REVIEW - SUZUME

7 komentar

Rutinitas monoton melemahkan kepekaan kita. Setiap hari kita melewati jalan yang sama, untuk menuju ke tempat yang sama (kantor, kampus, sekolah, dll.). Kita cuma berlalu dan menghabiskan waktu, tanpa sempat menyadari jalanan tadi mungkin begitu indah. Tidak pula sadar bahwa di tempat yang selalu jadi destinasi setiap hari itu, kita memupuk kenangan. Memori yang takkan lenyap, bahkan tatkala wujud fisik tempat tersebut kelak telah tiada.Melalui Suzume, Makoto Shinkai coba mengingatkan penontonnya akan keindahan yang kerap terlewatkan.

Suzume adalah nama protagonis film ini (disuarakan oleh Nanoka Hara), seorang remaja 17 tahun yang tinggal bersama bibinya, Tamaki (Eri Fukatsu). Ibu Suzume meninggal saat ia masih kecil. Titik balik hidup Suzume terjadi selepas pertemuan dengan pria misterius bernama Sota (Hokuto Matsumura), yang berkeliling Jepang guna menutup pintu dimensi tempat keluarnya cacing raksasa yang konon jadi penyebab terjadinya gempa bumi di Jepang. Gagasan ini Shinkai ambil dari mitologi tentang Namazu, lele raksasa pemicu gempa bumi. 

Jika di mitologinya Namazu disegel menggunakan batu oleh Dewa Takemikazuchi, cacing di film ini kurang lebih sama. Bedanya, saat Suzume mencabut batu segel tersebut, ia berubah menjadi kucing putih yang dipanggil Daijin (Ann Yamane). Daijin kemudian mengutuk Sota, mengubahnya jadi kursi kayu berkaki tiga, sehingga mengharuskan Suzume ikut dalam perjalanan guna menutup pintu-pintu dimensi yang tersebar di penjuru Jepang. 

Suzume mengambil format road movie sebagai cara mengingatkan karakternya (dan penonton) terhadap keindahan semesta yang tak pernah disadari sebelumnya. Berkat sentuhan khas Makoto Shinkai, keindahan itu nampak nyata di layar. Bintang gemerlapan, basuhan hangat cahaya matahari, rintik hujan, hingga langit keunguan yang bak memindahkan surga ke dunia manusia.

Suzume juga membicarakan perihal kenangan. Pintu dimensi yang mesti dua protagonisnya tutup selalu terletak di tempat kosong, dari taman bermain usang sampai sekolah yang tak lagi dipakai akibat gempa. Ritual penguncian pintunya mengharuskan mereka merasakan memori dari orang-orang yang sempat singgah di tempat itu. Karena tidak seperti bentuk fisik, memori bersifat abadi.

Sepanjang perjalanan, Suzume bertemu beberapa kawan baru. Ada Chika (Kotone Hanase) si gadis pengantar jeruk yang seumuran dirinya, juga Rumi (Sairi Ito), seorang ibu tunggal yang mengurus anak kembar sambil mengelola bar. Timbul kesan puitis soal bagaimana perjalanan Suzume membawanya mengunjungi memori orang lain yang sudah lama terkubur, sembari di saat bersamaan membentuk memori baru bagi dirinya sendiri bersama Chika dan Rumi.

Naskah buatan Makoto Shinkai memang diisi berbagai dualitas yang eksistensinya saling melengkapi. Memori lama dan baru, baik dan buruk (Daijin si kucing putih dan Sadaijin si kucing hitam yang bertukar warna sewaktu bertransformasi), hingga hal yang jadi pondasi emosi utama filmnya, yakni trauma. 

Ada dua jenis trauma di sini. Pertama adalah trauma personal yang Suzume alami. Filmnya menyiratkan bahwa sang ibu meninggal akibat tsunami Tohoku tahun 2011 (turut menginspirasi Your Name). Kedua adalah trauma nasional akibat tragedi yang sama. Dua trauma itu sekilas berlawanan namun dinamikanya serupa, dan film ini menggambarkan proses menyembuhkan duka guna lepas dari trauma, baik oleh individu maupun kelompok. 

Penceritaan Suzume memang tak selalu mulus. Memasuki pertengahan durasi, kesan episodik yang repetitif (protagonis mencapai destinasi, bertemu orang baru, mengejar Daijin, menutup pintu dimensi) mulai menguat. Pemaparan mitologinya pun terkadang kurang rapi dan menyulut beberapa pertanyaan yang mengganggu. 

Tapi apa pun permasalahan narasinya menjadi mudah terlupakan berkat kepiawaian Shinkai sebagai sutradara dalam menghantarkan emosi secara indah. Keindahan yang sejatinya dapat diemui setiap hari, asalkan kita mau sejenak meresapi "rasa" yang disimpan oleh semesta.  

7 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Sudah lama ngga nangis karena anime, dan Suzume berhasil memancing air mata 🥲 Sangat puas nonton Suzume yang ceritanya lebih solid dari Wetahering With You. Semoga masih bisa hidup buat nonton film-film Makoto Shinkai selanjutnya

FILM YANG BARUSAN SAYA TONTON mengatakan...

masih dibawah your name tapi diatas weathering with you. at least mata kita dimanjakan dengan gambar yg cantik

Likin mengatakan...

Dari Ghibli kah ni Bang,, serius nanya..

Anonim mengatakan...

anime asia selalu memberikan roh spirit sebagai ciri khasnya dengan jadul kartun berbeda dengan film animasi amerika yang semakin canggih tanpa ada spirit dalam filmnya kehilangan roh jiwa

film ini di bagi 2 babak cerita : babak aksi dan babak berdamai dengan diri sendiri

Anonim mengatakan...

layar yang semakin bertambah dengan jadual jam prime time plus di banjiri penonton full kursi, sudah dipastikan film anime klasik ini tembus 1 juta penonton lebih

-Kkodorami- mengatakan...

Ada kesambungan sama Kimi No Nawa / WWY gak sih? MakoShinkai kalo buat anime selalu pasangan yang mirip2...

Anonim mengatakan...

film bocil adult yang kerennnnnn bangetttttttttt