REVIEW - EXTRACTION 2

19 komentar

"Single take" 21 menit. 

Satu kalimat di atas sudah cukup untuk mendeskripsikan Extraction 2. Itulah momen terbaik filmnya, yang (diharapkan) membantu menyebarkan buzz di media sosial. Itu pula alasan kenapa 122 menit yang penonton luangkan bisa terbayar lunas. 

Tapi sebelum tiba di sana, kita mesti terlebih dahulu melewati 20 menit first act berisi rangkaian "formalitas" melelahkan. Di situlah Zurab (Tornike Gogrichiani) diperkenalkan. Seorang pemimpin dunia kriminal Georgia, sekaligus antagonis dengan karakterisasi membosankan. 

Sedangkan jagoan kita, Tyler (Chris Hemsworth), membatalkan niat pensiun demi menyelamatkan Ketevan (Tinatin Dalakishvili), adik mantan istrinya yang berusaha membebaskan kedua anaknya dari kekangan sang suami, Davit (Tornike Bziava). Davit tak lain adalah adik Zurab. Selepas melalui training montage guna memulihkan cedera parah yang didapat di film pertama, Tyler melangsungkan misi penyelamatan bersama dua rekannya, Nik (Golshifteh Farahani) dan Yaz (Adam Bessa). 

Seolah Joe Russo selaku penulis naskah ingin segera mengakhiri babak pertamanya. Bahkan kalau bisa, mungkin ia bakal melewati seluruh adegan non-aksi yang selalu membuat filmnya kehilangan daya tarik akibat dirumuskan sekenanya. 

Lain cerita saat tiba giliran Sam Hargrave bekerja. Sang sutradara betah berlama-lama menyusun aksi. Jika film pertama punya "single take" 12 menit, maka Extraction 2 meningkatkan kuantitasnya hampir dua kali lipat. Tentu pada kenyataannya sekuen itu tidak diambil dalam sekali waktu. Kalau diperhatikan dengan saksama, kita akan menemukan puluhan jahitan sepanjang 21 menit tersebut. 

Kata "saksama" perlu ditekankan, sebab butuh konsentrasi lebih untuk menyadari semua jahitannya. Alias, presentasi Hargrave luar biasa rapi. Transisinya mulus (tentu dengan bantuan CGI di beberapa titik), padahal sekuen tersebut berlatar di banyak lokasi, sekaligus punya segala bentuk aksi. 

Ya, segala bentuk aksi. Perkelahian tangan kosong, pertarungan pisau, baku tembak, ledakan bom, kejar-kejaran antara mobil dengan motor, hingga berondongan peluru helikopter. Menontonnya bak tengah bermain shooter game. 

Koreografinya tidak kalah mumpuni, terutama di tengah pecahnya kerusuhan di penjara yang bakal mengingatkan ke momen serupa milik The Raid 2: Berandal. Hargrave bukan asal menebar kekacauan. Dia tahu kapan serta bagaimana harus melempar "hook" guna menambah daya kejut agar aksinya tidak monoton. Misalnya saat tiba-tiba molotov terlempar ke arah Tyler, yang alih-alih melumpuhkan, malah membuat si jagoan dipersenjatai "tinju api". 

Bisakah Extraction 2 mengungguli "single take" itu? Sayangnya tidak,  walau serupa pendahulunya, film ini masih menghias aksinya dengan kekerasan, juga pemanfaatan properti yang lumayan kreatif. Kesalahan terbesarnya bukanlah kegagalan melebihi kegilaan 21 menit tadi, bukan pula keengganan mengindahkan prinsip dasar penceritaan di mana klimaks semestinya menjadi puncak, melainkan bagaimana para pembuatnya bagai sudah menyerah sejak awal, untuk menyuguhkan sesuatu yang setidaknya "mendekati".  

(Netflix)

19 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Film keren gini cuma dikasih bintang 3, kalah sama film cengeng dikasih 4,5

lawak bener dah ini pemuja kumpulan muka plastik

Anonim mengatakan...

tegang klasik slowburn layak diacungkan jempol film drama psikologi ini

Anonim mengatakan...

nangis saya nonton film ini benar-benar membagongkan, lanjut trilogy akhir selanjutnya

Anonim mengatakan...

Joe Russo ???...ah, membosankan

Anonim mengatakan...

122 menit yang membosankan buang-buang waktu me time

Anonim mengatakan...

4 nih harusnya.....3,5 lah minimal minimal paling engga

Anonim mengatakan...

males ah nonton film konyol

Anonim mengatakan...

ini film nggak jelas misi visi mau di bawa kemana, komedi nggak horror nggak action nggak...absurd

Anonim mengatakan...

untungnya nggak tayang di bioskop, nonton di streaming yuk mari nonton sambil ngopi ngemil roti dan bisa pause jika ada kendala, lanjut kembali nonton

Anonim mengatakan...

melelahkan melihat film yang CGI nya buruk rupa

Anonim mengatakan...

nggak kerasa 30 menit terakhir adalah yang paling terbaik dalam film

Anonim mengatakan...

skala skor : cukup 7/10

Anonim mengatakan...

hmmmm film menarik sekaligus kocak

Anonim mengatakan...

maaf, nggak minat nonton

Anonim mengatakan...

thanks atas review nya

Anonim mengatakan...

terimakasih mas rasyid

Anonim mengatakan...

Yg lawak bukan elu ya? Dia punya opini, elu kalo mau ya buat blog sendiri dong. Serah elu rating berapaan.

Anonim mengatakan...

thanks atas ulasannya, mas rasyid

Anonim mengatakan...

thanks mr.rasyid