalu. Itu berarti rata-rata sekitar tiga film per-tahun. Dalam tiga tahun terakhir saja, (2010-2012) Miike setidaknya punya tujuh film dimana untuk ukuran film Miike dalam tiga tahun itu sudah termasuk sedikit. Tapi hebatnya meski dalam setahun punya banyak proyek film, semuanya digarap dengan sungguh-sungguh. Meski tidak semua film Miike masuk kategori bagus, tapi setidaknya semua filmnya tergarap dengan baik dari segi teknis. Walaupun proyeknya borongan, tapi Miike memang terlihat selalu sungguh-sungguh dan total dalam semua filmnya.

Untuk Hara-Kiri: Death of a Samurai Miike melakukan remake terhadap sebuah film klasik berjudul Harakiri yang rilis tahun 1962 dan mendapat pengakuan dari segi kualitasnya. In bukan pertama kalinya Miike melakukan remake terhadap film samurai klasik setelah sebelumnya sukses dalam membuat ulang 13 Assassins. Saya sendiri belum menonton film aslinya sehingga tidak bisa membandingkannya dengan film karya Miike ini. Kisahnya dibuka dengan diperlihatkannya seorang Ronin (samurai tanpa tuan) yang sudah setengah baya bernama Hanshiro Tsugumo (Ichikawa Ebizo XI) meminta izin kepada Klan Li untuk melakukan harakiri di halaman rumah mereka. Pada zaman pasca perang seperti saat itu memang terdapat banyak Ronin karena kondisi tengah damai dan jasa samurai tidak terlalu dibutuhkan. Hal itu membuat banyak samurai yang luntang lantung dan hidup dalam kemiskinan sehingga memutuskan melakukan harakiri supaya bisa mati terhormat daripada mati kelaparan di jalan. Tapi sebelum mengabulkan permintaan Hanshiro, salah seorang bangsawan klan Li tersebut menceritakan bahwa beberapa hari sebelumnya juga ada seorang ronin muda bernama Chijiiwa Motome (Eita) yang berpura-pura ingin melakukan harakiri hanya untuk mendapat belas kasihan dan mengharapkan uang. Tapi ternyata ada fakta mengejutkan yang teradi disana.
Hara-Kiri: Death of a Samurai dibuka dengan begitu menarik dimana sembari mengikuti rangkaian kisahnya kita juga akan diberi beberapa pengetahuan tentang dunia samurai pada masa itu lengkap dengan beberapa istilah yang ada. Sebagai orang yang sangat awam akan dunia samurai dan budaya Jepang di masa itu, hal ini sangat berguna bagi saya untuk bisa mengikuti ceritanya. Penyampaian berbagai informasi tersebut juga tidak terlihat dipaksakan namun diselipkan secara apik melalui berbagai dialognya. Pada bagian awal ini jugalah Hara-Kiri: Death of a Samurai mempunyai momen-momen terbainya. Adegan pembuka hingga tepat sebelum flashback film ini berjalan dengan begitu menarik. Temponya tidaklah terlalu cepat tapi mampu tampil begitu intens. Pembangunan konflik tentang Ronin yang berniat melakukan seppuku palsu sangat menarik untuk disimak. Kita akan terpaku melihat adegan demi adegan yang ditampilkan Miike. Apalagi pada momen-momen awal ini jugalah Miike menampilkan ciri khasnya yakni adegan yang penuh darah. Tidak terlalu banyak darah yang tumpah memang, tapi adegan menyakitkan yang berdarah tetaplah ada yaitu pada adegan Motome melakukan harakiri yang ditampilkan begitu menyakitkan.

Tapi memasuki momen flashback film ini makin terasa kehilangan daya tariknya. Saya tidak terlalu mempermasalahkan temponya yang lambat, toh sangat banyak drama yang justru tampil sangat menyentuh dengan tempo yang lambat. Bahkan saya cukup suka dengan film-film Jepang bertempo lambat macam Noriko's Dinner Table dan masih banyak lagi. Tapi sayangnya porsi drama yang ditampilkan Miike kurang berhasil membuat penontonnya terikat dan tersentuh, padahal kisahnya adalah sebuah melodrama. Masalahnya, momen drama ini adalah sebuah flashback yang mana penonton sudah tahu akan berujung kearah mana kisahnya sehingga seringkali terasa membosankan. Untungnya film ini ditutup dengan sebuah adegan pertarungan antar para samurai yang cukup seru dan digarap dengan baik. Pada akhirnya momen flashback di film ini adalah momen yang membosankan sedangkan selain itu mampu tampil menarik dan cukup intens. Miike juga beberapa kali terlihat memberikan sindiran tentang konsep kehormatan para samurai yang seringkali terlalu buta namun tidak semuanya mampu muncul dengan maksimal seperti dramanya. Meski bukan termasuk karya terbaik Takashi Miike, tapi Hara-Kiri: Death of a Samurai tetaplah merupakan film yang cukup menarik untuk ditonton dan sekali lagi digarap dengan begitu maksimal berbagai detilnya.

RATING:

Tidak ada komentar :

Comment Page: