RIDDICK (2013)
Rasyidharry
Desember 16, 2013
Action
,
Lumayan
,
REVIEW
,
Science-Fiction
,
Thriller
Tidak ada komentar
Pitch Black yang dirilis tahun 2000 lalu mungkin bukan sebuah mega box office hit, tapi film tersebut sanggup menjadi sebuah cult film yang mempunyai banyak pengikut. Tidak hanya itu, Pitch Black juga berhasil memperkenalkan sosok Vin Diesel sebelum akhirnya franchise Fast & Furious menjadikan namanya sebagai salah satu aktor laga nomor satu Hollywood. Empat tahun kemudian dirilislah The Chronicles of Riddick yang punya bujet jauh lebih besar dan mengandalkan banyak adegan aksi berbalut CGI. Namun sayangnya film kedua tersebut justru membuat franchise ini mati suri akibat pengemasannya yang jauh berbeda dan lebih action-oriented daripada film pertamnya. Jika Pitch Black lebih dekat kearah Alien milik Ridley Scott yang mengedepankan usaha karakternya untuk bertahan hidup dari horor yang terjadi maka The Chronicles of Riddick adalah usaha untuk "menjadi" seperti Star Wars. Namun hasil akhirnya luar biasa buruk. Kritikus mencaci film itu dan pendapatan Box Office-nya mengcewakan. Sembilan tahun kemudian barulah Riddick dihidupkan kembali. Masih disutradarai David Twohy dan dibintangi Vin Diesel, film ketiganya ini menjanjikan atmosfer yang kembali ke dasar seperti Pitch Black.
Lima tahun setelah even di The Chronicles of Riddick, sang anti-hero sekaligus burnonan berbahaya Richard B. Riddick baru saja digulingkan dari tahtanya sebagai Lord Marshall dan tengah terjebak di sebuah planet misterius tak berpenghuni. Disana ia kembali harus bertahan hidup sendiri dari ancaman berbagai macam makhluk ganas yang menghuni planet gersang tersebut. Menyadari bahwa dia harus segera pergi dari planet tersebut, Riddick "memancing" para bounty hunter untuk datang kesana dengan tujuan mengambil pesawat mereka. Tidak perlu waktu lama datanglah dua pasukan bounty hunter yang dipimpin oleh Santana (Jordi Molla) dan Johns (Matthew Nable). Santana datang untuk mendapatkan kepala Riddick, sedangkan Johns datang dengan sebuah misi tersembunyi lainnya. Maka terjadilah saling buru antara kedua pihak tersebut dengan Riddick, tanpa mereka sadari bahwa ada bahaya lain yang jauh lebih mengancam di planet tersebut.
Sangat terlihat usaha dari David Twohy untuk menjadikan Riddick sebagai lanjutan Pitch Black dan menghilangkan The Chronicles of Riddick dari memori para penontonnya. Mulai dari narasi yang dari Riddick yang menyatakan bahwa ia telah menjadi "lembek" dan ingin kembali menjadi dirinya yang lama, yang jauh lebih sadis dan brutal mengindikasikan bahwa Riddick yang muncul di film ketiga ini adalah Riddick sang anti-hero sadis yang tidak ragu membunuh siapa pun untuk menjalankan misinya dan untuk bertahan hidup, persis seperti Riddick yang kita kenal di Pitch Black. Atmosfer yang dibangun pun terasa lebih gelap dan kelam. Menit-menit awalnya tidak memiliki banyak dialog dan tidak mengumbar ledakan-ledakan. Film ini pun tidak ragu untuk memberikan suasana layaknya film horor yang banyak mengumbar pencahayaan minim, adegan-adegan sadis yang memiliki tingkat gore lumayan dan tentunya berbagai monster mengerikan yang begitu mengancam.
Riddick memang lebih berfokus pada bagaimana usaha bertahan hidup yang dilakukan oleh para karakternya khususnya Riddick. Tidak terlalu banyak pengembangan karakter tapi bagi saya apa yang disajikan oleh Dawid Twohy disini sudah cukup memuaskan. Berbagai adegan aksi dieksekusi dengan cukup baik hingga terasa cukup seru dan menegangkan. Sosok Riddick yang kembali tampil misterius dan mengerikan juga menjadi poin utama film ini, menjadikannya sebagi salah satu anti-hero paling keren yang pernah ada dalam film. Kisah tentang para pemburu yang berbalik jadi sosok yang diburu bukan lagi hal baru tapi masih menjadi sebuah hiburan dan aspek yang menyenangkan untuk diikuti. Mungkin hal yang paling mengganggu adalah rentetan dialognya yang seringkali terasa konyol serta selipan humor-humor bodoh yang seringkali terasa garing. Tapi saya bisa memaklumi selama Riddick sanggup memberikan hiburan menegangkan lewat aksi seorang Richard B. Riddick.
Jelas ini bukan sebuah tontonan yang spesial. Apa yang dilakukan David Twohy tidak lebih dari sebuah usaha main aman dengan mengambil berbagai unsur dalam Pitch Black. Tapi ini adalah hal yang penting dan layak dilakukan untuk memperkenalkan lagi sosok Riddick yang sesungguhnya kepada penonton sekarang setelah "dipermalukan" dalam The Chronicles of Riddick. Bahkan sebagai tambahan, ada benang merah yang menghubungkan film ini dengan Pitch Black dalam ceritanya. Mungkin Riddick tidak akan menghasilkan banyak penggemar baru, tapi setidaknya ini adalah usaha yang berhasil untuk mengembalikan nama baim franchise ini dan mengembalikan Riddick ke hakikat aslinya sebagai sesosok anti-hero yang misterius, taktis dan cukup mengerikan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar