THOR: THE DARK WORLD (2013)
Film pertama Thor bisa dibilang cukup sukses dalam memperkenalkan sosok sang dewa petir yang arogan namun heroik beserta Asgard dan segala isinya. Secara keseluruhan film pertamanya menghibur, apalagi dengan kemunculan pertama Tom Hiddlestone sebaga Loki yang sudah mengesankan. Namun saya tetap tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa film tersebut dibuat hanya sebagai jembatan menuju The Avengers. Sebuah tontonan yang menghibur namun tidak lebih dari itu. Bandingkan dengan film pertama Iron Man yang sanggup mematahkan anggapan bahwa film superhero yang berkualitas tidaklah harus punya tone gelap. Dalam phase 2 sebenarnya saya lebih menantikan Iron Man 3 dan Captain America: The Winter Soldier daripada film kedua Thor. Dengan embel-embel The Dark World pada judulnya, disutradarai oleh Alan Taylor yang dikenal lewat Game of Thrones, serta dari materi trailer, film ini sepertinya akan punya skala yang jauh lebih besar, lebih epic dan tentunya atmosfer yang jauh lebih kelam.
Dua tahun setelah kedatangan Thor pertama kali ke Bumi atau setahun setelah Loki membuat kekacauan bersama para Chitauri, Thor kini masih harus menghentikan kekacauan yang melanda sembilan dunia yang dipimpin Odin sang ayah. Disisi lain, Loki harus menerima hukuman dikurung dalam penjara seumur hidup sebagai ganjaran atas kekacauan yang ia timbulkan di Bumi. Disaat yang bersamaan, Jane Foster yang masih terus berusaha menemukan kembali keberadaan Thor secara tidak sengaja menemukan lubang antar-dimensi yang membawanya ke sebuah tempat dimana Aether dikuburkan. Diawal film sendiri dijelaskan bahwa Aether memiliki sebuah kekuatan yang luar biasa dimana ribuant ahun yang lalu para Dark Elves yang dipimpin Malekith hendak memakai kekuatan Aether untuk membawa kegelapan abadi ke alam semesta sebelum dihentikan oleh Bor, ayah Odin. Dengan bangkitnya kekuatan Aether, maka Malekith dan Dark Elves pun kembali dari tidur panjangnya untuk menghancurkan Asgard dan membuat dunia diselimuti kegelapan/
Jujur saja Thor: The Dark World punya hasil akhir yang ada di bawah ekspektasi saya. Sama seperti Iron Man 3 yang dikatakan sebagai film yang jauh lebih personal dan dari materi promosinya terlihat begitu kelam, Thor: The Dark World pun ternyata tidak jauh berbeda. Skalanya memang jauh lebih besar dari film pertama dan adegan aksinya terasa lebih seru dan bombastis, tapi tetap saja tidak terasa sebagai suguhan yang epic. Sedangkan jika bicara soal atmosfer yang kelam, film ini memang punya konflik yang lebih personal dan bersinggungan dengan kematian, tapi kedalamannya tidak terlalu digali sehingga dampak yang terasa menjadi biasa saja. Apalagi ditambah dengan sentuhan komedi disana-sini yang secara otomatis makin menjauhkan film ini dari kesan dark. Meski komedinya tidak sampai pada level yang dimiliki Iron Man 3 awal tahun ini, tapi saya masih terhibur dengan segala momen konyol Erik Selvig, Thor yang canggung dan kaku, serta dialog one-line milik Loki.
Jika bicara soal Loki, maka lagi-lagi penampilan Tom Hiddlestone terasa memukau dan menjadi scene stealer dalam film ini. Jika Chris Hemsworth sukses memperlihatkan sosok Thor yang garang, arogan dan mengandalkan kecanggungan untuk menciptakan momen komedi, maka Tom Hiddlestone sukses menciptakan supervillain yang begitu dicintai penonton, apalagi perannya dalam The Dark World bisa dikategorikan sebagai anti-hero yang membuat sosoknya makin mudah mengundang simpati. Disini kita diperlihatkan lebih jauh pada sisi "lembut" Loki disamping sosoknya yang penuh tipu muslihat dan jago melontarkan one-line yang lucu. Tentu saja salah satu momen favorit saya adalah pada saat akhirnya Loki dan Thor mulai bersatu untuk bertembur melawan Malekith dan pasukan Dark Elves miliknya. Pada momen itulah akhirnya saya secara total lebih menyukai Loki daripada Thor sendiri.
Thor: The Dark World beruntung mempunyai Tom Hiddlestone sebagai Loki dan merupakan tindakan tepat memberikannya peran yang signifikan disini, karena tanpa hal tersebut rasa-rasanya film ini hanya akan menjadi kekecewaan bagi saya. Saya sama sekali tidak mengatakan film ini buruk, karena seperti yang saya katakan sebelumnya Thor: The Dark World tetap punya sajian aksi yang cukup seru, komedi yang berhasil memancing tawa, ditambah dengan gambar-gambar CGI indah yang memperlihatkan Asgard, nine realms, serta serbuan Dark Elves ke London. Tapi sebenarnya film ini punya potensi yang jauh lebih besar dan bisa menjadi sajian yang lebih berisi jika saja berbagai konfliknya lebih diperdalam. Ada konflik personal yang berkaitan dengan sebuah tragedi yang sayang sekali kurang dimaksimalkan, ada hubungan Thor dan Jane yang masih kurang menggigit, serta konflik berkaitan dengan kekuasaan yang telah disinggung sejak film pertamanya dulu.
Marvel Studio masih meneruskan tren positifnya dengan sekali lagi menghasilkan sebuah tontonan superhero yang ringan dan menghibur, dan tentunya Tom Hiddlestone akan semakin banyak mempunyai idola bahkan diluar kaum hawa sekalipun semenjak film ini. Dengan beberapa twist yang cukup berhasil serta cameo mengejutkan sekaligus lucu dari salah seorang anggota Avengers, Thor: The Dark World adalah hiburan menyenangkan meski sedikit mengecewakan. Saya sendiri masih berharap suatu hari nanti Marvel menghadirkan film yang mempunyai pendekatan lebih serius dari sebelumnya. Captain America: The Winter Soldier dengan pernak-pernik thriller politik dan espionasenya mungkin bisa menjawab keingingan saya tersebut. Dan seperti tradisi film-film MCU, akan ada credit scene, bahkan film ini punya 2. Yang pertama adalah mid-credit-scene yang akan menjadi penghubung dengan Guardian of the Galaxy sedangkan yang satu lagi punya tone lebih ringan namun sebenarnya memiliki peran signifikan sebagai penghubung dengan film ketiga Thor nantinya.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar