REVIEW - SETAN ALAS!
Setan Alas! memberi pengalaman sinematik yang cukup menyenangkan. Selain karena alurnya secara liar mengutak-atik sembari mengkritik (lebih tepatnya "mengejek") pakem horor lokal, ia pun membawa semangat yang belakangan makin jarang saya temui. Semangat sekelompok individu, yang walau dihadang keterbatasan kemampuan dan sumber daya, tetap bisa bersenang-senang melahirkan karya. Semangat yang bak menggaungkan teriakan "Ini indie bung!".
"Lupakan semua yang kau tahu tentang film horor", ucap tagline-nya. Percaya diri? Sangat. Tapi mengingat Setan Alas! lahir dari kepala Yusron Fuadi yang sebelumnya menelurkan Tengkorak (2018), kepercayaan diri tersebut tidaklah mengejutkan. Yusron memang menggandrungi horor. Ketika film ini dibuka memakai aerial shot pemandangan hutan diiringi lagu sendu, saya pun curiga ia tengah mengutarakan cinta kepada Cannibal Holocaust (1980).
Alkisah lima mahasiswa (Anastasia Herzigova, Winner Wijaya, Adhin Abdul Hakim, Putri Anggie, Ibrahim Allami) berlibur ke sebuah villa terpencil di tengah hutan. Di sepanjang perjalanan, mereka meributkan potensi pertemuan dengan makhluk halus sebagaimana jamak terjadi dalam film horor. Bisa ditebak, kekhawatiran itu akhirnya jadi kenyataan.
Tentu keklisean yang terpancar dari sinopsis di atas bakal segrera diobrak-abrik oleh naskah hasil tulisan Yusron bersama Anindita Suryarasmi (B.W. Purba Negara dan Richard James Halstead turut diberi kredit "co-writer"). Jika sebelumnya Jatuh Cinta Seperti di Film-Film menghadirkan tontonan meta yang menyindir seluk-beluk industri film Indonesia secara general, maka ke-meta-an Setan Alas! mengkhususkan diri di genre horor.
Berangkat dari kejengahan sang kreator, Setan Alas! meluapkan amarah terhadap kemalasan para penulis horor tanah air, kadang secara terang-terangan melalui sumpah serapah. Memanfaatkan elemen meta-nya, film ini membebaskan diri dari belenggu formula, bergerak semaunya sendiri menuju arah-arah tak terduga yang efektif memancing rasa penasaran.
Sekali lagi, kental "semangat indie". Yusron dan tim ingin bergembira tanpa memedulikan tuntutan apa pun. Sebuah semangat yang membuat saya bersedia memaafkan setumpuk kekurangan Setan Alas!. Pertama terkait penampilan cast. Mereka telah berjuang semaksimal mungkin, namun pada akhirnya ada batasan kualitas yang belum mampu ditembus.
Padahal gaya penuturan Yusron yang berorientasi pada dialog amat bergantung pada kekuatan pelakon (itulah mengapa film pendeknya, Bambang, yang dimotori Seteng A. Yuniawan dan Ernanta Kusuma tampil memikat). Akting yang tak cukup lepas, ditambah penyuntingan kacau terutama di paruh pertama (sebuah upaya memberi kesan dinamis yang tak berjalan mulus), membuat obrolan karakternya makin melelahkan untuk diikuti, kemudian mengurangi daya hibur film.
Masalah kedua terletak pada rules. Timbul pertanyaan besar yang luput naskahnya olah terkait tokoh-tokohnya (tepatnya "penggerak" di balik segala keputusan yang mereka ambil), sehingga pembangunan dunia Setan Alas! terasa kurang utuh dan solid.
Tapi semangat dan intensi film ini tetaplah mengagumkan. Di ranah penulisan, Yusron mulai bersedia menekan tendensi "asyik sendiri" yang membuat banyak adegan bergulir terlalu lama. Pun sebagaimana Tengkorak, Setan Alas! kembali menyuguhkan pertunjukan efek spesial memukau, baik CGI yang pemakaiannya efektif, maupun efek praktikal yang memungkinkan Yusron menghadirkan "reka ulang" untuk salah satu momen paling ikonik dalam Inception.
(JAFF 2023)
25 komentar :
Comment Page:JELAS, FILM TERBAIK
naskah hasil tulisan Yusron bersama Anindita Suryarasmi (B.W. Purba Negara dan Richard James Halstead turut diberi kredit "co-writer" luar biasa mengagumkan, slowburn & plot twist
tengkorak yang keren gagal di layar bioskop, apakah setan alas juga bernasib sama
kita tunggu saja reaksi & jumlah penonton yang sesungguhnya di bioskop dan apakah bioskop juga akan tidak menganak tirikan film hebat ini
film indie berkelas, ini baru alternatif semesta drama remaja fantasy
gue sudah nonton, lumayan bagus
film biasa aja, skip juga boleh, gue kasih skor terbaik : 9/10
akting natural dari Anastasia Herzigova, Winner Wijaya, Adhin Abdul Hakim, Putri Anggie, Ibrahim Allami bikin cerita mengalir alamiah
Apakah bisa dibilang sebagai versi Indonesia dari The Cabin in the Woods?
WTF, DASAR SETAN ALAS ❤️
good movie altenatif film
bagus, sudah nonton, ngantuk
semesta tengkorak universe
keren njrit
nggak dulu, tunggu netflix
BEST OF THE BEST FILM
serem konak kocak drama jadi satu
worth it this movie
generasi emas film indie
film bagus, film nggak laku
film festival indie is the best
film ancur
Mmmmm
masuk netflix
streming aja agar tidak flop
setan alas gagal raih penonton
Posting Komentar