CHI-RAQ (2015)
Mengadaptasi naskah drama panggung masa lampau dengan memindahkan setting-nya ke era sekarang sesungguhnya bukan lagi suatu terobosan. Karya-karya Shakespeare sebut saja "Romeo & Juliet", "Macbeth" hingga "Hamlet" pernah mendapatkan perlakuan tersebut. Tapi lain cerita ketika yang diangkat adalah "Lysitrata" karya Aristophanes -pertama dipentaskan tahun 411 SM. "Lysitrata" merupakan komedi tentang aksi titular character-nya mempersuasi wanita-wanita Yunani supaya mogok melayani hasrat seksual para pria demi menghentikan Perang Peloponnesos. Naskah satu ini tidak se-aplikatif judul-judul lain di atas karena kisahnya sendiri tidak se-universal itu. Bukan sekedar mengenai cinta sejati atau perebutan kekuasan. Ini tentang kemanusiaan, hasrat seksual dan male-dominated society. Oh, and it was adapted by Spike Lee.
Judul "Chi-Raq" berasal dari kombinasi "Chicago" dan "Iraq". Sebutan ini merujuk pada tingginya tingkat kematian di sana. Tercatat dalam rentang 2001-2015 ada 7.356 nyawa melayang di Chicago sebagai akibat pertempuran antar gang, jauh lebih banyak dibanding korban perang di Irak yang sedari 2003 hinga 2011 memakan korban dari pihak Amerika sebanyak 4.424 jiwa. Film ini mengisahkan perselisihan antara dua gang, Spartan dan Trojan yang masing-masing dipimpin oleh Demetrius "Chi-raq" Dupree (Nick Cannon) dan Sean "Cyclops" Andrews (Wesley Snipes). Sering terjadi baku tembak antara kedua belah pihak dan tak jarang warga sipil turut menjadi korban. Hingga setelah bocah berusia tujuh tahun tertembak, meregang nyawa di aspal jalan, terketuklah Lysistrata (Teyonah Parris) -kekasih Demetrius- untuk membuat perubahan.
Lysistrata meyakini bahwa kunci demi menghentikan pertikaian adalah dengan menolak berhubungan seks sebelum perdamaian tercipta. Dia pun mengajak wanita-wanita lain termasuk para istri/kekasih anggota gang Trojan untuk memulai demonstrasi tersebut. Jika terdengar aneh cenderung konyol wajar, karena memang benar begitulah intensi filmnya, menyuguhkan satir mengenai ketergantungan masyarakat (baca: laki-laki) terhadap seks, sehingga tatkala akses menuju kepuasan dasar itu dicabut -termasuk situs porno dan segala bentuk prostitusi- mereka pun menjadi gila. Dalam suatu adegan, seorang polisi (literally) kehilangan kewarasan, histerikal akibat gagal memuaskan hasratnya. Bahkan stabilitas dunia ikut terancam karena itu. Spike Lee sama gilanya, tidak menahan diri menghantarkan kekacauan konyol yang tak pernah gagal memancing tawa.
Permasalahan terletak pada tonal shift di mana komedi konyol mesti berdampingan dengan drama tragedi penuh kematian pula penderitaan. Sulit membayangkan adegan seorang Mayor bertingkah tolol merobek pakaiannya lalu naik ke atas meriam untuk berhubungan seks berada satu film bersama momen tatkala seorang ibu bersimpuh, membersihkan darah mendiang puterinya di tengah jalan. Pada pementasan teater -seperti "Lysistrata"- dua adegan tersebut bisa bersatu karena sisi artificial pertunjukkan (panggung dan properti kentara buatan), sehingga paparan "realis" pun tidak sepenuhnya terasa nyata. Penonton lebih bersedia menerima lompatan tone ekstrim, bahkan bisa berujung kekuatan dinamika alur. Sedangkan film berada dalam dimensi berbeda, jauh lebih mendekati kondisi dunia nyata. Alhasil inkonsistensi tone terasa mengganggu. Komedi akan tetap menggelitik, tapi kekuatan drama menurun drastis, di mana itu terjadi pada "Chi-Raq".
Naskah garapan Spike Lee dan Kevin Willmott mampu menempatkan diri sebagai satir yang baik berkat keberhasilannya melontarkan kritik melalui sindiran menggelitik. Penonton diajak mentertawakan banyak pihak, mulai pria biasa, Walikota, bahkan Presiden. Seperti biasa Lee berapi-api cenderung egosentris dalam melontarkan pesannya meski kali ini masih dalam taraf wajar dan universal (tidak segmented hanya untuk orang kulit hitam). Namun gejolak emosi yang semestinya ada sama sekali tidak terasa karena liarnya lompatan tone. Padahal Lee di sini tak hanya piawai melontarkan lelucon konyol tapi juga merangkai momen dramatik kuat. Beberapa adegan berpotensi menggetarkan emosi, terlebih jajaran cast seperti Angela Bassett dan Jennifer Hudson menampilkan performa memikat. Sayagnya hati saya tak pernah terikat karena perjalanan alurnya gagal menyelaraskan komedi dan drama secara rapih.
Butuh konsentrasi lebih guna menikmati film ini, karena bukan nama beberapa tokohnya saja yang setia dengan sumber adaptasi, tak ketinggalan pula penggunaan kalimat metafor berima. Baris dialognya terdengar seperti lirik lagu rap yang ditranslasikan menjadi suatu naskah. Apabila belum lama ini anda menonton "Macbeth", dialog milik "Chi-Raq" adalah versi gangsta-nya berisikan banyak umpatan serta kata-kata vulgar. Tidak mudah dicerna, namun "kenakalan" Lee dan Willmott meramu kata demi kata jelas memberi hiburan menyenangkan untuk telinga saya. Cara pengucapan aktor-aktor khususnya Samuel L. Jackson sebagai Dolmedes sang narator pun amusing. Memang "Chi-Raq" merupakan kekacauan tak tertata. Kurang berhasil pula film ini membuat isu dalam tema terasa lebih bermakna. Tapi Spike Lee piawai meramunya sebagai keliaran mengasyikkan. Berbagai koreografi saat adegan musikal mulai menghentak pun tersaji memikat. This movie's crazy, angry, preachy and messy yet really funny.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar