REVIEW - THE EQUALIZER 3

30 komentar

"Mantan pembunuh/militer/agen rahasia turun gunung untuk sebuah misi terakhir" adalah formula klasik film aksi. Seri The Equalizer pun berangkat dari gagasan serupa. Tapi yang membuat The Equalizer 3 spesial meski mengulangi pola tersebut (bahkan dibanding judul pertama yang memakai formula sama) adalah bagaimana ia benar-benar mengeksplorasi masa pensiun si tokoh utama. 

Kita tidak seketika dibawa masuk ke hari-hari damai Robert McCall (Denzel Washington). Sebaliknya, di sekuen pembuka ia masih dengan mudah membantai sekelompok mafia di Sisilia. Lalu di penghujung misi, seorang bocah menembak punggungnya. Robert McCall, si mesin pembunuh, si mantan anggota DIA dan marinir, sekarat akibat lesatan peluru dari tangan anak kecil. 

Mungkin karena itu Robert merasa telah tiba saatnya ia (benar-benar) menikmati hari tua. Apalagi kini Robert merasa menemukan rumah di Altamonte, sebuah kota fiktif di dekat Naples, setelah ia ditolong oleh dokter setempat bernama Enzo (Remo Girone). 

Naskah buatan Richard Wenk bukan berusaha bernarasi, melainkan mengajak penonton ikut "mengalami" Altamonte bersama si protagonis. Dikemas dengan tempo cenderung lambat layaknya dua film pertama, kita mengikuti Robert yang masih cedera, berjalan-jalan memakai tongkat sebagai alat bantu, menyesap kopi di cafe, bertegur sapa dengan warga senior kala menaiki tangga, hingga bercengkerama dengan pedagang ikan. 

Kita dibuat merasakan apa yang Robert rasakan: keterikatan pada kota penuh kedamaian beserta warga-warganya yang hangat. Alhasil, walau kelak Robert memutuskan kembali angkat senjata begitu menyadari bahwa kota tercintanya ada di bawah cengkeraman Vincent (Andrea Scarduzio) si mafia keji, masa pensiunnya bukan sebatas pernak-pernik yang muncul sambil lalu. Hari-hari itu meninggalkan rasa. 

Masih diarahkan oleh Antoine Fuqua, tidak mengejutkan saat The Equalizer 3 tetap dihiasi deretan imageries khas film western (alurnya pun "sangat film koboi"). Tapi Altamonte bukan wild west yang dinaungi maut. Padang gurun gersang digantikan gedung-gedung tua sejuk yang diguyur hujan. Alih-alih tumbleweed, payung lah yang melayang-layang di sepanjang jalanan kota. 

Sewaktu berpindah ke guliran aksi, giliran nuansa noir yang Fuqua terapkan, entah dari musik gubahan Marcelo Zarvos, atau dominasi bayangan yang mengintip dari balik gang gelap dalam sinematografi garapan Robert Richardson. Elemen kekerasan meningkat, sementara Denzel Washington, di usia yang sudah menginjak 68 tahun, tetap meyakinkan sebagai sosok tak terkalahkan berkat karisma yang mampu menutupi keterbatasan fisik. 

Di sebuah adegan, warga Altamonte bersatu menunjukkan perlawanan mereka terhadap serbuan mafia. Robert berdiri di tengah, bak tameng sekaligus juru bicara. Sepintas nampak mata Denzel yang berkaca-kaca. The Equalizer 3 masih seru dan brutal, tetapi ketimbang memaksa penonton meninggalkan otak di luar studio kala menonton, ia meminta kita membawa hati. 

30 komentar :

Comment Page:
aan mengatakan...

ga dibahas "reuni" dengan anak kecil yg dijaga nya di man on fire?😁

Anonim mengatakan...

ngantuk

Anonim mengatakan...

Robert McCall (Denzel Washington)saatnya untuk rehat saja

Anonim mengatakan...

Antoine Fuqua kehabisan cerita

Anonim mengatakan...

musik gubahan Marcelo Zarvos bikin telinga sakit

Anonim mengatakan...

ini jagoannya sadis banget membantai cuma ikan teri mafia Vincent (Andrea Scarduzio), terlalu bagus untuk di nikmati

Anonim mengatakan...

Naskah buatan Richard Wenk nggak jelas mirip drakor soap opera murahan

Anonim mengatakan...

mirip film triple XXX

Anonim mengatakan...

Antoine Fuqua, yaqin ini film nya Antoine Fuqua, kok bagus banget, tumben...

Anonim mengatakan...

jelas ini film komedi terbaik, denzel washington kocak juga

Anonim mengatakan...

Enzo (Remo Girone) gagah ganteng cute

Anonim mengatakan...

sinematografi garapan Robert Richardson kelas recehan, lebih bagus film warkop dki

Anonim mengatakan...

skip dulu

Anonim mengatakan...

Ketika narasi absurd di gabung dengan kekonyolan tokoh utama jadilah Equalizer 3

Anonim mengatakan...

Antoine Fuqua berhasil membawa film ke arah banyolan recehan yang brutal parah

Anonim mengatakan...

Antoine Fuqua dan Robert Richardson memplintir logika opa ketika lagi uzur tanpa realita yang terjadi, kedangkalan cerita yang menarik untuk di tonton

Anonim mengatakan...

Denzel Washington layak oscar kembali

Anonim mengatakan...

film nggak mutu

Anonim mengatakan...

kualitas rendah untuk film popcorn

Anonim mengatakan...

kualitas drama berseri yang tidak masuk akal, itulah equalizer trilogy

Anonim mengatakan...

downgrade parah, nggak rekomendasi untuk di tonton

Anonim mengatakan...

Ini yang ngejelek jelekin pasti bocah yang sama ini...walaupun anonim kayaknya ketauan bgt gitu

Anonim mengatakan...

thanks mas rasyid atas review nya

Anonim mengatakan...

sehat selalu mr.rasyid, GBU

Anonim mengatakan...

Antoine Fuqua stil the best

Anonim mengatakan...

antoine udh kehabisan cerita kayaknya

Anonim mengatakan...

Robert McCall (Denzel Washington) waktunya main bola

Anonim mengatakan...

sisa kejayaan Denzel Washington masih berasa dan harusnya sebaiknya berhenti main film, jadi sutradara aja

Anonim mengatakan...

tamat riwayat Antoine Fuqua, lanjut dengan alter ego~nya

Anonim mengatakan...

Remo Girone bikin horny aja