REVIEW - MY DAUGHTER IS A ZOMBIE
Serbuan zombi di film ini bukan sesuatu yang mengancam stabilitas global. Wabah cuma menyebar di Korea Selatan, pun pemberantasannya tergolong cepat dibanding yang biasa kita temui di cerita zombi lain. Tapi bagi Lee Jung-hwan (Jo Jung-suk), skenario tersebut terasa bak akhir dunia, karena sebagaimana telah tertulis di judul, putrinya turut terinfeksi.
Terdengar tragis, tapi tak butuh waktu lama bagi My Daughter is a Zombie, untuk menegaskan bahwa adaptasi webtoon berjudul sama karya Lee Yun-chang ini, takkan dipaparkan sebagai sebuah cerita kelam. Hubungan ayah-anak penuh keakraban antara Jung-hwan dan Soo-a (Choi Yoo-ri) menjadi sentral. Seperti ayahnya, Soo-a menggemari tari. Bahkan Soo-a tengah berlatih untuk sebuah lomba, di mana ia bakal menari diiringi lagu legendaris, No. 1 milik BoA.
Sampai tiba-tiba wabah zombi pecah, dan Jung-hwan memutuskan membawa Soo-a ke rumah ibunya (Lee Jung-eun) di pedesaan yang diyakini lebih aman. Tapi keduanya mesti terlebih dahulu menembus barikade pasukan zombi yang telah menguasai kota. Jangan mengharapkan sadisme dalam serangan zombinya yang oleh sang sutradara, Pil Gam-sung, digarap dengan pendekatan "PG".
Ketimbang organ tubuh manusia yang berceceran, filmnya diisi rangkaian situasi absurd khas zom com (zombie comedy) yang mengubah serbuan zombi jadi bahan tertawaan, misal saat zombi bertubuh nenek tua berupaya menyerang mangsanya, atau bagaimana Jung-hwan dan Soo-a mengecoh menari sembari mengikuti gerakan zombi guna mengecoh pasukan mayat hidup tersebut.
Ketika akhirnya Soo-a tertular virus pun filmnya tak serta merta kehilangan kelucuan. Justru di situlah kejenakaan premisnya memuncak, sebab alih-alih membunuh sang putri, Jung-hwan memilih untuk merawat dan mengajari "zombi Soo-a" cara berperilaku layaknya manusia normal. Jung-hwan yakin bahwa dengan membangkitkan memori indah yang Soo-a miliki, lama-kelamaan ia akan sembuh.
Keyakinan Jung-hwan pertama kali muncul tatkala meski dengan gerakan sederhana, menari jadi insting pertama "zombi Soo-a" saat mendengar lagu No. 1. Pada tahun 2021, sekelompok kritikus dan pengamat musik sepakat menasbihkan No. 1 sebagai lagu K-pop terbaik sepanjang masa. Zombi pun nampaknya sepakat dengan pencapaian tersebut.
Elemen drama keluarganya mungkin tak sekuat humornya yang sarat kreativitas, akibat presentasi yang terlalu setia pada pakem melodrama. Cara sang sutradara mengarahkan momen emosional pun cenderung generik. Sederhananya, pesona My Daughter is a Zombie sedikit luntur sewaktu ia merambah area yang lebih serius. Beruntung, jajaran pemainnya ibarat pondasi kokoh sebuah bangunan yang terus menjaga supaya filmnya tak pernah runtuh.
Jo Jung-suk kembali membuktikan kalau ia adalah leading man yang bisa diandalkan, berkat kapasitasnya menyeimbangkan kekonyolan komedi (termasuk dengan fleksibilitas gesturnya) dengan kehangatan dramatik. Sedangkan Choi Yoo-ri mampu melahirkan salah sosok zombi paling likeable di layar perak, yang memudahkan penonton bersimpati pada Soo-a, meski jika dilihat sekilas, ia tidak lagi mempunyai jiwa. Kita pun dibuat tidak mempermasalahkan bila peradaban di film ini akhirnya berakhir, namun berharap kehangatan Jung-hwan dan Soo-a bakal terus bergulir.
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar