REVIEW - KUTUKAN CAKAR MONYET

6 komentar

Kalian suka monyet? Kalian suka siluman monyet? Kalian suka melihat siluman monyet bernyanyi? Kalian suka siluman monyet bernyanyi sambil menari? Kalau jawabannya "tidak", berarti kalian harus pikir ulang untuk menonton Kutukan Cakar Monyet. Tapi kalau jawabannya "iya", kalian harus pikir ulang jawaban tersebut. 

Filmnya diadaptasi dari The Monkey's Paw buatan W. W. Jacobs. Tidak ada adegan musikal siluman monyet di sana. Bahkan tidak ada penampakan siluman monyet, karena cerita pendek itu lebih kental elemen psikologis ketimbang horor mistis. Beginilah nasib sebuah karya yang masuk domain publik. Ada kalanya kebebasan mengadaptasi melahirkan karya baru dengan kreativitas tinggi, tapi tidak jarang yang hadir justru kengawuran tinggi seperti Kutukan Cakar Monyet. 

Menurut jadwal, filmnya diputar pukul 17:15. Saya menunggu agak jauh dari pintu studio. Sampai pukul 17:20 tidak ada pemberitahuan. Karena penasaran, saya pun mendekat, dan ternyata pintu sudah dibuka. Seolah pihak bioskop sendiri tidak tega menyuruh orang menonton film buatan Ferry L. ini. 

Film pun dimulai. Sosok yang pertama muncul adalah Arswendy Bening Swara, disusul Unique Priscilla. Keduanya berkelahi memperebutkan cakar monyet, menabrak kaca yang dibuat memakai CGI berkualitas monyet, lalu jatuh dari lantai atas sebuah rumah. Arswendy tewas, Unique nantinya bakal muncul lagi sebagai sesosok mumi. Semua terjadi dalam 30 detik, dan dalam 30 detik itu saya langsung tahu Kutukan Cakar Monyet bukan horor biasa. 

Rumah pasutri tragis itu berpindah jadi milik Roy (Oka Antara) dan Amara (Aurelie Moeremans). Roy sedang mengejar proyek besar, sedangkan Amara tengah hamil. Amara adalah yatim piatu. Kini, setelah sukses menikahi pria sukses (kita tidak diberi tahu pekerjaan Amara), dia dipanggil untuk memberi motivasi pada anak-anak panti asuhan tempatnya tinggal dulu. Kejadian tersebut sama sekali tidak punya pengaruh apa pun pada ceritanya. 

Intinya, Roy menemukan cakar monyet yang terselip di sofa, kemudian sadar bahwa cakar itu bisa mengabulkan tiga permintaan. Dari mana ia tahu? Suatu malam Roy menonton televisi, dan yang muncul di layar adalah video klip siluman monyet menari sambil menyanyikan lagu tentang kesaktian cakarnya. 

Semakin banyak permintaan seseorang dikabulkan, hidupnya akan semakin hancur. Sebuah premis menarik yang W. W. Jacobs pakai untuk menghantarkan teror psikologis mengenai sisi kelam manusia. Kutukan Cakar Monyet menggantinya dengan rangkaian kemunculan siluman monyet berwajah mirip pantat hitam dengan dua mata merah yang bersinar. 

Penampakan sang siluman seringkali terasa asal. Bahkan sebelum tahu apa kegunaan cakar itu, Roy sudah dihantui. Jika tujuan siluman monyet adalah mendorong korbannya agar mengucapkan permintaan, bukankah perbuatannya tadi bakal berujung sebaliknya? Mungkin siluman monyet satu ini kurang cerdas. Beruntung, Roy jauh lebih tidak cerdas dan tetap nekat ingin permintaannya dikabulkan. 

Kenapa Roy sempat menyuruh sang mantan (Fergie Brittany) meminta ke cakar, padahal dia masih punya jatah dua permintaan? Kenapa seperti ada beberapa menit adegan yang hilang di tengah teror yang terjadi saat Roy menggelar pesta di rumahnya? Kenapa Oka Antara dan Aurelie Moeremans mau menerima tawaran bermain di sini? Apakah bayaran yang diterima sepadan dengan keharusan melakoni adegan-adegan konyol seperti saat Amara diperkosa siluman monyet? W. W. Jacobs mungkin sedang menangis di dalam kuburnya. 

6 komentar :

Comment Page:
vian mengatakan...

Mas seriusan nanya. Ini kan yg pemainnya bukan aktor yg main2 ya. Tidakkah itu berarti mereka sdh berpengalaman dlm menilai suatu skrip? Apakah mereka tidak punya kemampuan mereka2/meramal bagaimana penilaian reviewer nantinya? Bru kejadian Marthino Lio di Jin Qorin , sebelumnya ada Jajang C Noer di OMA jg. Dan jauh sblmnya ada Keluarga Tak Kasat Mata yg ancur seancur2nya walau pemainnya kelas atas smua

Anonim mengatakan...

cuan cuan cuan, konsep film horror kolor di bumi film layar bioskop

nggak peduli sebego apapun film, tetap laris di pasaran bioskop mendatangkan pundi pundi rupiah karena penonton hadir di bioskop dan itu fakta

sebagus apapun film di bioskop, nggak akan datangkan cuan, cuma bisa komentar tapi nggak datang ke bioskop sama aja bodong

itulah marketting film di indonesia

Okta mengatakan...

Dampak covid, banyak yg BU kayanya hehe

Anonim mengatakan...

Oka antara main di ikatan cinta jd gw ga heran kenapa dia mau main film ini

Satriya Widayanto mengatakan...

Review 65 gak Bang?

Anonim mengatakan...

film horror indonesia kebanjiran di layar bioskop terus menerus seperti tsunami...rekam jejak tak terbantah, diberi film bagus kagak nonton, di beri film jelek protes

nonton dong ya jika ada film bagus di layar bioskop seperti film BUYA HAMKA