JAFF 2020 - JOHN DENVER TRENDING

Tidak ada komentar

Warganet memang jagonya perihal “ujaran kebencian”.  Seolah berstatus “Judge, Jury, Executioner”, perbuatan seseorang bisa demikian cepat dihakimi, bahkan seringkali, secara prematur. Film asal Filipina berjudul John Denver Trending ini membahas tabiat warganet di atas, di mana kabar burung di internet bergulir tak terkendali sehingga melahirkan fitnah kejam.

Apa yang membuat John Denver (Jansen Magpusao) trending? Bocah berusia 14 tahun yang duduk di kelas 8 sebuah SMA Katolik ini dituduh mencuri iPad temannya, Makoy (Vince Philip Alegre), yang diletakkan di ruang kelas. Mengapa tuduhan dialamatkan padanya? Pertama, menurut siswa-siswa yang sore itu berlatih menari bersamanya, cuma John yang masuk ke ruang kelas. Kedua, karena John memang bukan sosok populer. Banyak anak tak menyukainya, apalagi John pernah terlibat beberapa kasus indisipliner. Citranya terlanjur buruk.

Makoy ngotot menuduh John, bahkan merampas tasnya. Perkelahian pun pecah antara John dan Makoy. Sial bagi John, ada seorang siswa merekam peristiwa itu, tepat saat ia sedang menghajar Makoy, sehingga seolah-olah John sedang memukuli temannya, alih-alih sebuah perkelahian. Video tersebut diunggah ke Facebook, disertai narasi yang memfitnah John sebagai pencuri sekaligus pelaku pemukulan. Hanya perlu semalam sampai video itu viral, yang tentu saja, memunculkan setumpuk komentar penuh kebencian terhadap John.

Paginya, situasi makin kompleks ketika ibu Makoy (Sunshine Teodoro) mendatangi John di sekolah, sembari ditemani tetangganya yang juga seorang polisi. John kian disudutkan. Pembelaannya tak didengar, karena semua pihak sibuk memintanya mengaku, ketimbang melakukan penyelidikan. Pemandangan itu terus berlangsung selama 95 menit. Menyedihkan, menyesakkan, bahkan memancing amarah, tapi apakah mengejutkan? Tidak, sebab kultur bergunjing dan penyebaran hoax berujung fitnah adalah “warisan” yang sudah dilestarikan jauh sebelum era media sosial. Beberapa kali kita menyaksikan warga kampung tempat John tinggal, membicarakan soal Dolores (Estela Patino), wanita tua yang dituduh sebagai penyihir terkutuk akibat tindak-tanduk tak wajarnya. Padahal, besar kemungkinan Dolores menderita gangguan mental.

John Denver Trending mengingatkan saya akan banyak kasus di media sosial, tatkala sesosok individu dituding bersalah, kemudian dihujat dengan cepat oleh warganet meski belum ada bukti nyata. Bisa jadi, para pesakitan itu sejatinya tidak bersalah, namun kebenaran terkubur oleh kebencian. Karena seperti mereka yang menuduh John, orang-orang tak pernah benar-benar ingin mencari fakta, tapi sebatas menyalurkan kemarahan. Apa yang film ini tampilkan makin terasa menyesakkan, sebab mayoritas pihak yang aktif menyerang John justru orang dewasa, termasuk polisi yang selalu mengintimidasinya tiap ada kesempatan.

Akhirnya kita tak pernah tahu siapa pencuri sebenarnya, dan memang tak perlu. Terpenting, John bukan pelakunya. Selain sang ibu, Marites (Meryll Soriano) tampil amat baik menghidupkan figur ibu yang tak pernah kehilangan semangat berjuang walau memanggul beban luar biasa berat), tidak satu pun tampak memedulikan perihal cyberbullying yang John alami. Ibu Makoy bahkan berkata pada Marites, “Semua itu akan berhenti kalau anakmu mengaku”. Sebuah komentar yang merepresentasikan budaya menjustifikasi cyberbullying atas nama “menghukum pelaku kejahatan”.

Semuanya merupakan cerminan menyakitkan terhadap realita. Tapi satu poin yang mengurangi relevansi isunya adalah saat filmnya berusaha terlalu keras memposisikan diri sebagai suara kaum miskin korban kesenjangan kelas sosial, melalui penggambaran John sebagai orang miskin. Dia mesti menempuh perjalanan jauh ke sekolah, hanya memiliki satu seragam yang harus dicuci tiap malam, harus ke sebuah warung kopi agar bisa mengakses internet, sedangkan sang ibu adalah pekerja kasar. Benar bahwa “hukum tajam ke bawah”, namun kasus ini berbeda. Banyak (atau malah lebih banyak) orang kaya atau selebritis mendapatkan tuduhan palsu yang berujung pada cyberbullying.

Melakoni debut penyutradaraannya, Arden Rod Condez (juga bertindak selaku penulis naskah), tidak perlu melakukan banyak dramatisasi di pengadeganan. Konsep situasi yang diciptakan oleh naskahnya sudah cukup mengaduk-aduk perasaan. Apalagi, berkat performa Jansen Magpusao sebagai bocah yang kebingungan sekaligus ketakutan, penonton bakal semakin mudah menaruh simpati pada John Denver.


Available on KLIK FILM (25-29 November 2020)

Tidak ada komentar :

Comment Page: