SANTA SANGRE (1989)
Nama Alejandro Jodorowsky mungkin terdengar asing bagi sebagian besar penyuka film saat ini, namun sesungguhnya dia adalah sutradara cult yang mempunyai banyak sekali cult film yang memiliki banyak pemuja fanatik. Namun semenjak The Rainbow Thief yang rilis tahun 1990 Jodorowsky absen dalam membuat film selama lebih dari dua dekade sebelum tahun ini kembali lagi dengan The Dance of Reality yang juga merupakan sebuah autobiografi tentang kehidupannya. Saya sendiri baru sempat menonton satu karya Jodorowsky sebelumnya yakni El Topo yang sekarang tengah dikembangkan sekuelnya. Dari sebuah film tersebut setidaknya saya bisa sedikit meraba bagaimana gaya seorang Jodorowsky yang kental unsur surealis, tema religius serta alur yang melompat-lompat bahkan seringkali berganti tone dengan begitu berbeda. Santa Sangre sendiri mempunyai cara bertutur yang mirip dengan El Topo yakni membagi alurnya dalam dua bagian yakni flashback dan fast forward.
Fenix (Axel Jodorowsky) adalah salah seorang pasien yang dirawat di sebuah rumah sakit jiwa. Dia hidup bagaikan binatang yang tinggal diatas pohon dan hanya mau makan daging atau ikan mentah. Setelah sedikit perkenalan dengan Fenix kita pun diajak menengok kebelakang, ke masa disaat Fenix masih kecil dan tinggal bersama rombongan sirkus yang dipimpin oleh ayahnya, Orgo (Guy Stockwell). Orgo adalah seorang pelempar pisau yang jitu sekaligus pemilik sirkus tersebut. Sedangkan ibu Fenix, Concha (Blanca Guerra) adalah seorang aerialist sekaligus pemimpin dari sebuah perkumpulan agama yang dikecam oleh warga setempat karena dianggap sesat. Hubungan ayah dan ibu Fenix sendiri tidaklah terlalu baik, apalagi setelah Concha memergoki suaminya memiliki hubungan dengan anggota sirkus lainnya, The Tattoed Woman (Thelma Tixou). Fenix sendiri menyimpan perasaan kepada Alma (Faviola Elenka Tapia) putri dari wanita bertato tersebut yang merupakan seorang gadis penderita bisu dan tuli. Sedangkan dalam alur flash forward kita akan melihat Fenix yang telah kabur dari rumah sakit jiwa tinggal bersama dengan Concha yang telah kehilangan kedua tangannya dan terus mengontrol kehidupan Fenix yang dipenuhi trauma.
Penonton yang belum familiar atau bahkan belum pernah sekalipun menonton film Alejandro Jodorowsky pastinya akan kebingungan, kaget atau bahkan mungkin terganggu dengan caranya bercerita. Layaknya El Topo, Santa Sangre juga terlihat sebagai sebuah film dengan cerita yang "normal" diawal dimana kita akan melihat konflik yang terjadi di sirkus milik Orgo. Tapi tiba-tiba saja ceritanya berpindah ke masa disaat Fenix dewasa dan terasa makin sureal. Karakter utama yang tiba-tiba nasibnya berubah total dan tidak terduga adalah sesuatu yang muncul di beberapa karya Jodorowsky setidaknya El Topo dan Santa Sangre. Suasana yang dibangun dalam dua bagian film ini juga cukup berbeda. Di bagian flashback, Jodorowsky benar-benar menumpuk segala kengerian dan horor visual yang terasa disturbing mulai dari pembangunan suasana tata lampu, dan desain karakter yang aneh, iringan musik yang begitu kuat membangun atmosfer hingga berbagai adegan sadis yang ditampilkan dengan cukup gamblang. Namun bicara soal adegan gore, bukan tingkat kebrutalannya yang membuat terasa memuakkan tapi timing penempatannya yang tepat hingga menimbulkan efek kejut yang luar biasa.
Lalu di bagian flash forward tingkat kebrutalannya jauh berkurang dan lebih banyak diisi dengan momen-momen dreamy yang terasa sureal. Namun bukan berarti kengeriannya berkurang. Sebuah adegan saat Fennix dikejar oleh wanita-wanita yang telah ia bunuh terasa begitu mengerikan, bagaikan sebuah mimpi buruk yang tidak ingin lagi saya ulangi. Santa Sangre dilihat dari kaca mata horor adalah sebuah sajian yang memuaskan. Kengeriannya dibangun dari segala sisi mulai dari atmosfer aneh yang disturbing sampai momen gore penuh darah. Tapi sesungguhnya Santa Sangre lebih dari sekedar pameran horor mengerikan. Ini juga merupakan sebuah perjalanan psikologis yang dibangun lewat kemasan surealis yang memikat. Ada alasan kenapa Jodorowsky membagi film ini dalam dua bagian dan kenapa dua bagian itu punya suasana serta cara yang berbeda dalam membangun kengeriannya. Semuanya karena ini adalah kisah tentang kejadian traumatis masa kecil seseorang yang berdampak begitu besar pada kondisi kejiwaan orang tersebut pada saat ia dewasa.
Flashback-nya berguna untuk menggambarkan bagaimana kejadian yang menimbulkan trauma. Karena itu Jodorowsky mengemasnya tanpa banyak memakai simbolisme sureal dan lebih memilih pendekatan visual yang penuh unsur sadisme. Penonton pun turut dibuat merasakan bagaimana rasa shock dan trauma yang dialami oleh karakternya setelah menyaksikan kejadian tragis tersebut. Kemudian kejadian traumatis tersebut akhirnya berdampak pada psikologis si karakter (Fenix) yang dihantui oleh bayangan masa lalunya. Oleh karena itu Jodorowsky mengemas paruh keduanya dengan unsur surealis yang kental sebagai gambaran terganggunya jiwa Fenix akibat trauma luar biasa yang ia alami. Hebatnya Jodorowsky tidak hanya menggambarkan itu semua tapi juga membuat penonton ikut merasakan dan tenggelam dalam perjalanan hidup Fenix. Santa Sange juga bertutur mengenai tujuan hidup dan alasan seseorang melakukan sesuatu sepanjang hidupnya, dan disini Fenix digambarkan menjalani hidupnya karena kontrol dari unsur "jahat" dalam dirinya, "setan" dalam jiwanya. Ya, ini adalah pesan religius yang lagi-lagi dimasukkan Jodorowky dalam karyanya.
Uniknya Santa Sangre memiliki unsur romantisme tersendiri yang menyoroti bagaimana Fenix berusaha mencari cinta masa kecilnya, sebuah cinta sejati yang tidak pernah ia lupakan. Pada akhirnya pencarian tersebut membuatnya dikontrol oleh "kejahatan" di dalamnya yang memakan begitu banyak korban. Bisa jadi Santa Sangre turut membawa pesan tentang orang-orang yang mengontrol, mendominasi dan interaksinya dengan mereka yang dikontrol dan didominasi hidupnya. Secara menyeluruh Santa Sangre tidaklah sekompleks El Topo, bahkan di akhir film Jodorowsky dengan baik hati memberikan jawaban atas misteri yang ada dengan gamblang meski tanpa jawaban itu pun semuanya sudah tergambar dengan cukup jelas. Santa Sangre adalah sebuah horor yang indah, puitis tanpa harus melupakan hakikat horor sebagai tontonan yang memberikan teror kepada penontonnya.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar