MOON CAKE STORY (2017)
Perkampungan kumuh tempat rakyat kecil mati-matian menyambung hidup, bekerja seadanya, tinggal di hunian sempit sambil sesekali berkeluh kesah di warung kopi. Garin Nugroho seperti bernostalgia, kembali menuju masa kala ia membuat "Daun di Atas Bantal" dahulu. Bersama Winaldo Swastia (asistennya di "Setan Jawa" dan "Aach...Aku Jatuh Cinta") selaku duetnya menulis naskah, Garin turut menyertakan kisah mengenai penderita alzheimer, percintaan, sampai hubungan ibu dan anak, yang semuanya disatukan oleh tradisi membuat kue bulan. Setidaknya ia bermaksud demikian. Sebab antara subplot satu dengan lainnya urung tercipta ikatan kuat, membuat "Moon Cake Story" jadi suatu kesemrawutan.
Walau telah sukses berbisnis, David (Morgan Oey) tetap mengingat ajaran mendiang ibunya (Ary Kirana) agar selalu berbuat baik dan mengawali segala kegiatan dengan doa. Maka ketika dia bertemu Asih (Bunga Citra Lestari), seorang janda beranak satu yang berprofesi sebagai joki 3-in-1, tergerak hati David mengulurkan bantuan termasuk mewariskan resep kue bulan sang ibu supaya Asih memiliki pekerjaan lebih layak. Hubungan keduanya pun semakin dekat, hingga terungkap bahwa David menderita alzheimer dan sisa umurnya tak lagi lama.
Di luar interaksi David dan Asih, kita diperlihatkan pula kehidupan warga kampung sekitar yang amat miskin tapi menolak menyerah menggapai cinta dan mimpi. Sebutlah cita-cita Markus (Abdurrahman Arif) menjadi komika, atau seorang badut bernama Jaka (Kang Saswi) yang setengah mati mencintai Sekar (Melati Zein), adik Asih, walau cintanya bertepuk sebelah tangan. Sementara dari Babeh (Jaja Miharja) sesekali terlontar pesan moral seputar eksistensi. Sebaliknya, keluarga David yang notabene kaya raya bak hanya memperhatikan bisnis serta materi ketimbang kebahagiaan David. Singkatnya, si miskin adalah pejuang dan si kaya tanpa hati.
Sang sutradara khususnya di awal karir memang gemar merangkai gesekan kasta sosial di atas, dan walau "Moon Cake Story" tampak familiar, klise, minim unsur pembeda, menarik mendapati Garin kembali ke tema serupa. Daripada fokus pada satu-dua karakter utama, narasi cenderung menyoroti masyarakat secara umum. Bukan kisah personal yang Garin tekankan, tapi lingkungan. Seperti biasa pula, pengadeganan bak pertunjukan teater dan secuil momen musikal sempat diselipkan. Tapi terdapat satu masalah besar, yaitu "Moon Cake Story" terasa kurang cocok dikemas memakai pendekatan itu.
Gaya-gaya itu bagai berasal dari film berbeda, kurang selaras dengan cerita utama. Bahkan porsinya mengalahkan, menutupi kisah David-Asih ketimbang melengkapi. "Moon Cake Story" sejatinya punya pola sederhana. Dua sejoli bertemu tanpa sengaja lalu dipersatukan oleh satu hal yang dalam konteks film ini adalah kue bulan. Formula klasik drama romantika (atau drama manusia mengingat David dan Asih tak pernah gamblang menyatakan cinta satu sama lain). Tapi bak menolak keklisean, Garin kukuh menerapkan ciri khasnya yang justru berbalik merusak kekuatan film akibat ketidaksesuaian nuansa antar momen sekaligus terbelahnya fokus.
Karena fokus terpecah, otomatis waktu eksplorasi bagi hubungan David dan Asih ikut berkurang. Bahkan seperti ada keping cerita yang hilang tatkala alurnya bagai melompati beberapa fase terkait proses dan perjalanan karakternya. Alhasil, kedekatan penonton dengan para tokoh pun minim, melucuti potensi dari konklusi yang sejatinya berpotensi menggugah emosi. Padahal performa jajaran cast amat mendukung potensi tersebut. Deddy Sutomo sebagai Pak Tri (sopir David) terasa meneduhkan dalam tiap tutur katanya. Bunga Citra Lestari masih piawai mencurahkan gejolak rasa, sedangkan Morgan Oey berusaha semaksimal mungkin menghidupkan penderita alzheimer.
Bicara soal aspek alzheimer tanpa menutupi fakta film ini adalah "pesanan" Tahir Foundation ada niatan baik mengenalkan penyakit tersebut pada khalayak luas. Sayang, daripada menonjolkan sisi positif, "Moon Cake Story" justru mengedepankan penurunan kinerja otak penderita, menggambarkannya sebagai suatu kondisi mengerikan nan mematikan semata alih-alih mengedukasi penonton tentang penanganan atau setidaknya perjuangan penuh harap. Film ini sekedar mengeksploitasi penderitaan atas nama tragedi layaknya disease porn pada umumnya.
Tentu Garin masih piawai bermain simbol, entah pemaknaan mendalam tentang kebersamaan melalui sebuah meja, atau kritik "nakal" untuk aparat keamanan yang digambarkan lewat adegan Babeh mengenakan seragam polisi dan menarik pungutan liar. Garin masih tajam soal metafora dan sindir menyindir. Namun begitu film berakhir, sulit rasanya tidak mempertanyakan substansi sewaktu bermacam subplot kurang rapi dirangkai, gagal menciptakan ikatan kuat dengan poin utama penceritaan. Seolah sang sutradara terlampau berambisi menuturkan kisah sebanyak mungkin. "Moon Cake Story" bukan film buruk, hanya saja meninggalkan kekecewaan mengingat dihasilkan oleh salah satu legenda hidup perfilman tanah air.
Ticket Sponsored by: Bookmyshow ID & Indonesian Film Critics
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
6 komentar :
Comment Page:min reviewin webseries sore
Review baracas min karya bang pidi
Mm.. sayang sekali yaa.. :')
Wiih iya ini setujuu x)
Ratingnya remuk, nggak tertarik :D
Series cukup twit review aja per episode hehe
Posting Komentar