WORLD WAR Z (2013)

Tidak ada komentar
Dalam proses penggarapannya, World War Z yang disutradarai oleh Marc Forster (Quantum of Solace) ini menyimpan begitu banyak cerita. Yang pertama tentu saja adalah perbedaannya dengan buku berjudul sama karangan Max Brooks yang merupakan sumber adaptasi kisah film ini. Jika dalam bukunya, narasi yang dipakai adalah sebuah penelusuran terhadap orang-orang yang menjadi surivor dari seluruh dunia tanpa satu jagoan utama maka di filmnya ada sosok Gerry yang diperankan oleh Brad Pitt sebagai sosok protagonist. Hal ini sempat menimbulkan protes dari penggemar bukunya karena menurut mereka justru bentuk narasi itulah yang menjadi keunggulan utama World War Z dan mampu menciptakan ketegangan serta aura epic invasi zombie secara massal daripada hanya mengikuti satu karakter utama yang mencoba bertahan hidup. Cerita kedua yang muncul adalah mengenai pemunduran jadwal rilis yang mencapai enam bulan dimana film ini awalnya akan dirilis pada Desember 2012 tapi pada Juni 2012 dilakukan shooting ulang. Bagi saya itu adalah sebuah pertanda buruk. Memundurkan jadwal karena menghindari persaingan dengan film lain saja bagi saya sudah pertanda buruk karena pihak studio berarti tidak yakin dengan filmnya, apalagi sampai melakukan pengambilan gambar ulang. Jadi seperti apakah film zombie dengan bujet sebesar $190 juta ini?

Sedari awal, Marc Forster tidak ragu untuk menggeber film ini dengan kecepatan tinggi. Tidak butuh waktu lama bagi Gerry Lane yang merupakan mantan pegawai di PBB beserta keluarganya untuk menghadapi sebuah invasi zombie besar-besaran disaat mereka tengah terjebak kemacetan di Philadelphia. Setelah itu mereka harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk bertahan hidup dari serangan zombie-zombie yang bergerak cepat dan berjumlah sangat banyak. Bantuan dari PBB sempat datang dimana Gerry dan keluarganya mendapat tempat tinggal yang aman di kapal militer PBB. Namun Gerry mendapat tugas untuk terjun ke medan perang guna mencari cara menangkal virus yang sudah menyebar secara massal tersebut. Dengan bantuan pasukan militer, Gerry mulai menelusuri satu per satu negara di dunia untuk mencari cara menyelesaikan teror virus misterius tersebut. Saat saya menulis bahwa film ini memiliki zombie yang berjumlah sangat banyak maksud saya adalah benar-benar banyak. Bukan lagi berjumlah ratusan atau ribuan namun menyentuh angka jutaan, karena dalam film ini mayoritas umat manusia telah tewas dan secara otomatis berubah menjadi zombie. Jadi bicara skala, ini adalah film zombie dengan skala terbesar yang pernah saya tonton. Melihat ribuan zombie berkumpul dan mampu bergerak begitu cepat memang terasa luar biasa. Adegan zombie memanjat tembok di Yerusalem adalah salah satu momen paling gila di film ini.

Namun langsung tancap gas sejak awal bukan hanya memberikan kelebihan pada filmnya yang menjadi lebih intens tapi juga berefek pada tidak diberikannya porsi lebih terhadap pengenalan karakter ataupun pembangunan konfliknya yang menjadi terasa terlalu cepat. Saya tidak masalah bahkan menyukai film yang terus bergerak cepat dan tidak bertutur terlalu lama untuk memulai ketegangan dan kisah utamanya, tapi World War Z  terasa terlalu cepat diawal dan tidak memberikan kesempatan bagi penontonnya untuk setidaknya bersiap menerima apa yang akan disajikan oleh film ini. Tapi untungnya semua adegan dengan tempo cepat tersebut sanggup dieksekusi dengan begitu maksimal oleh Marc Forster. Dengan bantuan bujet raksasa dan penggarapan Forster yang menyajikan adegannya dengan cepat dan tidak terlalu berlama-lama bermain pada sebuah momen tertentu membuat saya tetap berhasil dihibur oleh World War Z. Para zombie mampu terlihat ganas dengan gerakan cepat dan jumlahnya yang luar biasa banyak membuat ketegangan film ini terjaga dengan baik hingga akhir. Beberapa momen juga sanggup membuat saya terkaget untuk kemudian lagi-lagi disusul dengan momen menegangkan yang membuat saya terpaku pada layar bioskop.
Sayangnya, ketegangan yang sukses dibangun oleh para zombie tersebut tidak diimbangi dengan kandungan gore dan banjir darah yang seimbang. Sebuah film zombie tanpa gore memang terasa begitu hambar, da World War Z terlalu memposisikan dirinya pada ranah untuk menghibur semua kalangan sehingga begitu meminimalisir kandungan kekerasan yang ada. Baik itu adegan sadis maupun darah yang ada begitu minim dan terasa malu-malu untuk muncul. Bahkan sebuah adegan yang memperlihatkan pemotongan tangan saja tidak ditampilkan secara gamblang. Hal ini terasa tidak seimbang dengan jumlah zombienya yang mencapai jutaan. Namun lagi-lagi bagaimana Forster mampu merangkum film ini degan tensi yang terjaga dan tempo yang cepat membuat kekurang gilaan film ini menjadi cukup termaafkan meski sebenarnya saya masih menyayangkan hal tersebut. Coba bayangkan jika jumlah kesadisannya disesuaikan dengan zombie yang ada, maka jadilah film ini bagaikan gabungan antara Evil Dead, Dawn of the Dead dan Contagion. 

Kelebihan lain dari film ini adalah kehadiran Brad Pitt yang mampu menampilkan kharismanya sebagai leading man dalam sebuah film survivor-action ini. Sosoknya mampu terlihat begitu tangguh tanpa terasa berlebihan, berhasil dalam mengemban porsi drama saat harus berinteraksi dengan keluarganya, dan berhasil membuat saya bersorak kegirangan saat ia membantai ratusan zombie yang menyerang. Sebuah adegan di penghujung film saat dengan kerennya ia berjalan di koridor melewati puluhan zombie membuat saya ingin bersorak dan bertepuk tangan. Bicara soal penghujung film, saya merasa bahwa beberapa footage yang memperlihatkan beberapa kejadian di penjuru dunia lain justru terasa begitu epic dan mengalahkan momen-momen lain di pertengahan film. Dari situ saya berkesimpulan bahwa film ini bisa menjadi luar biasa andaikan lebih setia pada novelnya dan tidak mengambil cara gampang dalam narasi naskahnya. Meski kita sudah dibawa melihat sosok Brad Pitt berkeliling dunia membasmi zombie, tapi alangkh lebih keren lagi jika masing-masing negara diperlihatkan bagaimana mereka berperang menghadapi zombie karena masing-masing punya cara tersendiri untuk menghadapi wabah tersebut. Secara keseluruhan World War Z tidaklah seperti judulnya yang terkesan begitu epic, tapi bicara film zombie film inin tetap punya skala yang besar dan sanggup menghadirkan ketegangan yang konsisten.

Tidak ada komentar :

Comment Page: