REVIEW - JOY RIDE
Lucu/tidaknya Joy Ride tergantung pada tingkat penerimaan tiap penonton terhadap "humor kotor". Kalau kamu menganggap hal-hal seperti tato di vagina, threesome yang begitu liar sampai mencederai para pelakunya, atau deretan situasi gila beraroma seksual lain sebagai pemandangan lucu, maka debut penyutradaraan Adele Lim (sebelumnya menulis naskah Crazy Rich Asians dan Raya and the Last Dragon) ini bakal mendatangkan hiburan.
Tapi lebih dari sekadar memancing gelak tawa, Joy Ride juga sebuah pernyataan. Pembuktian bahwa komedi seks bukan eksklusif dimiliki laki-laki. Perempuan pun bisa, dan boleh menggila. Termasuk perempuan Asia yang cenderung lebih sering dihadapkan pada kultur berasaskan sopan santun.
Audrey (Ashley Park) si gadis Cina yang diadopsi orang tua kulit putih, dan Lolo (Sherry Cola) si puteri imigran Cina, telah bersahabat sejak kecil. Citra keduanya berlawanan. Audrey dikenal berprestasi, bahkan kini telah menapaki karir sebagai pengacara berbakat, sedangkan Lolo dengan seni sex-positive miliknya dianggap biang masalah.
Bersama Deadeye (Sabrina Wu), sepupu Lolo yang eksentrik sekaligus terobsesi pada K-pop, dan Kat (Stephanie Hsu), teman sekamar Audrey semasa kuliah yang kini menjadi aktris terkenal, mereka melakoni perjalanan ke Cina. Sebuah perjalanan bisnis biasa yang segera berubah jadi keliaran tak terkendali.
Kata "liar" memang paling pas mendeskripsikan Joy Ride. Naskah buatan Cherry Chevapravatdumrong dan Teresa Hsiao melempar ide-ide banyolan yang tak ragu menyenggol keabsurdan di level ekstrim, sedangkan Adele Lim menginjeksi energi melalui pengadeganan meledak-ledak yang memaksimalkan ide kedua penulis.
Ada kalanya energi itu agak kebablasan, di mana Adele Lim sesekali kehilangan kontrol, bak asyik sendiri bermain bersama tokoh-tokohnya. Ketika itu terjadi, Joy Ride ibarat mobil yang melaju luar biasa kencang, hingga tak jarang lupa kalau ia harus membawa penumpang (penonton) ikut serta dalam perjalanan.
Tapi penampilan kuartet pemeran utamanya senantiasa menjaga daya hibur: Sabrina Wu lewat polah yang sukses membuat garuk-garuk kepala, Stephanie Hsu yang mendefinisikan "totalitas tanpa batas" di tiap momen komedik, Sherry Cola dengan mulut tajam tanpa saringan miliknya, serta Ashley Park selaku perwakilan penonton sebagai pihak yang dibuat tercengang oleh rentetan peristiwa absurd alurnya.
Di luar serbuan humor dewasa, Joy Ride tak mengesampingkan hati. Dampak emosi cenderung absen di pertengahan yang memfokuskan diri pada komedi, namun ia dibuka oleh pemandangan hangat, kemudian ditutup dengan konklusi menyentuh untuk drama keluarganya (adegan "pesan video" niscaya bakal menguras air mata banyak orang).
Tapi toh pada dasarnya Joy Ride masih bergerak di formula khas komedi seks dan road movie. Familiar, tapi tetap terasa segar karena dua poin, yaitu gender karakter sebagaimana telah disinggung, dan elemen kulturalnya.
Paparan Joy Ride perihal rasisme tersaji tajam berkat sentilan berani mengenai permasalahan nyata yang masih ragu diangkat oleh kisah-kisah serupa. Mungkinkah individu bersikap rasis kepada kaumnya sendiri? Presentasinya menajam ketika muncul twist terkait salah satu karakter. Penonton juga ikut disentil. Seolah Joy Ride menertawakan kita, yang mungkin saja tengah bimbang dan berujar, "Tunggu, apakah saya juga rasis?".
21 komentar :
Comment Page:Pengen nonton tapi sayang nya ga tayang di bioskop di kota ane ðŸ˜
Menunggu pendapat equalizer 3 dari Bang Rasyid. Karena menurut ane sebagai penutup seri antiklimaks dan terasa repetitif. Tapi penilaian subyektif tetap film ini badass dan ada dihati penggemarnya
anjir pantesan cuma bioskop tertentu yang tayang : ada adegan 3 some, wtf
khusus dewasa banget
penyutradaraan Adele Lim benar-benar dunia pelangi & BSDM banget, keren
Sayang edarnya telat akibatnya versi 'web-dl' sudah bertebaran..
berasa nonton soft porno XXX di dark web
3.5/5 hehehe badass tapi anti klimaks
kudu wajib di tonton, i'm coming
kalau otak udah ngeres, jangan nonton film ini ya nanti malah protes
adegan ranjang terbaik di layar bioskop 21 tahun ke atas
FUCK FUCK FUCK menghiasi sepanjang film
LGBT+ sudah tidak lagi menjadi barang kosongan, marak bersebaran di berbagai film, bukan iklan film, ini membuktikan type sex tidak hanya melulu normal, nggak normal pun ada di dunia realita
Cherry Chevapravatdumrong dan Teresa Hsiao berani berisiko dalam skenario menerjemahkan streotype asia di amerika serikat
oalahhhhh pantesan SETH ROGEN di jamin buatan film~nya absurd konak kocak semua, rating 21 tahun ke atas semua
Joy Ride terbaik dari terbaik
orangtua bawa balita masuk bioskop dan nonton film joy ride rating 21 tahun ke atas adalah sesuatu banget sampai balita joged joged di bioskop, katanya perkenalkan seks sejak dini, luar biasa
dunia pelangi merambah film, biasa aja
klimaks banget nonton ini film
film horror banget ini film wajib di kocok
dunia perhombrengan dan seksualitas menghiasi film joy ride
Gue emang gak masalah sih sama humor kotor. Tapi filmnya emg rada boring sih, komedinya jg hit-and-miss. Kdang lucu (dan lucunya jg gak smpe bikin ngakak), kdang jg gak jelas mreka lagi bahas apaan.
Posting Komentar