CONJURING SPIRIT 2 (2016)
Dari judulnya saja mudah ditebak bahwa horor asal Vietnam dan prekuelnya yang rilis tahun 2014 ini merupakan mockbuster bagi "The Conjuring". Seperti mockbuster pada umumnya pula, kualitas "Conjuring Spirit 2" bagai bumi dan langit dibandingkan dengan film yang ia dompleng. Apabila belum menonton film pertamanya, tak usah repot-repot karena walau sekuel ini mengandung cerita dan karakter sama sekali baru. Bahkan sesungguhnya anda tidak perlu menonton film ini, sebab "Conjuring Spirit 2" adalah horor klise, medioker, malas, dengan kualitas hanya setingkat di atas karya Baginda Nayato dan para pengikutnya.
My Lan (Bang Khue Nguyen) tengah menyelesaikan tugas akhir kursus pelatihan sutradara, dan untuk itu ia harus melatih sebuah klub teater SMA dan tinggal di lantai atas sekolah. Kenapa My Lan tidak memilih tinggal di kost, wisma, motel, atau hotel yang jelas lebih nyaman ketimbang ruang penyimpanan properti? Tentu saja supaya ada jalan bagi sesosok hantu wanita berambut panjang bergaun putih (what a fresh and creative design!) untuk menerornya, menguji skeptisme My Lan atas eksistensi makhluk halus. Teror yang dimaksud tidak jauh-jauh dari cara usang macam air kran yang berubah menjadi darah atau false alarm berupa jump scare dalam mimpi.
Premis tersebut sejatinya berpotensi menghasilkan observasi menarik mengenai proses karakternya mempercayai keberadaan hantu andai penyutradaraan Ba Vu Nguyen tak sekedar berkutat pada trik formulaik yang gagal mengundang cekam. Naskahnya pun kurang berusaha mempermainkan persepsi penonton, alhasil twist-nya amat mudah ditebak. Tapi jikalau naskahnya kuat sekalipun, paparan kisahnya tetap takkan maksimal akibat penampilan Bang Khue Nguyen yang tak lebih dari eyecandy tanpa kemampuan menarik simpati.
Apabila anda kira cerita di atas tidak memiliki bekal cukup guna bergulir selama 86 menit, para pembuat film ini pun sepertinya berpikir demikian. Mencapai pertengahan, tiba-tiba alurnya berpindah menyoroti sepasang kekasih yang sedang gundah karena si wanita hamil. Suatu malam, sebuah kecelakaan maut menyeret hidup keduanya ke dalam keresahan dan mimpi buruk. Dari nama dan aktris pemerannya, saya menduga wanita itu adalah hantu yang meneror My Lan, dan lompatan alur ini semata-mata flashback selaku eksposisi karakternya. Hingga tiba pada titik konklusi, keterikatan dua kisah justru semakin kusut.
Kedua cerita di atas bagai berasal dari film berbeda namun dipaksakan menjadi satu dan berkaitan. Tidak ada sinkronisasi, usungan pesan sekaligus tema pun berbeda (skeptisme dengan trauma dan rasa bersalah). Kemunculan adegan kala kredit yang bermaksud menjalin kaitan malah menambah kebingungan. Satu hal yang pasti, paruh kedua lebih buruk dari yang pertama. Sekali lagi ada predictable twist, namun lebih dari itu, kali ini twist-nya turut meninggalkan lubang logika konyol (hantu diteror oleh hantu?). Kembali terdapat potensi eksplorasi konflik batin menarik yang akhirnya berlalu begitu saja akibat pengemasan generik sang sutradara ditambah dangkal pula bodohnya naskah. Stay away from this crap.
Ticket Sponsored by: Bookmyshow Indonesia
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar