REVIEW - NOCTURNE
Sekilas, dibanding installment Welcome to the Blumhouse lain, Nocturne
tampak menonjol. Pendekatan dreamy nan
atmosferik pada materi horor psikologisnya berbeda dari mayoritas produk
studio arus utama. Bagai kombinasi Black
Swan, Suspiria, dan Whiplash,
meski dibanding judul-judul tersebut, debut penyutradaraan sekaligus penulisan
naskah Zu Quirke ini lebih formulaik, serta mengandung lebih sedikit intensitas
dan kengerian.
Dua kakak beradik kembar, Juliet
(Sydney Sweeney) dan Vivian (Madison Iseman), sama-sama seorang pianis yang
tengah menempuh pendidikan di SMA musik. Tapi bagi Juliet, tidak peduli sekeras
apa pun berlatih, ia tak mampu menandingi Vivian. Bukan karena Vivian lebih
bertalenta. “She plays like the devil is
at the door”, ucap Dr. Henry Cask (Ivan Shaw), mentor Vivian, yang
digambarkan begitu hebat, hanya mau melatih murid yang ingin serius bermusik,
tapi sepanjang film, nyaris tak pernah kita lihat seperti apa metode
mengajarnya hingga mendapatkan citra tersebut.
Padahal Juliet sudah mengorbankan
segalanya. Dia tidak pernah minum alkohol, memakai narkoba, dan masih perawan,
sedangkan Vivian menikmati hidup, termasuk berpacaran dengan Max (Jacques
Colimon), yang diam-diam disukai Juliet. Ketika pihak sekolah memilih Vivian
untuk bermain solo, kecemburuan Juliet membuncah. Sampai Juliet menemukan buku
harian milik (Ji Eun Hwang), teman sekelasnya, yang di adegan pembuka,
diperlihatkan bunuh diri. Buku itu berisi gambar-gambar aneh, yang diyakini
Juliet, membuka jalan baginya untuk mengalahkan Vivian.
Kisah soal “seniman yang terobsesi
atas kesempurnaan dan/atau status terbaik hingga menggiringnya menuju kegilaan”
bukan lagi barang baru. Judul-judul yang saya sebut di paragraf pembuka telah
mempresentasikannya dengan amat baik. Naskah Zu Quirke tak menawarkan gebrakan,
memilih mengikuti formula, termasuk dalam penyertaan elemen supernatural (yang
eksistensinya dibuat ambigu hingga akhir) tentang seniman yang “menjual jiwanya”
pada iblis.
Di departemen penyutradaraan,
metode yang Quirke pakai sayangnya tak pernah berhasil membangun
kengerian.Beberapa sekuen sureal yang membawa Juliet dalam
perjalanan-perjalanan dreamy memang
dibalut visual menarik, sementara lagu-lagu hasil komposisi Gazelle Twin (plus
deretan efek suara) mampu menghadirkan kesan atmosferik, namun sekali lagi, tidak
menyeramkan.
Setidaknya, walau belum
menghasilkan dampak sesuai harapan, Quirke mampu menjaga supaya 90 menit Nocturne tak memunculkan rasa bosan,
berkat pacing solid, diperkuat gaya penyuntingan
cepat nan taktis dari Andrew Drazek. Turut berjasa adalah penampilan Sydney
Sweeney, yang menghidupkan dinamika kompleks seorang artis (sekaligus remaja),
yang mengawali segalanya dari bawah dengan penuh kegamangan, lalu menemukan
kepercayaan diri (atau waham?), hingga kepercayaan diri itu menguasai dan
menghancurkannya.
Available on PRIME VIDEO
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar